Teman Baru...

2 1 0
                                    

Happy reading gess...
Semoga suka!

“Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”
(HR. Muslim)

“Yu, Za! Habis isya suruh ngumpul katanya bareng cowok juga” ucap Sarah setelah dari sholat maghrib di aula.

“Siapa?” tanya Moza tanpa melihat ke arah Sarah. Dia sedang asik memainkan handphonenya.

“Angkatan kita, ngumpul di ruang tamu.” Jawab Sarah sambil menyimpan mukenanya. “Anak kelas tujuh juga sih tapi mereka di aula kumpulnya. Kayanya jumlah mereka banyak deh.”

“Iyaa kata adik gue banyak banget sekitar 15 orang, cewek sembilan cowok enam.” Timpal ayu.

“Ck! Bikin sempit asrama aja” kesal Moza. “Yang lain kan belum pada dateng Sar, si Fai juga kemana tuh anak belum nyampe.”

“Bentar lagi mungkin, tadi mah gue tanya si Fai katanya udah di jalan depan.” Ucap Sarah diangguki oleh Ayu.

Moza turun dari kasurnya dan memungut jilbab yang disampirkan ke kursi meja belajarnya. Kemudian mengambil botol minum dan piring serta sendok dll. di dalam loker besi di ruang tengah. Setelah sholat maghrib, agenda selanjutnya adalah makan, itu sebabnya Sarah dan Ayu melakukan hal yang sama dengan Moza.

Sebelum turun ke ruang makan di lantai satu, Sarah mengajak Ayu dan Moza untuk menghampiri kamar anak kelas tujuh atas perintah pengurus asrama. Ayu dan Moza hanya diam di depan pintu kamar menyerahkan sepenuhnya kepada Sarah untuk mengajak anak baru itu.

Ketiganya menyusuri koridor asrama yang masih sepi itu dan cenderung gelap. Sebenarnya jauh di lubuk hati mereka merasa takut, apalagi sebelumnya mendengar kalau asrama yang mereka tinggali cukup tua dan menyeramkan. Tidak sedikit kisah mistis yang pernah diperdengarkan kepada mereka.

“Eh katanya di angkatan kita bakal ada anak baru ya? Tapi gue taunya yang di cewek aja sih. Katanya kembar.” Tanya Ayu memecah keheningan.

“Serius? Lucu lah nambah orang kita.” Ucap Moza sekenanya.

“Sodaranya si Fai bukan sih?” tanya Sarah memastikan.

“Kurang tau sih” balas Ayu.

“Kalo mereka sodara si Fai, kemungkinan besar mereka bareng si Fai.” Ucap Moza.

Tanpa mereka sadari, sekarang mereka sudah sampai di ruang makan. Awalnya mereka kaget karena ruang makan sangat gelap, semua lampu mati di ruangan itu. Karena ketiganya terdiam cukup lama, tidak ada yang berani untuk mencari saklar dan menyalakan lampu. Yang mereka ingat, letak saklar jauh dari pintu masuk, berada di belakang dekat pintu menuju dapur dan tempat mencuci.

Karena rasa lapar sudah menyerang dan mengalahkan rasa takutnya, Moza memutuskan untuk berjalan di antara kegelapan mencari saklar yang letaknya di ujung ruangan. Sedangkan Ayu dan Sarah kaget tercengang dengan keberanian Moza, padahal ketika acara kelulusan kemaren Moza bercerita kepada mereka kalau dia sempat melihat di pojok ruang makan ada yang berdiri memperhatikannya.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya lampu berhasil dinyalakan. Ayu dan Sarah dikejutkan dengan keadaan Moza yang diam mematung dengan wajah sedikit pucat dan tangan masih berada di saklar. Moza kenapa?” dalam hati mereka berdua terus mempertanyakan hal itu, hingga di detik berikutnya Ayu dan Sarah memutuskan untuk mendekati Moza, takutnya Moza tiba-tiba pingsan.

“Za! Lu kenapa?” tanya Ayu khawatir, “Lu gak kesurupan kan?” reflek nya.

Sialan si Ayu wkwkwk.

“Heh yu, kok lu ngomongnya gitu?” sewot Sarah panik, tapi ingin ketawa juga.

“Ya abisnya si Moza tatapannya kosong gitu, kan serem”

“Dibelakang kalian” ucap Moza tiba-tiba. Arah pandangnya tidak berubah, masih sama dengan yang tadi dengan tatapan kosongnya. Moza seperti dihipnotis.

Setelah mendengar penuturan Moza, Ayu dan Sarah reflek berlari menuju belakang tubuh Moza dan mencari-cari yang dimaksud Moza. Seketika Moza tertawa puas dengan kencang, meninggalkan kebingungan pada kedua temannya.

“Lu kenapa Za? Gak beneran kesurupan kan? ZA! MOZA!” ucap Sarah sambil mengguncang-guncangkan tubuh Moza. Sedangkan orang yang dimaksud masih tetap dengan tawanya. Ayu pun sudah mulai panik sampai mundur beberapa langkah.

“Siapa yang kesurupan sih” Moza masih setia dengan tawanya.

“Lah lu kagak kesurupan Za?” kedua teman Moza mulai kesal.

“Nggak lah”

“Kok muka lu pucet bener?”

“Gue udah laper banget, magh gue kambuh anjir”

“Ish kirain teh kesurupan” ucap Ayu sambil menoyor kepala Moza.

“Eittss ngomong kasar” ucap Sarah menampol bibir Moza.

“Aww! Iya iya maap lupa! Gak usah nampol bibir seksi gue juga dong” gerutu Moza.

Mereka bertiga akhirnya bergantian mengambil makanan yang sudah disediakan di sana. Entah karena sebagai bentuk penyambutan anak baru atau gimana, makanan di sana jauh lebih enak dari biasanya. Menu makanan ada beberapa macam, yaitu rendang, telor ceplok, dengan sayur sop. Ditambah dengan brownies dan jus Strowbery. Kurang enak apa coba? Biasanya juga sayur sop sama tahu goreng doang, di kasih sambel ada juga kecap buat yang gak suka pedes.

Setelah ketiga orang itu menempati tempatnya masing- masing, giliran anak kelas tujuh yang berdatangan menuju ruang makan. Awalnya mereka terlihat canggung dan segan untuk mengambil makanan, bahkan ada yang merasa bingung harus bagaimana karena belom mendapat arahan dari pengurus asrama.

“Langsung ambil makanannya aja, terus duduk makan” ucap Moza tanpa melihat ke arah mereka. Sedangkan Ayu dan Sarah seketika melihat ke arah Moza dan menggelengkan kepalanya.

“Apasih! Gue tau gue cantik” seketika kedua teman Moza berpura-pura hendak muntah.

Moza itu unik, ada hal yang dia punya dan tidak dimiliki oleh orang lain. Aksinya selalu berhasil membuat orang berfokus padanya. Kekonyolannya, dan sifat jujurnya semuanya terlihat natural dan tidak dibuat-buat. Perubahan moodnya sangat kentara, emosinya pun gampang terbaca. Tapi satu yang sulit orang lain ketahui. Bagaimana perasaan Moza sebenarnya, karena ketika ia menceritakan seseorang yang ia suka terkadang terdengar seperti tidak ada perasaan di sana tapi disaat yang lain, perasaannya terlihat menggebu-gebu.

Sebenarnya banyak kaum ikhwan yang tertarik dengannya, tapi hampir semuanya gengsi. Mungkin karena sebelumnya kebanyakan dari mereka pernah membully Moza karena ia hanya sendirian dari daerahnya yang bersekolah di sana. Di tambah sebelumnya Moza sangat cuek masalah penampilan, yang penting menutup aurat pikirnya. Setelah mulai memasuki SMA justru banyak yang mencoba mendekati Moza, aku yakin kalian paham bagaimana reaksi dari Moza, tapi ia tidak begitu membenci, justru ia mewajarkan entah untuk alasan apa. Yang sebenarnya hanya Moza yang tahu.

“Akan lebih baik jika kita menjaga sendiri rahasia kita, karena kita gak akan pernah tahu kapan rahasia itu terungkap.”_ucapnya kala itu, setelah mendapatkan Bullyan yang cukup menyesakkan. Seharunya ia marah tapi malah memilih untuk diam.

Thanks buat yang udah mampir...
Kira-kira apa ya rahasianya??

Sampai ketemu di next part!!

Flashback (Mozga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang