Haii...
Happy reading!...“Setiap manusia pernah berbuat salah. Namun yang paling baik dari yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat.”
HR.Tirmidzi no. 2499; Ibnu Majah, no. 4251; Ahmad, 3 : 198.Tahun 2015
Hari ini adalah hari pertama ku empat tahun hidup di perantauan dan pertama kalinya aku akan menginjakan kakiku di jenjang SMA. Benar. Sudah tiga tahun kebelakang aku berada di perantauan. Tidak ada yang spesial, semua sama saja.
Aku merantau ke kota Bandung, melanjutkan sekolah sejak memasuki masa SMP. Aku tinggal di sebuah asrama dengan bangunan sedang namun cukup luas, asrama itu bernama Al-Haq. Sedangkan sekolahku berada seratus meter dari asrama. Semenjak SMP gedung yang ku pijaki ini sama saja, entah itu sekolah maupun asrama. Karena memang sekolahku itu cukup besar, bukan hanya jenjang SMP saja tapi juga SMA bahkan TK dan SD semua satu yayasan sehingga berada di satu tempat yang sama. Cukup bosan memang, apalagi teman yang hanya itu-itu saja kecuali jika ada anak dari luar.
Kalian sudah mengetahui namaku kan? Iya benar, aku Moza Auffa Azmina. Sejak SMP aku di panggil dengan sebutan Moza tapi ada beberapa orang yang memanggilku Oza. Aku dikenal dengan cewek hiperaktif dan ceplas ceplos. Bahkan tidak sedikit yang menganggap ku kurang sopan karena aku sering berbicara atau bertindak tanpa berpikir panjang mengenai dampaknya.
Aku dikenal dengan orang yang suka sekali bernyanyi, bahkan ketika diasrama suaraku bisa sampai terdengar ke asrama putra. Banyak yang sering mengingatkan tapi sayangnya aku selalu reflek dan merasa kalau suaraku kecil. Tapi yang bikin orang kesal adalah ketika ada tugas yang mengharuskan untuk menyanyi entah itu di kelas maupun ketika sedang ada acara di asrama, suaraku seakan hilang dan lenyap tak bersisa. Mungkin karena rasa grogi yang teramat. ‘Demam panggung’ pikirku.
Sudah dulu perkenalannya, kalian mungkin akan mulai mengenali sosokku ketika membaca kisah ku di part-part selanjutnya. Sekarang kembali ke masa ini.
Aku mulai memasuki gerbang pertama di asrama ini, dengan membawa satu koper berisikan baju-bajuku. Setelah gerbang pertama, banyak sekali anak-anak yang berlarian bermain bahkan ada beberapa orang yang tersenyum kearah ku. Aku membalas senyuman mereka hingga akhirnya sampai juga aku di gerbang ke dua yang di dalamnya terdapat tempat untuk istirahat anak asrama dengan di sebelah kanan gedung asrama putri dan di sebelah kiri gedung asrama putra. Di tengah terdapat ruang pertemuan serbaguna dan tak jarang di pakai untuk aula dan sholat berjamaah, itu di lantai dua. Sedangkan di lantai satu terdapat ruang tamu, dapur serta tempat untuk mencuci pakaian.
“Moza!!” ucap seseorang memanggilku.
Setelah aku melihat ke arah orang yang memanggilku, ternyata itu adalah Sarah teman seangkatanku yang sedang menjemur pakaian di halaman asrama putri. “Sarah..” aku berjalan cepat ke arahnya dan memeluknya setelah tepat berada di hadapannya.
“Ya ampun Za, gue kira lu kagak bakal lanjut ke sini lagi” ucap Sarah setelah melepaskan pelukannya.
“Gak mungkinlah, gue bakal di sini sampe lulus SMA.”
“Abisnya gue gak liat lu waktu tes masuk kemaren, gue pikir lu bakal tinggal dikampung lu lagi”
“Kemaren gue susulan karena tante gue nikah” jawabku sekenanya. “Btw yang lain mana? Masih belom pada dateng ya?” lanjutku.
“Belom pada dateng, masih sepi. Minggu ini kan yang dateng cuma kelas sepuluh sama kelas tujuh, yang lain minggu depan. Baru ada si Ayu sama lima anak kelas tujuh”
“oh oke, lu dikamar lama kan? Gue numpang di kamar lu dulu ya pasti belum ada pembagian kamar”
“Iya, si Ayu juga di situ. Sana gih mandi bau asap kendaraan badan lu”
Aku mulai memasuki gedung asrama putri. Masih sangat sepi, bahkan di lantai satu kosong tidak ada orang. Langsung saja aku naik ke lantai dua dan tidak sengaja berpapasan dengan tiga remaja awal. "mungkin itu anak kelas tujuh” pikirku. Mereka senyum ke arahku dan aku balas senyum mereka sekenanya, bukan karena sombong tapi karena canggung.
Setelah sampai di lantai dua, aku segera memasuki kamar nomor sepuluh yang berada dekat dengan tangga dan ruangan lainnya bahkan bersebelahan dengan kamar mandi. Aku melihat ada seseorang yang sedang asik membaca novel, carramel machiato itu judul bukunya. Aku sudah pernah baca novel itu.
Saking asiknya membaca novel, Ayu tidak menyadari keberadaanku yang sudah di ambang pintu. Bahkan aku melihat dia sedang senyum-senyum sambil melihat ke arah buku itu. Mungkin ia sedang membaca bagian romantis dibukunya, karena aku pun ketika membaca buku itu sering senyum-senyum tidak jelas bahkan bisa sampe ngakak saking meltingnya. Berasa aku jadi pemeran si cewek di novel itu.
“Assalamu alaikum ukhty” aku mencoba mengucap salam, tapi Ayu tidak menggubris sama sekali. “Astaghfirullah, fokus amat ya bacanya sampe ada bidadari ngasih salam aja gak denger” aku mulai mendekat ke kasur yang Ayu tiduri.
“Assalamu alaikum yu, ada bidadari dateng” ucapku tepat berdiri di samping kasurnya.
“Astaghfirullah!!” Ayu kaget sampe buku yang dibacanya jatuh ke lantai. “Ya Allah Moza, bikin kaget aja.” Ucapnya sambil duduk.
“Jawab dulu salamnya neng”
“Emang tadi lu salam ya?” tanyanya bingung.
“Astaghfirullah ukhty, gue salam dua kali kagak lu denger sama sekali malah fokus baca novel” ucap gue sambil menyentil kepalanya yang tidak dibalut dengan hijab.
“Eh iya kah? Hehe maaf maaf waalaikum salam”
“Hmm”
Gue memilih kasur di atas kasur milik Ayu, aku lebih suka di atas karena privasiku aman gak akan ada yang tau. Lagi pula ini cuma sementara sampe anak asrama udah dateng semua ke sini. Koper aku simpan di depan meja belajar, setelah itu aku langsung beranjak keluar kamar untuk ke kamarku sebelumnya karena di sana masih banyak barang-barangku yang tersisa.
“Mau kemana Za?” tanya Ayu yang sudah kembali keposisinya.
“Ke kamar tujuh mau ambil baju buat mandi.”
“Ohh”
Setelah itu, aku langsung ke kamar tujuh. Namun saat di depan kamar, aku mendengar suara orang sedang mengobrol di kamar itu. Awalnya aku ragu buat masuk tapi badan rasanya udah gerah banget pengen mandi tapi males kalo harus buka koper.
Tok tok tok
“Assalamu alaikum” akhirnya aku memutuskan untuk mengetuk pintu dan masuk ke kamar tersebut.
Ternyata kamar itu di jadikan sebagai kamar sementara buat anak kelas tujuh dan ada dua orang di sana yang sedang asik berbincang. Melepas rindu mungkin, apalagi setelah libur yang cukup panjang dan mereka sebelumya berada di satu sekolah yang sama.
“Waalaikumsalam” jawab mereka kompak dan seketika diam saat aku masuk ke kamar itu.
“Sorry ganggu, gue mau ambil baju di lemari. Kalian lanjut ngobrol aja.”
“Iya kak” ucap mereka malu-malu, sedangkan aku hanya cuek dan tak memperdulikan keberadaan mereka. Karena belum kenal.
Mengingat masa SMA, gimana nih??
Btw thanks ya udah mampir, yuk di vote and komen...Makasih....
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashback (Mozga)
RandomIngatan tentang kenangan lama yang menjadi harapan untuk sekarang dan masa yang akan datang.... Kita tidak pernah tahu siapa yang nantinya menjadi jodoh kita, boleh jadi ia pernah hadir dititik terkecil hidup kita atau bahkan orang yang sangat dekat...