Chapter 3

126 16 5
                                    

13 November 2038
Jam: 14.55

Gavin dan Tina sedang berjalan berdampingan hendak ingin keluar dari kantor saat Captain Jeffrey Fowler kebetulan baru memasuki kantor dan melewati mereka dengan membawa mantelnya di lengan kanannya. Mukanya terlihat masam seperti sedang terbebani sesuatu.
"Kebetulan sekali, Gavin!" seru Jeffrey.
"Captain?! Ada apa?" Langkah Gavin terhenti dengan muka terkejut. Langkah Tina juga terhenti.
"Miss Chen, kau boleh pergi." Howler menyuruh Tina pergi, memberi isyarat bawa dirinya ingin bicara berdua saja dengan Gavin. Tina mengangguk kemudian mulai berjalan pergi.
"Tunggu aku di mobil, ya!" teriak Gavin segera.
Tatapan Gavin kini beralih pada Captain Fowler.
"Ada apa, Captain? Tumben sekali mau bicara padaku." Tanya Gavin dengan nada biasa.
"Mari ke kantorku. Tidak enak bicara disini." Ujar Captain Fowler sembari mulai melangkah.
"Yes, Sir." Balas Gavin sambil melangkah mengikuti Fowler dari belakang.
RK900 yang sedang duduk melirik dan melihat Gavin dan Captain Fowler masuk ke dalam kantor Captain Fowler.
Hank juga melihat mereka berdua.
"Gavin akhirnya mendapat pendisiplinan pertamanya." Ucap Hank sambil terkekeh senang kemudian lanjut mengetik sebuah laporan.







Gavin masuk ke dalam kemudian menutup pintu kantor Captain Fowler.
"Duduklah, Gavin." Captain Fowler mempersilakan Gavin untuk duduk. Gavin menarik sebuah kursi dan duduk.
"Ada kasus pembunuhan di sebuah Cafe, Korbannya adalah seorang Guru Les Wanita dalam keadaan tergeletak meninggal dilantai tanpa luka." ucap Captain Fowler membeberkan.
"So what?" Gavin menatap pria berkulit hitam itu dengan mulut menganga.
"Petugas Forensik menemukan ada bekas cekikan di lehernya. Dan petugas di TKP tidak menemukan sidik jari satupun. Kemungkinan tersangka adalah android."
"Again? Really? Again?!" Gavin mulai muak.
"Tugasmu adalah mencari sang tersangka. Tapi aku juga tidak menyangkal kemungkinan bahwa tersangka adalah manusia." Captain Fowler menatap Gavin penuh harap.
"Baiklah, baiklah. Apapun tugas darimu, Captain." Gavin mendengus sembari mulai beranjak dari duduknya. "Kalau gitu, aku bakal pergi menuju TKP dengan Tina." Ujar Gavin.
"Tidak, tidak, tidak. Tidak dengan Miss Chen, Gavin."
Kedua mata Gavin terbelalak. Ia tak mengira Captain Fowler mengucapkan itu.
"Kenapa? Aku selalu bersamanya!" Gavin memekik.
"Bisa tolong panggilkan Hank untukku? Kau bisa pergi sekarang." Captain Fowler menyuruh Gavin untuk memanggil Hank sekaligus pergi.
"Kau pikir aku mau pergi ke TKP bersama si tua rapuh itu? Tidak!" Gavin emosi.
"GAVIN!" Captain Fowler berteriak.
"F*ck this Sh*t!" Gavin segera membuka pintu lalu keluar dan menutup pintu.
Hank dan RK900 yang mendengar umpatan Gavin terkejut.
"C'mon, Gavin. Teriakanmu itu sungguh annoying." Hank terganggu dan membuatnya berhenti mengetik. Sementara Gavin melangkah dengan cepat mendekati meja Hank.
"Kau tahu? Captain Fowler memanggilmu, Hank." Ujar Gavin sembari menatap RK900 yang balik menatap Gavin dengan sinis.
"Kehilangan arah, Plastik?" Gavin berbalik dan langsung melangkah pergi.
"F*ck!" umpat Gavin saat dirinya sudah agak jauh.
"Usia 30-an memang sedang meledak-meledaknya." Hank meledek Gavin yang sudah pergi. "Let's Go, Connor. Tugas memanggil."
"Baik, Hank." RK900 bergegas mengikuti Hank dari belakang menuju kantor Captain Fowler.







Hank menarik sebuah kursi kemudian duduk. RK900 hanya berdiri tegap di samping Hank yang duduk.
"Jadi, aku ingin meminjam androidmu."
Hank memasang wajah kagetnya.
"Wow, ini pertama kalinya aku mendengar ini dari mulutmu, Jeffrey. Baiklah, untuk apa?"
"Untuk kupasangkan dengan Gavin, tentu saja."
"DEMI TUHAN, JEFFREY!" Kini giliran Hank yang berteriak.
"Astaga! Teriakan Gavin membuat kupingku sakit ditambah dengan teriakan darimu, Hank!" Captain Fowler refleks menutup kedua telinganya.
Hank beranjak dari duduknya segera. RK900 hanya diam menyimak percakapan mereka.
"Aku tidak sudi meminjamkan anak-maksudku androidku pada Gavin!"
"Oh ayolah, Hank. Aku ingin kerjasamamu. Lagipula Connor tak akan menolaknya, kan'?"
"Connor memang tak keberatan. Tapi aku jelas keberatan!" Hank gusar.
"Jesus, Hank! Ada kasus pembunuhan di sebuah Cafe, korbannya seorang guru les wanita tergeletak tak bernyawa dilantai."
"Ada sidik jari?" Hank berusaha untuk kembali tenang.
"Tidak ada. Tapi ada bekas cekikan di lehernya." Jawab Captain Fowler.
"Kenapa tidak melibatkan aku saja, Jeffrey!" Hank kembali gusar.
"Aku hanya ingin membuat Gavin sedikit berguna, Hank. Mengertilah." Captain Fowler memohon pada Hank.
"Baiklah apa boleh buat, tapi jika dia membunuh Connor, aku akan menghajarnya sampai mati." Hank berkacak pinggang sambil membuang nafas kasar.
"Astaga, Hank. Dia cuma android!"







13 November 2038
Jam: 15: 30

Gavin dengan wajah marah memberhentikan mobilnya. Tina yang duduk disampingnya menatap Gavin dengan bingung.
"Ada apa, Reed? Kau kelihatan sangat marah?"
"Captain Fowler memintaku untuk menyelidiki kasus pembunuhan di Cafe."
"Lalu?" Tina mendengarkan.
"Lantas dia memintaku melakukan penyelidikan ini bersama detektif plastik milik Hank! What The Hell!"
"Oh, Reed. Terima saja." Tina memandang Gavin iba.
"Mana bisa seperti itu, Tina!"
Tiba-tiba Gavin mendengar suara jendela mobilnya diketuk. Gavin menoleh dan saat itu juga dia melihat wajah RK900.
Gavin menepuk dahinya.
"Great! A plastic prick already here!"
Tina hanya menggeleng kecil pada kelakuan Gavin. Petugas polisi wanita itu membuka sabuk pengaman lalu membuka pintu mobil Gavin kemudian keluar dari dalam mobil.
"Ok, Gavin. You can do it," Gavin membuka sabuk pengaman kemudian membuka pintu mobil lalu keluar dari mobil.
RK900 melangkah mendekati depan TKP, sebuah Cafe. Depan Cafe itu telah terpasang garis kuning polisi. Para pedestrian terlihat mengerubungi depan TKP yang telah dipasangi garis kuning polisi sebelumnya.
Gavin dan Tina mendekati RK900.
"Hey, Plastik! Kau menghalangi jalanku!" Gavin mendorong RK900 ke arah samping dengan kasar. Mulut Tina ternganga.
Gavin kasar sekali pikir Tina.
RK900 hanya mengibas jaket hoodie hitamnya. Sementara Gavin menerobos kerumunan pedestrian sendirian lalu masuk ke dalam Cafe.
Tina menoleh menatap RK900 dengan raut kasihan.
"Please forgive Him. He's a rude guy indeed. If you know Him well, He's good." Ujar Tina sebelum akhirnya pergi menerobos kerumunan pedestrian.







Connor keluar dari gedung bangunan apartemen dengan mengenakan jaket parasut berwarna merah dengan kupluk jaket terpasang di kepalanya. Kedua tangannya nampak dimasukkan ke dalam saku jaket parasutnya.
Connor memandangi pemandangan sekelilingnya sambil berjalan.
Dua bocah kecil laki-laki terlihat berlarian melewati Connor. Satu dari dua bocah laki-laki itu membawa sebuah buku gambar. Connor hanya menatap kedua bocah yang berlarian itu dengan senyum.
"William, Jason! Wait!!!"
Satu bocah anak perempuan terlihat berlari mengejar dua bocah laki-laki itu dengan nafas terengah-engah kemudian tidak sengaja menabrak Connor.
"Ouch! I'm sorry!" Anak itu meminta maaf sambil mendongak. Kedua pupil anak perempuan itu membesar.
Connor menunduk untuk menatap anak perempuan itu. Connor memasang wajah terkejutnya.
Connor bertemu Emma Phillips. Lagi.
"I'm sorry, Mister Android." Lirih Emma.
"Namaku Connor." Connor memberitahu namanya. Connor kemudian melihat kedua bocah laki-laki yang tadi berlarian melewatinya menghampiri Emma.
"Emma, what are you doing?! Kita harus cepat! Nanti kita ketinggalan bus!" kata dua bocah itu kompak.
"Kau ingin kemana, Emma?" Tanya Connor.
"Ke rumah Jason. Senang bertemu denganmu, Connor!" Emma mulai berjalan sambil melambaikan tangannya dan segera bergabung dengan dua temannya.
Connor balas melambaikan tangannya sambil tersenyum.







13 November 2038
Jam: 15: 40

RK900 sedang berjongkok menganalisa mayat guru les wanita, sang korban pembunuhan di dalam Cafe. Gavin hanya berdiri di dekat jendela cafe. Gavin diam diam memperhatikan RK900 yang sedang bekerja.
Tina terlihat sedang menginterogasi sang manajer cafe sambil berdiri kemudian mencatat segala jawaban dari manajer cafe.
Gavin terlihat risih dengan RK900 yang memakai hoodie hitam saat bekerja. Kelihatan tidak profesional pikir Gavin.
"Hey, Connor!"
RK900 yang sedang menganalisa leher sang korban akhirnya menolehkan kepalanya. Tidak menyahut.
"Ya, aku bicara padamu, bajingan!"
"Ya, Gavin?" tanya RK900 sambil mulai berdiri.
"Kenapa kau pakai hoodie? Apa kau sadar kau sedang bekerja di kepolisian?"
"Tentu aku sadar."
"Kenapa?" Tanya Gavin dengan nada mulai jengkel.
"Bukankah kau juga pakai jaket kulit, Gavin?" Balas RK900 nada menantang.
Gavin segera mendekati RK900 lalu menarik dan mencengkram kuat hoodie yang dikenakan RK900.
"Hasratku untuk menghajarmu sangat kuat hari ini." Gavin mendekatkan wajahnya.
"Gavin!" Tina yang baru selesai dari interogasi langsung berlari ke arah Gavin. Gavin segera melepaskan cengkraman tangannnya dari hoodie RK900.
"Oh, tentu saja aku bercanda! Maafkan aku! Stress bisa membuat orang hilang kendali! Hahaha!" Gavin berpura-pura di depan Tina.
Tina hanya mengernyitkan dahinya.
"Tugasku selesai. Aku ada di mobil kalau kau membutuhkan aku." Ujar Tina.
Tina lalu bergegas pergi keluar dari cafe.
"All right, show me what u got from your analysing, Plastic." Gavin menatap RK900 dengan tatapan benci.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang