1 ~ Pria yang mengajarkan keberanian

53 2 0
                                    

.
.
.

Masa Kini

26 Juli 2022

Di bawah Banner bertuliskan kalimat Selamat 'Menempuh Ujian Akhir Semester' itu berdiri seorang gadis cantik berambut panjang memakai baju putih. Ia bukan sosok penunggu pohon beringin kampus yang terkenal itu, tapi gadis itu bernama Susanna Lelyana. Sudah satu jam Sanna menunggu temannya di depan ke gedung Fakultas Teknik. Hatinya gelisah merasa khawatir kalau Agung, temannya yang ia tunggu itu tak datang untuk menemaninya masuk. Karena waktu janji temu mereka sudah lewat 15 menit.

"Astaghfirullah, San. Gue kira lo si manis. Gue udah takut banget tadi," ujar Agung dengan ekspresi yang seirama dengan ucapan pembukanya, ia terlihat ketakutan.

Sanna diam mematung, sambil menatap Agung penuh kesal. Sudah dibiarkan menunggu tanpa memberi kabar, saat datang malah mengira dirinya penghuni pohon beringin yang biasa disebut oleh warga kampus si 'manis'. Tentu saja, Sanna tidak terima.

Mengerti tatapan Sanna yang dilayangkan padanya, Agung terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sori, San. Tadi motor gue mogok. Tapi serius, lo mirip si manis. Ngapain pake baju putih gini, sih."

Sanna memutar mata jengkel. "Tadi habis hadir di birthday Party anak private gue. Motor lo mogok mulu itu tanda pengen cepet diganti yang baru, lagian udah butut juga."

"Eh sembarangan. Itu motor walaupun butut, tapi punya harga yang tak ternilai. Saksi sejarah bokap nyokap jatuh cinta hingga terlahirlah laki-laki tampan yang jadi anak mereka."

Sanna menatap Agung dengan jijik. Tidak, bukan pada isi kalimatnya karena Sanna mengakui Agung tampan. Ekspresi yang Sanna tampilkan dampak intonasi Agung yang menggelikan, tidak heran lelaki itu disebut sebagai Pujangga alay. Males meladeni ucapan absurd Agung yang takan terhenti apabila terus dilanjutkan, Sanna lebih memilih untuk melangkah masuk ke gedung Fakultas Teknik. Diikuti Agung dibelakang yang nampak menertawakan dirinya sendiri.

"Kenapa harus minta anter gue sih, kan bisa sendiri?"

Sanna tersenyum tipis. Lalu memandangi sekeliling. Biasanya koridor fakultas Teknik selalu penuh ramai oleh mahasiswa. Riuh sorak mereka kadang bisa membuat perempuan yang lewat di koridor ini untuk menutup telinga dan berjalan menunduk malu karena di jadikan pusat perhatian. Wajar saja, penghuni fakultas teknik di dominasi oleh kaum jantan, hanya sekitar 2 dari 10 mahasiswi yang menempati fakultas tersebut.

Sanna, pernah mengalami kejadian tersebut. Perannya sebagai anggota Kementerian Dalam Kampus di Organisasi BEM, membuatnya harus akrab pada setiap fakultas di kampusnya. Namun kini, suara tersebut nyata hilang. Bagaimana tidak? Ini merupakan hari libur. Kampus mereka baru saja menyelesaikan masa Ulangan Akhir Semester 2 hari lalu. Dan mahasiswa sudah diliburkan untuk satu bulan kedepan.

"Takut dikecengin anak teknik."

"Kan sekarang libur, San. Gaada yang akan ganggu lo."

"Tetep aja pasti rame sama mahasiswa yang perbaikan nilai."

Agung tersenyum jenaka. "Alasan lo minta anter karena takut ketemu si manis, ya?"

Sanna menoleh cepat. "Enggak, lah. Ngaco lo!"

Sedang Agung tertawa puas. Pria tampan itu memang dikenal iseng dan punya sifat urakan. Definisi laki-laki humoris lebih baik daripada tampan dimiliki oleh sosok lelaki bernama lengkap Agung Mahendra itu.

Floare Where stories live. Discover now