Eps. 5 - Es Krim Rasa Canggung

125 12 14
                                    

Hari kelima ujian semester tiga baru saja telah selesai dilaksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kelima ujian semester tiga baru saja telah selesai dilaksanakan. Semua mahasiswa sudah diperbolehkan beranjak dari kampus. Bagi mahasiswa yang menjadi #timngambis tentu kebanyakan akan segera bergegas pulang ke rumah, kos, maupun asrama. Namun, hal itu tidak berlaku untuk cewek yang menggunakan hoodie garis-garis hitam dan putih dengan tudung hoodie yang menutupi kepalanya.

Cewek itu terus berjalan sejak keluar dari kelas Hukum A1. Entah apa yang dipikirkannya saat ini yang pasti dari raut wajahnya sepertinya ia sedang kalut. Beberapa kali juga terdengar hembusan napas yang berat.

Sol A masih terus berjalan menyusuri area kampusnya. Kedua matanya berpendar ke kanan dan kiri. Melihat teman-teman mahasiswanya yang lain yang juga baru saja telah menyelesaikan ujian. Sol A merasa iri pada mereka. Ia iri karena mereka terlihat biasa-biasa saja bahkan ada beberapa yang malah memasang wajah ceria atau antusias mungkin untuk menghadapi ujian berikutnya besok, siapa tahu?! Sungguh, bisa-bisanya mereka seperti itu. Seperti tidak ada beban sama sekali.

Sol A jadi berpikir, apa mungkin dia lah yang salah? Dia yang salah karna menganggap ujian semesteran adalah beban? Beban yang sangat berat bahkan melebihi sejumlah uang untuk membayar kosnya di Seoul. Ya, mungkin memang benar. Ia terlalu naif untuk mengakui hal itu. Sol A sangat frustrasi sekarang, ia mengacak-acak rambutnya dan mengembuskan napas entah yang keberapa kalinya.

Dari kejauhan, terlihat seorang cowok yang sepertinya baru saja keluar dari kantin. Ia berdiri sambil memegang sebotol minuman dingin berperisa yang kosong dan hendak ingin ia buang botolnya. Cowok itu berada lumayan jauh di belakang Sol A, namun ia masih bisa mengenal yakin bahwa cewek dengan hoodie garis-garis yang ia lihat itu adalah Sol A.

Sebelum menghampiri, Joonhwi menyempatkan sedikit waktu untuk tersenyum kecil. Dasar cewek aneh! Batinnya.

Setelah itu Joonhwi berlari menghampiri Sol A, dan... "HUAAA!!!"

"Joonhwi! Lo apa-apaan, sih?!" Sol A tidak terima jantungnya telah dibuat mau copot. Ia protes pada Joonhwi namun hanya dibalas dengan tawa kecil cowok itu. Tawa yang sangat puas.

"Biasa aja kalik, tadi gue ngagetinnya juga nggak keras kok hehehe..."

"Idih, nggak keras nggak keras... kepala lo digundul itu baru keras!"

Kedua tangan Sol A kembali bersembunyi dibalik saku hoodienya. Ia kembali seperti semula. Kehadiran Joonhwi masih belum mampu memmbuat mood buruknya itu sirna. Setidaknya untuk saat ini.

Kini mereka berdua berjalan bersama beriringan. Tidak ada lagi percakapan antara mereka berdua. Hanya suara bising keramaian disekitar yang terdengar. Joonhwi yang lebih dulu sadar akan keheningan yang melanda mereka berdua itu akhirnya bersuara. "Mau kemana, sih?"

Sol A hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban. Joonhwi yang melihat itu pun mulai bertanya-tanya. Ia merasa ada yang aneh pada diri Sol A, tidak seperti biasaya. Sejak ditemuinya beberapa menit lalu, wajah Sol A selalu ditekuk. Tidak ada wajah cerianya sama sekali seperti yang biasanya ia perlihatkan.

"Ada masalah, ya?" Karena penasaran, Joonhwi akhirnya bertanya.

Sol A pun langsung menoleh. Ia menatap Joonhwi cukup lama hinga membuat Joonhwi menaikkan kedua alisnya. Sol A kembali menunduk. Ia menghembuskan napasnya, lagi dan lagi. Untuk kesekian kalinya.

"Lupain aja, deh. Gue nggak mau bahas lagi. Yang ada nanti gue malah makin sedih. Ehm..." Sebelum melanjutkan perkataannya ia melirik lalu menunjuk ke arah pedagang es krim pinggir jalan yang ada di kawasan streed food di depan kampusnya. "Gimana kalau kita belie es krim aja disitu, yuk?! Ayokkk gue pengin banget!"

Karena saking tidak sabarnya, Sol A langsung menarik lengan kiri Joonhwi supaya cepat ikut dengannya untuk membeli es krim. Joonhwi hanya terpaku. Secara tidak sadar, ia telah kontak fisik dengan Sol A dan hal itu membuatnya sedikit shock. Lebih anehnya lagi degup jantungnya kini agak mempercepat. Sebelumnya Joonhwi tidak separah ini. Tapi, mengapa akhir-akhir ini ia merasakan perasaan yang begitu aneh ketika dekat dengan Sol A. Ia sendiri pun merasa sulit untuk menjelaskannya.

Setelah sampai, barulah Sol A melepas tangan Joonhwi. "Lo mau yang mana? Red velvet sama kayak gue?" Tanyanya pada Joonhwi yang hanya dibalas anggukan oleh cowok itu.

Setelah dipesan tak berselang lama kemudian dua buah es krim berperisa red velvet itu siap untuk disantap. Satu untuk Sol A dan satunya untuk Joonhwi. Untuk menikmatinya, mereka berdua duduk di tempat yang telah disediakan.

Sol A  tampak sangat menikmati es krimnya. Ketika es krim miliknya hampir habis disitu es krim milik joonhwi masih separuh lebih. Joonhwi yang tahu itu tak tahan untuk tersenyum gemas. Walaupun yang diperhatikan sama sekali tidak menggubrisnya. Sol A pun bahkan tidak tahu jika dirinya dari tadi sedang diperhatikan Joonhwi. Ia terlalu fokus dengan es krim, es krim red velvet kesukaannya disaat moodnya sedang kacau. Sungguh momen yang pas.

"Sol?" Joonhwi yang merasa dirinya tidak dihiraukan itu mencoba memanggil Sol A. Cewek itu akhirnya menoleh juga. Sekarang ia dapat menatap wajah Joonhwi dengan dekat karena mereka memang duduk bersebelahan.

Joonhwi yang sadar akan hal itu juga tak berniat untuk menepis jarak. Kedua matanya malah melirik bibir Sol A. Sadar akan kemana arah pergerakan kedua bola mata Joonhwi, Sol A langsung tersentak kecil serta matanya sedikit melotot. Degup jantungnya dua kali lebih ceat. Ia benar-benar membeku di tempat saat ini.

Tak lama kemudian tangan kiri Joonhwi bergerak keatas lalu mendarat di sisi tepi bibir Sol A. Dan... ah, rupanya Joonhwi sedang menghilangkan bercak es krim yang menempel. Mengetahui hal itu, Sol A jadi malu setengah mati. Pun juga dengan Joonhwi, ia merasa apa yang ia lakukan saat ini adalah di luar kendalinya.

Mereka berdua akhirnya sama-sama canggung dan jadi salah tingkah. Untung saja berkat tetesan es krim yang mengenai tangan kri Sol A, mereka jadi tidak harus lama-lama dalam suasana canggung karena Sol A langsung bergegas ke tempat dimana terdapat wastafel.

Joonhwi yang masih tetap duduk itu menatapi telapak tangan kirinya, Otak sama hati emang nggak pernah bisa sinkron!

Joonhwi yang masih tetap duduk itu menatapi telapak tangan kirinya, Otak sama hati emang nggak pernah bisa sinkron!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Day In The LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang