01

161 13 0
                                    

Semangat membaca dari si tukang halu.

-
-
-
-

Tubuh nya terasa lelah. Malam ini Skala manggung di tiga tempat berbeda. Skala bukan penyanyi besar di Indonesia seperti bang Judika. Skala hanya penyanyi cafe yang memang sering di undang untuk bernyanyi. Bukan hanya di cafe-cafe saja, Dia juga sering tampil di beberapa sekolah untuk jadi bintang tamu. Namanya sudah cukup banyak dikenal di kalangan anak remaja.

Meski tubuhnya lelah, secara Skala juga masih seorang pelajar. Tapi Skala tetap menikmatinya. Toh duit di Atm nya makin membengkak.

"Bunda kira kamu gak akan pulang, Kak."

Skala menaruh sepatunya yang baru dia lepas dan ia taruh sembarangan. Nanti juga ada bibi yang bakal menaruhnya di rak sepatu. Kebiasaan memang susah di rubah. Kebiasaan membuang asal sepatu yang baru dipake, padahal bunda nya sering ngingetin agar langsung di taruh pada tempatnya.

"Kalo aku gak pulang, bunda pasti chat aku mulu." dumel Skala. Heran sekali dengan bunda cantiknya ini. Berasa bundanya itu kaya pacarnya. Nanya-nanya lagi dimana?. Dengan siapa?. Sedang berbuat apa?. Wis jadi kaya nyanyi.

Ngomong-ngomong soal pacar, Skala kan jomblo. Bahkan cowok berzodiak virgo itu mengakui dirinya jomblo, dua hari yang lalu di twitter. Gara-gara postingan nya itu membuat kaum ciwi-ciwi yang suka berhalu makin halu. Makin menganggap Skala itu pacar online nya.

"Ya habisnya bunda kan khawatir kamu di luar sana ngapa-ngapa." meski anaknya cowok, tapi kan Dian tetep mencemaskan pergaulan anaknya. Takut salah jalan, salah arah pulang.

"Ngapa-ngapa gimana sih Bun?." heran Skala.

"Ya mit amit nya kamu pake narkoba atau ONS, gitu."

Skala langsung beristighfar dalam hati. Ajaib sekali pikiran bunda nya ini. Iya sih bunda nya begitu perhatian pada dia dan adiknya. Tapi kalo sampai mikirnya kesitu kan ya, Skala sebal.

"Bunda nuduh aku udah gak perjaka gitu. Ya Allah Bun, nyebut Bun."

Skala memang bukan remaja alim. Dia juga sering merasakan yang namanya minuman alkohol, balapan liar secara diam-diam juga. Tapi gak sampai ke hal buruk itu juga. Bahkan di saat Saka mengajak dia VCS, Skala menolak nya. Maksudnya liat Saka VCS sama cewek tentunya. Katanya sih sekarang Saka udah rada tobat masalah VCS. Takut dipidana. Yakali mati di penjara.

Dian mendengus. "kamu abis konser jadi kaya orang linglung gitu." ya wajar lah, ini sudah pukul 12 lebih, sepulang sekolah Skala kerumah bentar. Sisanya di luar rumah. Jadi Skala merasa lelah.

"Bunda marah ah, kalo kamu sering manggung gitu. Jadi sering pulang malam gini. Malam kurang tidur, efeknya pagi susah di bangunin. Bunda gak mau sekolah kamu, juga kesehatan kamu terganggu."

Skala cukup bersyukur, punya bunda yang luar biasa perhatian pada anak-anaknya. Tapi kadang Skala juga sebal, kalo jurus cerewet ala bundanya sudah keluar.

"Kan aku manggung cuma berapa hari dalam seminggu, Bun. Gak tiap hari juga."

"Lagian kamu kaya orang miskin banget sih Kak. Kerja keras gitu."

Nah untuk satu ini orang tuanya memang bertentangan beda pikiran. Jika bundanya sedari awal melarang Skala manggung. Bundanya menginginkan Skala fokus saja ke sekolah, jangan ikut sibuk cari duit. Padahal yang Skala lakukan itu karena cowok itu suka nyanyi saja. Tapi malah sering di kasih duit saat selesai manggung, kan dia gak bisa nolak juga. Mayan buat di tabung. Beda dengan papanya yang mendukung. Apapun yang anak-anaknya lakukan asal baik, ya silahkan. Papanya juga jarang memanjakan Skala berlebihan juga. Bahkan saat Skala habis tabrakan motor saja, sang Papa cuma bilang 'nanti juga sembuh. Pelajaran juga buat kamu agar lebih waspada'. Ya memang, saat itu lukanya gak terlalu parah. Bundanya yang lebay sekali saat itu, nangis tiap hari.

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang