Biasa

1.1K 96 4
                                    

Soobin menatap segerombolan siswa yang bermain-main, lebih tepatnya membully seorang siswa. Mereka melempari siswa tersebut dengan tanah, telur, dan tepung. Ia hanya memandang tanpa berniat untuk menolongnya. Dia terlalu enggan untuk ikut campur urusan orang lain.

Ia bukan seorang anak donatur, anak kepala sekolah, ataupun seseorang yang berkuasa seperti yang tertuang di wattpad. Dia hanyalah anak biasa yang bersekolah di sini, tidak kaya maupun miskin. Soobin adalah kalangan menengah, itu adalah salah satu faktor kenapa ia tidak menjadi target bully.

Selain itu, ia juga termasuk anak yang pendiam. Namun memiliki aura intimidasi yang tinggi. Soobin selalu disangka preman, padahal dia hanya siswa biasa. Salah satu kelebihannya hanya parasnya yang luarbiasa, tapi ketutup sama sifatnya yang pemalas dan jarang bersosialisai. 

Di sekolah, ia hanya akan berada di kelas untuk tidur. Kemudian pulang ketika sekolah hampir ditutup. Makanya tak ada yang mengetahui paras tampannya kecuali teman sekelasnya. Banyak yang menaruh hati padanya, tetapi enggan mengutarakan karena Soobin itu biasa. 

Para siswa di kelasnya memiliki motto 'Untuk apa ganteng kalau tidak beruang'. Soobin malah bersyukur tidak ditempeli oleh lintah pengisap karena motto tersebut. Intinya dia jauh dari kata pacar idaman. jika berada di dalam cerita, Soobin itu adalah tokoh figuran yang tidak penting.

"Udah yuk! Puas gue bully dia, hahaha.." Segerombolan siswa tersebut pergi meninggalkan kelas, menyisakan seorang siswa yang terbaring di lantai dengan kondisi jauh dari kata baik.

Bel sekolah sudah berkumandang beberapa saat yang lalu. Maka dari itu mereka lebih leluasa membully. Sementara Soobin berada di kelas bukan tanpa sengaja, tadi ia ketiduran di jam terakhir dan terbangun karena mendengar suara meja di tendang. 

Alhasil dia jadi menyaksikan aksi pembullyan yang dilakukan beberapa siswa di kelasnya. Namun yang membuat Soobin heran adalah si korban. Siswa tersebut hanya tersenyum manis ketika tubuhnya dipukuli atau dilempari. Tidak ada niat sedikitpun untuk membalas, seperti orang lemah. Ada perasaan aneh yang merambat di hatinya, tetapi ia acuhkan.

Tak lama kemudian, Soobin beranjak dari bangkunya. Berjalan santai ke luar kelas tanpa menoleh ke siswa yang kini menatapnya. "Hei..." Soobin menghentikannya langkahnya, tetapi ia enggan menengok. Dia hanya menunggu siswa tersebut melanjutkan kalimatnya yang tercekat.

Soobin tahu siswa itu kesulitan berbicara karena ia sempat lihat si pembully memukul rahangnya. "Apa.. aku menyedihkan?" tanya siswa tersebut. Soobin membisu, dia enggan menjawab pertanyaan tersebut. Saat hendak melangkahkan kakinya, siswa itu kembali berbicara padanya.

"Yeonjun menyedihkan ya.."

Choi Yeonjun, seorang siswa jenius yang terlihat lugu dan polos. Namun penampilannya yang cupu membuatnya menjadi target bully. "Yeonjun jelek ya.." gumam siswa itu seraya menunjukkan senyum miris. Setelah itu Yeonjun berusaha untuk bangkit dari posisinya. Ia meringis, tubuhnya terasa lengket dan sakit.

Tiba-tiba ada seseorang yang membantunya berdiri. Yeonjun menoleh, menatap namja tinggi yang menolongnya. Padahal saat ia dibully, Soobin tampak tidak peduli. "Kenapa?" tanya Yeonjun sembari menatap manik hitam Soobin.

Soobin menggeleng, ia membuka tasnya dan memberikan baju olahraganya. "Untuk apa?" tanya Yeonjun seraya menerima baju olahraga tersebut. "Gue nggak mau jalan sama gembel," balas Soobin. Bukan bermaksud menghina namja di hadapannya, penampilan Yeonjun saat ini mirip seperti gembel. 

Dia tidak mau disangka jalan sama gembel, makanya ia meminjamkan baju olahraganya. Yeonjun menyunggingkan senyum tipis, kemudian melepas seragamnya di depan Soobin. "HEH! LO MAU NGAPAIN?!" seru Soobin seraya menutup kedua matanya dengan telapak tangan, tetapi masih ada celah untuk mengintip. 

SOOJUN OPIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang