7. Sebuah Dunia Tanpa Nama

5.9K 849 1.3K
                                    

Danu mengusap keringatnya sambil mengatur napas yang terengah-engah. Sudah lebih dari setengah jam dia berlari di pinggir jalan kota Jakarta, di antara suara klakson yang saling menjerit satu sama lain, seolah ingin meneriakkan kalimat tidak sabaran serta sumpah serapah ke seluruh manusia yang sedang mencari nafkah. Uang yang harusnya bisa dia pakai untuk naik bus sudah dia pakai untuk membelikan Yuyun sepatu, adik perempuannya yang duduk di bangku kelas 2 SD.

Adiknya itu rupanya sudah satu minggu memakai sepatu bolong dan terlalu enggan bilang karena tidak mau menyusahkan. Untungnya tadi pagi Danu menyempatkan diri memakaikan Yuyun sepatu dan akhirnya memergoki kondisi sepatunya.

Dia melirik jam di pergelangan tangan. Sebenarnya telat juga tidak apa-apa, toh guru tidak akan memberikannya hukuman mengingat dia salah satu murid pintar di sekolah dan tentunya ada temannya yang lain yang akan datang lebih telat. Tapi Danu sudah terbiasa datang tepat waktunya. Baginya datang terlambat seperti mengkhianati prinsipnya sendiri.

"DANUUU?! ADOOOH SAYANGNYA AKOOOH!!" Danu menoleh dan matanya melotot melihat siapa yang ada di sebelahnya. Sekar. Teman sekelasnya—juga fans beratnya—yang kalau ditanya alasannya bersekolah, dia hanya ada satu alasan, 'karena naksir Ayang Danu'. Sebuah jawaban yang paling tidak masuk akal.

"Kayaknya kita tuh emang udah ditakdirin buat jodoh, deh, bayangin dari banyaknya kemungkinan, kita ketemu di jalanan ... eeeeh kamu kok keringetan, bentar-bentar aku singkirin dulu," Sekar mendekat dan tanpa merasa jijik dia mengusap keringat Danu dengan telapak tangannya.

Danu langsung mengempas jemari Sekar kasar. "Apaan sih lo!"

"Ye masih pagi udah galak aja."

Cowok itu mendengus lantas tanpa memedulikan Sekar, dia melangkah pergi. "Nuu, nonton sinetron Istri Kedua semalem nggak, seru banget loh episodenya, masa si Roni ninggalin istri pertamanya demi balikan ke mantannya terus—" seperti biasa, dalam kondisi seperti ini, Danu sudah terbiasa menulikan telinga. Seperti ada kemampuan otomatis yang selalu terlatih dari hari ke hari. Mungkin karena Sekar selalu menghantui harinya di sekolah dengan suara cemprengnya, dengan ceritanya yang tidak penting, dan dengan tebak-tebakannya yang garing.

Danu terus melaju sementara Sekar mengekor di belakangnya. Dia mempercepat langkahnya supaya dia bisa meninggalkan gadis itu tertinggal jauh di belakang, tapi Sekar punya tenaga kuli, secepat apapun langkahnya, pasti akan terkejar. Danu kembali teringat dengan adiknya, membayangkan selama satu minggu adiknya ke sekolah dengan sepatu menganga lebar. Tiba-tiba saja dia dihantam dengan perasaan bersalah.

"Terus ya Ke, si Roni itu—" suara cempreng Danu menelusup ke telinganya.

Grr. Kali ini kebatasan Danu sudah ada batasnya. Dia langsung menutup bibir Sekar dengan telapak tangan. "Lo bisa nggak si sehari aja nggak usah ganggu gue? Gatel-gatel ya badan lo kalau nggak ganggu gue? Denger ya, gue nggak mau denger cerita lo, muak gue, muak! Paham nggak?"

Sekar terdiam. Bukan karena tersakiti dengan kalimat Danu, tapi menyadari bahwa ini adalah jarak terdekat setelah satu setengah tahun dia merusuhi kehidupan Danu. Tangan Danu mendekap bibirnya dan dia bisa merasakan deru napas dari hidung Danu menampar mulus pipinya. Dia bisa melihat pupil mata Keegan yang ternyata ada bintik-bintik cokelat. Dia bisa melihat wajah Danu yang ternyata ada bintik-bintik jerawat akan tumbuh.

"Gahshaga—"

"Hah?" Danu menarik tangannya dari bibir Sekar, "apa? Lo bilang apa?"

"Gantengnya!"

Cowok itu geleng-geleng kepala dan berdecak gusar, "Dasar cewek sinting!"

****
Nathan memarkirkan mobilnya tepat di bawah plang SMA Bakti Jaya. Daripada sekolah, gedung itu lebih terlihat seperti sarang jin buang anak. Ada banyak sampah bertumpuk di depan, tulisan kotor bertengger di tembok, gambar tak senonoh di plangnya. "Ini mah parah, Sal."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WELCOME NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang