Jerawat 0.0

6 1 0
                                    

Jangan kaku, relaks...
Happy reading😄
____________________

|| Jerawat 0.0 : Awal Kisah ||

***

Jeje, nama panggilannya. Jessica Azalea, nama yang cantik untuk seorang yang wajahnya di penuhi bekas jerawat. Sadis? Tapi itu faktanya.

Jeje pun tak masalah, karena sudah terbiasa. Saking terbiasanya dia jadi bosan hingga akhirnya jengah. Jengah karena banyak sekali orang menggunjingnya karena masalah jerawat yang sebenarnya Jeje pun tak ingin memilikinya.

Seperti halnya hari ini, Jeje sedang menopang dagunya dengan tangan kiri, menatap jengah kearah temannya yang sibuk bercermin melihat wajahnya.

Tak lupa mulutnya itu, terus mengeluarkan kalimat yang membuat jengah Jeje untuk mendengarkan.

Jeje memutar bola matanya malas, mendengarkan ocehan tak berfaedah yang hanya membuat mood nya turun.

"Je! Lo dengerin gue gak sih?!" Suara cempreng itu menginterupsi Jeje yang asik melamun.

Jeje menyengir, "enggak." Jawabnya jujur, meskipun wajahnya berjerawat Jeje tipe orang yang tak suka berbohong. Jika dalam hatinya bilang tidak maka yang akan diucapkan olehnya adalah tidak.

"Apa-an sih lo, Je. Gue capek ngomong lo malah bengong gak jelas. Dengerin gue, dong." Ivy gadis itu menggoyangkan tangan Jeje, kasar.

"Gue juga kalo mau curhat jarang lo denger," ucap Jeje sarkas.

Ivy terdiam, apa yang dikatakan oleh Jeje memang benar. Ivy jarang atau bahkan tak pernah sekali saja mendengar curhatan Jeje.

"Iya, maaf. Gue kan sibuk orangnya."

"Iya, sibuk bercermin." Jeje tentu saja kesal, bukan Ivy saja yang ingin didengar tapi dia juga ingin didengar bukan hanya sebagai pendengar saja.

"Lo kenapa sih, Je? Kemarin-kemarin gak masalah kalo gue ngomong panjang lebar," Ivy mengerucutkan bibirnya, dia kesal.

"Gue ngalah lebih baik." Pada akhirnya Jeje enggan untuk melanjutkan percakapan ini yang hanya akan menyakiti perasaannya lebih tersakiti.

Suasana seketika hening, tak ada yang memulai percakapan lagi. Keduanya sama-sama kesal, hingga akhirnya Ivy yang notabenenya tidak bisa diam kembali memulai percakapan mereka.

"Tugas kimia lo udah belum?" Ivy bertanya perihal tugas kimia yang belum ia kerjakan sama sekali.

Jeje menghela nafas kasar, "kapan sih, lo mulai mikir sendiri?"

"Nanti, kalo gue udah dapet hidayah." Jawaban yang sama terlontar dari mulut Ivy.

"Seenggaknya lo berusaha dulu, baru kalo lo gak ngerti atau ada jawaban yang bikin ragu, lo bisa tanyain sama gue." Jeje yang sudah jengah dengan kelakuan Ivy yang tiap hari makin menjadi.

"Gak biasanya lo kayak gini, Je. Heran gue?" Ivy tak suka dengan sikap Jeje yang berubah.

"Gue jengah sama sikap lo, Vy." Jujur Jeje menatap bola mata Ivy.

"Kenapa sama sikap gue? Gue biasa aja kali, gak ada tuh sikap gue yang bikin lo gak nyaman selama ini. Kenapa tiba-tiba banget sih, Je?" Ivy dengan percaya dirinya berkata seolah dia yang paling benar.

Je-rawat?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang