Kakak

2.2K 105 12
                                    

Lampu berkedip sekilas sebelum menyala sempurna, menerangi sebuah ruangan luas. Seorang namja manis tersenyum, memandang ke atas meja di depan sofa yang di atas nya terdapat berbagai macam toples makanan ringan. Dia memekik girang, lalu berlari ke arah sofa dan duduk dengan nyaman.

Yeonjun, namja manis itu tersenyum lebar sembari membuka setoples nastar yang begitu menggoda. Dia menyalakan televisi ruang tengah, mencari channel favoritnya. Ia menonton animasi kesukaannya seraya melahap beberapa butir nastar hingga habis tak bersisa.

Ketika nastar habis, ia mengambil setoples coklat kacang, membukanya dan melahapnya. "Eum enyakk!" Dia sangat menyukai rasanya. Yeonjun terlampau asyik dengan dunianya tanpa menyadari seseorang berdiri di belakangnya. "Ehem.." Sosok itu berdeham, mengambil alih atensi namja rubah tersebut.

Yeonjun menoleh ke belakang, memandang adiknya yang berkacak pinggang dengan wajah datar. Namja rubah itu hanya menyengir, dia menawarkan toples kosong di tangannya. Soobin menatap toples yang diberikan kakaknya, lalu melihat ke toples nastar yang isinya sudah ludes. "Hyung, kamu belum beberapa jam di sini sudah menghabiskan dua toples?!" tanyanya tanpa sadar meninggikan suara.

Sang kakak tersentak, kedua matanya nampak berkaca - kaca, bibirnya melengkung ke bawah. Soobin tersadar, dia mendekat ke arah namja rubah itu dan menarik tubuh mungil itu ke dekapan hangatnya. "Maaf ya.." bisiknya. Yeonjun terisak pelan, menganggukkan kepalanya perlahan lalu membalas pelukan sang adik.

Soobin duduk di samping namja rubah itu, memeluk dalam posisi menyamping sangatlah tidak nyaman menurutnya. Akhirnya dia mengangkat tubuh kakaknya pelan - pelan, lalu ia dudukan Yeonjun ke pangkuannya. "Gini saja hyung, biar nyaman pelukannya.." ujarnya.

Kini Yeonjun dalam posisi menghadapnya dengan kaki membuka lebar. Namja rubah itu mengangguk, kemudian memeluk leher yang lebih muda. "Junnie mau esklim boyyeh?" tanyanya. Soobin mengangguk sekilas, kemudian menggendong Yeonjun dan berjalan mendekat ke kulkas.

Namja kelinci itu mengambil satu cup es krim pisang, ia berikan ke kakaknya yang langsung menerimanya dengan binar polos di matanya. Dia gemas sama Yeonjun, usianya memang 18 tahun, tapi pola pikir dan kejiwaannya masih seperti anak berusia 5 tahun. Polos dan lugu.

Soobin mengusap kepala kakaknya yang menikmati es krim, dia berjalan kembali ke sofa, duduk dengan nyaman sembari mengenang masa lalu. Saat itu ia masih berumur 4 tahun sementara Yeonjun berusian 5 tahun. Mereka bermain dengan hati gembir di taman, berlari ke sana ke sini dengan tawa kecil yang mengiringi.

Akan tetapi semua kesenangan berakhir saat bola yang ditendang Yeonjun menggelinding ke tengah jalan raya. Soobin memperingati kakaknya untuk tidak berada di dekat jalan raya seperti kata ibunya. Namun Yeonjun bilang, "Ndapapa tahu! Junnie saja yang ambil, Junnie kan sudah becal!" Bocah rubah itu berlari kecil, mengambil bola tersebut tanpa menyadari dirinya dalam bahaya.

Sebuah truk melesat dengan kecepatan tinggi. Si pengendara tidak fokus hingga tak menyadari Yeonjun yang berjongkok untuk mengambil bola. Saat menyadari dia membunyikan klakson dan memelankan lagu truknya berharap si bocah segera pergi. Namun Yeonjun terlalu syok dengan suara klakson yang sangat keras, kakinya membeku di tempat.

"HYUNG!" seru Soobin sembari berlari, dia ingin menyelamatkan kakaknya. Namun terlambat, tubuh Yeonjun tertabrak oleh truk tersebut hingga terpental. Sang adik yang melihatnya bergegas menghampiri tubuh kakaknya yang terbaring di sisi trotoar.

Tubuh Yeonjun bersimbah darah, Soobin tidak kuat melihat pemandangan itu. Tubuhnya bergetar pelan, pandangannya perlahan mengabur. Dia mendengar beberapa orang berbondong - bondong menghampirinya sebelum pandangannya menjadi gelap.

Setelah kejadian itu. Yeonjun dinyatakan koma, Soobin menangis sejadi - jadinya. Dia merasa bersalah karena tidak mencegah kakaknya. Ibu dan ayahnya menenangkannya, membisikkan kata - kata lembut. Ia percaya suatu saat Yeonjun akan terbangun dari tidurnya.

SOOJUN OPIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang