Eps. 4 - Pertikaian Singkat Si Tidak Ekspresif

110 8 10
                                    

Pagi itu, banyak sekali mahasiswa yang berada di depan kelas Hukum A1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, banyak sekali mahasiswa yang berada di depan kelas Hukum A1. Kebanyakan dari mereka sambil memegang buku. Mulai dari buku yang tipis sampai tebal. Ekspresinya serius. Jelas saja, karna beberapa menit lagi mereka akan mengikuti ujian. Ini adalah hari pertama ujian akhir semester tiga bagi mereka.

Seorang gadis dengan rambutnya yang diikat satu ke belakang itu tampak mondar-mandir. Mulutnya komat-kamit, serta fokusnya tertuju pada buku yang ia pegang, buku tersebut lumayan tebal.

"Aduh, gue nerveus banget. Gue nggak bisa tenang." Rengek Yeseul. Ia selalu begitu. Setiap kali mau ujian, ia pasti merasa panik. Ia takut jika nantinya tidak bisa mengerjakan. Sekalipun ia sudah belajar. Teman-temannya sudah hapal dengan kelakuannya itu

Sementara yang lain, ada Sol A, Sol B, dan Bokgi tampak serius membaca buku yang ada di depannya lalu ada pula Joonhwi, Seungjae, dan Yebeom yang hanya duduk santai sambil berbincang-bincang. Dari situ, dapat dilihat jelas mana yang menjadi tim ngambis dan mana yang bukan tim ngambis.

"Yeseul, please. Lo bisa diem nggak, sih?" Ketus Sol B dengan wajah datarnya. Lama-lama ia juga merasa terganggu oleh kelakuan Yeseul. Sol B adalah tipe orang yang kalau belajar membutuhkan ketenangan. Maka dari itu, selain karena menjadi #timngambis, ia juga tidak akan segan menegur siapa pun yang membuatnya terganggu.

Ekspresi Yeseul langsung menciut begitu mendengar ucapan Sol B. Lalu ia melihat Sol A yang menepuk-nepuk ruang kosong disampingnya, mengisyaratkan agar Yeseul duduk disitu. Yeseul pun menurut.

Setelah Yeseul berada didekatnya, lalu Sol A memajukan wajahnya mendekati bagian telinga kiri Yeseul, "Lo nggak usah panik. Santai, tenang, kuasai... inget, lo nggak sendirian. masih ada gue. Gue yang juga selalu takut sama nilai tapi mencoba untuk tetap tenang. Okay?" Bisik Sol A panjang lebar.

Perasaan Yeseul agak sedikit tenang ketika mendengar bisikan Sol A, walaupun hal itu tidak sepenuhnya membuat rasa cemasnya hilang. Buku mengenai hukum perdata yang lumayan tebal itu kembali ia baca. Ia tidak boleh terlalu cemas kali ini, setidaknya untuk beberapa menit lagi. Ia harus lebih fokus.

Sol B masih sama seperti semula. Layaknya patung, ia tidak berubah posisi sedari tadi. Duduk bersila bersama dengan sebuah buku yang sama seperti yang Yeseul baca. Sementara Sol A, kelihatannya ia mulai merasa jenuh. Ia menutup bukunya lalu melakukan gerakan-gerakan kecil seperti pemanasan. Setelah itu, kedua matanya meilirik ke arah cowok yang mengenakan sweater biru tua itu sedang berbincang-bincang dengan yang lain.

Dasar otak jenius, nggak perlu belajar aja udah pinter!

Tidak sadar bahwa ia cukup lama melirik Joonhwi, Sol A pun langsung kaget ketika ia tertangkap basah oleh obyek fokusnya saat ini. Joonhwi pun menaikkan alisnya seolah berkata, Ada apa?

Sol A mencoba rileks, kemudian ia menaikkan kedua bahunya menandakan ia sendiri juga tidak tahu. Akhirnya Sol A lebih dulu mengakhiri kontak mata dengan Joonhwi dan melanjutkan kegiatanya, memasukkan buku yang tadi ia baca ke dalam ranselnya. Namun lain dengan Joonhwi, rupanya ia masih belum ingin mengakhiri kontak mata dengan Sol A. terbukti, ia sekarang masih memerhatikan Sol A yang sibuk dengan kegiatannya itu sambil memikirkan hal-hal yang membuatnya overthingking. Ya, tentu harusnya kalian sudah tahu apa yang membuatnya overthingking itu. Benar, masih dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Bagaimana ketika ia tidak sengaja membaca notifikasi pesan di ponsel milik Sol A. Hal itu masih memuatnya overthingking.

Yebeom yang merasa tidak ada tanggapan dari Joonhwi mengenai obrolan mereka bertiga langsung menyadarkan lamunan Joonhwi. Joonhwi sedikit tersentak. Lalu, ia meminta maaf kepada Yebeom dan Sungjae.

Terlihat seorang cowok berkacamata yang mengenakan jaket berwarna krem itu berjalan menuju law school geng dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa. Hal itu membuat sekawanan law school geng menoleh ke arahnya, kecuali Sol B.

Lagi dan lagi ia sama sekali tidak ekspresif. Wajah yang datar selalu ia perlihatkan seperti sekarang ini. Dengan menggendong ransel dibelakang punggunya serta tangan kanan yang menggenggam beberapa kertas, ia berdiri tepat dihadapan Sol B. Sangat dekat sekali jaraknya. Mungkin kurang lebih tiga puluh centimeter.

Sol B yang menyadari hal itu langsung mendongakkan kepalanya. Seperti tidak ada bedanya dengan Jiho, sama-sama memasang wajah datar. Setelah seperkian detik saling tatap, baru lah Sol B angkat bicara, "Kenapa lo berdiri di depan gue?"

"Mana buku hukum perdata gue?" jawab Jiho sekaligus kembali bertanya dengan nada yang ketus.

Melihat hal itu, sekawanan law school geng diam tak berkutik. Semua pandangan fokus pada dua orang yang sedang berhadapan tersebut.

Sol B akhirnya berdiri. Sekarang jadi sangat terlihat jelas sekali jarak mereka berdua begitu dekat, "Kenapa lo tanya gue? Emangnya gue pinjem buku lo? Gue punya sendiri kalik." Jawab Sol B.

Jiho terlihat sedikit memanas ketika mendengar ucapan Sol B, "Kemarin gue lihat buku gue ada di meja lo dan gue inget lo sempet minjem buku gue waktu di markas. Jadi, sekarang balikin buku gue!"

Sol B tersenyum licik seraya memalingkan wajah sebentar lalu kembali membalas perkataan Jiho, "Lo lupa, ya? Bukannya gue udah bilang kalo buku lo ada di meja gue? Kalo nggak lo ambil ya itu bukan salah gue dong? Lagian gue minjem buku lo cuma sebentar doang, nggak sampai satu menit."

"Jadi, maksud lo... buku gue masih ada di meja lo?' Jiho mencoba memahami perkataan Sol B.

Sebelum menjawab pertanyaan Jiho lagi, Sol B menoleh ke sebelah kirinya. Diikuti dengan anak-anak kelas Hukum A1 lainnya. Ternyata yang sedang mereka perhatikan adalah mereka para pengawas ujian. Hal itu tentu menandakan bahwa ujian akan segera dimulai dan mengisyaratkan bahwa mahasiswa kelas Hukum A1 harus segera masuk ruangan secepatnya.

Semuanya langsung bergegas, tak terkecuali sekawanan law school geng. Sol B yang masih berdiri menghadap Jiho itu mengedikkan bahunya. Mengisyaratkan kepada Jiho bahwa ia tidak tahu buku yang Jiho maksud saat ini ada di mejanya atau tidak karena ia memang merasa tidak bertanggung jawab atas buku tersebut. Setelah itu, ia pergi menyusul anak-anak yang lain masuk ke kelas.

Sementara Jiho tampak masih shock. Ia menghela napasnya berat. Joonhwi yang masih ditempat tersebut berjalan menghampiri Jiho. Ia merangkul serta mengelus-elus pundak kiri Jiho berharap teman satunya itu bisa sabar. Seperti dendam kesumat, Jiho mengepalkan kedua telapak tangannya sebelum berjalan menuju kelas.

Gue bener-bener benci sama lo!

Gue bener-bener benci sama lo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Day In The LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang