Bagian 01

540 37 4
                                    

SEMUANYA terjadi begitu cepat, kecelakaan yang tidak mereka harapkan terjadi tanpa bisa ditolak. Sang suami tak dapat menahan tangis melihat pasangannya terpuruk begitu dalam dengan menangis didalam diam.

"Maaf.." Taeyong menunduk dengan tangan yang menutupi wajahnya untuk meredam isakan isakan memilukan yang keluar dari belah bibirnya.

Keadaan dirumah sakit yang mereka tempati kini begitu terasa hampa walaupun diisi dengan puluhan pengunjung lainnya.

"Tidak, ini bukan salahmu, tidak." Jaehyun merengkuh suami kecilnya, ia menenangkan lelaki manis pujaan hatinya tersebut, mengesampingkan perasaan hatinya yang juga sama tak enaknya.

Baru saja, nyawa yang telah bersemayam di perut buncit Taeyong selama 6 bulan, kini meninggalkan keduanya dengan begitu tidak menyenangkan. Tidak sampai disana, pengangkatan rahim juga harus Taeyong lakukan untuk mencegah adanya hal buruk yang terjadi kepada dirinya.

"Tuan-tuan sekalian, apakah tuan Taeyong sudah siapa menjalankan operasi?" Salah satu perawat menginterupsi kegiatan keduanya dengan pertanyaan tak mengenakan tersebut.

Taeyong melepaskan pelukannya, ia menghapus kasar air matanya sebelum mengangguk lemah,

"Ya.. saya siap, suster." Jawabnya lirih.

Jaehyun membiarkan suaminya berjalan kearah ruang operasi dituntun dengan perawat tersebut. Ia tersenyum kecut sebelum mengusap wajahnya kasar.

Cobaan apa lagi ini, ya Tuhan.

Pikirannya bercabang kemana mana, tentang bagaimana masa depan keduanya selanjutnya. Tidak mungkin dan tidak akan pernah terpikirkan oleh Jaehyun untuk meninggalkannya, lelaki itu sudah terlalu lama bersinggasana dihatinya dan ia pastikan bahwa lelaki itu akan tetap menduduki singgasana itu.

Ia hanya tidak sadar, bahwa singgasana dihatinya lebih dari satu. Dan Taeyong telah menduduki salah satunya.

"Jaehyun," suara berat suara wanita paruh baya menginterupsi Jaehyun, ia segera menerjang wanita tersebut dengan pelukan erat dan menangis disana.

Wanita tersebut tak lain dan tak bukan adalah ibunda dari Jaehyun sendiri.

"Apa yang harus kulakukan, bu.." tangisnya disana, begitu memilukan membuat telinga beberapa orang berdengung dan ikut merasa sakit disetiap nada isakannya.

"Tidak ada yang harus kau lakukan, sayang. Jangan lakukan apapun untuk sekarang. Yang harusnya kau lakukan adalah memberi seluruh sisa kekuatanmu untuk Taeyong, jangan menjadi lemah seperti ini Jaehyun. Ibu tau, kalian berdua sama sama terpuruk dan bingung dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi apapun yang terjadi nantinya, akan kita pikirkan nanti, dan apapun yang terjadi sekarang kau harus siap menjadi malaikat pelindung untuk Taeyong, sebagaimana dulu Ibu selalu melindungimu, Jaehyun." Sang ibu berbicara dengan nada lembut dan tegas, ia tidak ingin sang anak menjadi lemah dan membuat keadaan menjadi rumit.

"Kau adalah kepala keluarga disini, Jaehyun. Kau yang harus memimpin. Sebuah keluarga tidak akan bisa ada tanpa kepala keluarga sebagai pemimpin dan panutan." Suara lain membuat atensi keduanya kembali teralihkan. Disana, suami dari ibunda Jaehyun telah berdiri dengan gagah diumurnya yang sudah terbilang tua.





"Dia akan menemukan tempat terbaik disisiNya." Jaehyun mengelus pundak sang suami yang terlihat menatap kosong guci berisikan abu sang anak.

Mata yang sembab, bibir yang pucat, rambut berantakan dan duduk di kursi roda karna baru saja menjalankan operasi pengangkatan rahim, membuat Taeyong terlihat seperti mayat hidup didukung dengan kulit putih bersihnya.

"Jaehyun.." lirihan kecil keluar dari bibirnya.

"Ya, sayang?" Jawab Jaehyun lembut dengan senyum hangatnya.

"Pergilah, tinggalkan aku."

"Sekarang adalah giliranmu untuk pergi meninggalkanku. Aku membebaskanmu, Jaehyun, aku membebaskanmu. Jangan lagi pikirkan soal diriku, aku akan pergi bersama ibuku di negara asalnya, aku akan bahagia disana, hidup sendirian namun berdampingan dengan orang orang yang tidak akan pernah kurugikan." Ia masih menatap kosong guci tersebut, tangannya mengelus pelan perut yang kini telah tak berguna dan terasa hampa dari bulan bulan sebelumnya.

Jaehyun yang mendengar hal tersebut pun, memutar kursi roda tersebut dan berjongkok didepannya. Ia mengambil kedua tangan putih tersebut dan mengecupi keduanya,

"Sayangku.."

"Jangan pernah kau berpikir bahwa aku akan meninggalkanmu, dan jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku. Mungkin tak ada yang kini bisa kudapatkan secara logika darimu, namun kini logika ku ikut hilang bersama kepergian anak kita, Tae. Aku telah berjanji kepada Ibu untuk menjagamu dan menyayangimu apapun yang terjadi, dimana aku harus meletakkan wajahku jika malah membawamu pulang dan membiarkanmu begitu saja, hm?" Jaehyun mengelus pipi putih tersebut, ia beranjak untuk merengkuh kembali badan kurus sang suami.

"Trust me, i will love you unconditionally."

"I love you too, tapi.. kau harus mencari satu orang lagi untuk kau janjikan seperti saat ini." Taeyong balas menangkup pipi itu, ia tersenyum kecil sebelum mengecup kening sang suami.

"Aku akan merestui siapapun pilihanmu. Ini permintaanku.."



BERSAMBUNG...

Awan Abu/Jaeyong fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang