00. Prolog

13 6 0
                                    

Hai, ini ceritaku yang kesekian. Ini murni asli karanganku sendiri. Jika ada kesamaan latar, penokohan, atau yang lain, sungguh itu tidak disengaja. Karena ini pure imajinasi Author sendiri.

Jangan lupa vote and komen tiap partnya. Terima kasih❤

Happy Reading!

***

Gadis dengan rambut sepinggul itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, benar-benar bertekad kalau nantinya ia akan membuat jalan atau rute untuk mobilnya sendiri.

Sepanjang jalan, ia terus-terusan memaki pengendara lain yang melewati mobilnya. Apa salah mereka? Mereka hanya lewat, astaga.

Memasuki kawasan sekolahnya masih dengan menggunakan kecepatan penuh, namun pada saat ia hendak memarkirkan mobilnya, ada pengendara motor yang menabrak bagian belakang mobilnya.

Dengan amarah yang menggebu, gadis itu keluar dan langsung mengucapkan berbagai kalimat makian dan hinaan.

“Dasar tidak tahu diuntung! Manusia tidak berguna! Masih mending diberi hidup, malah menjadi orang jelata! Dan dengan seenak jidat menabrak mobilku dengan motor butut sialanmu itu! Bosan hidup, ya? Mau mati di tanganku, hah?” Ya, kira-kira begitu makiannya.

Benar-benar mengerikan gadis seperti itu. Namun, bukannya banyak dibenci, gadis itu malah menjadi primadona di sekolahnya—diagung-agungkan—dipuja—hanya karena parasnya yang sangat cantik. Julukannya adalah ‘The Queen’. Tidak sedikit juga para lelaki yang hendak mendekatinya, mengajak pacaran, merayu, namun tentu saja berakhir dengan gadis itu yang tidak tahu diri memaki para lelaki itu.

“Karena sekarang aku sedang tidak ingin berdebat, jadi aku memaafkanmu, tapi dengan satu syarat, cium ban mobilku 100 kali sambil mengucapkan ‘Laovhy adalah ratu di sekolah ini’, ayo cepat!”

Laovhy sepertinya sudah gila. Ya, semua memang sudah tahu bahwa Laovhy itu jauh dari kata normal.

“Tapi, Vhy.” Pria cupu itu tak mampu melanjutkan kalimatnya, napasnya seakan tercekat. Gadis di depannya ... bak malaikat maut. Sungguh.

Laovhy berdecak kesal. “Berani sekali kau menyebut namaku. Benar-benar mau mati di tanganku, ya? Sudah, ayo cepat lakukan! Jangan banyak membantah! Suaramu bahkan membuat telingaku sakit, tahu tidak?”

Akhirnya dengan kaki yang gemetar, pria cupu itu membungkukkan badannya dan benar-benar melakukan apa yang diperintahkan oleh Laovhy. Tidak ada yang mengambil foto, karena percuma saja, pihak Laovhy pasti akan langsung menuntut siapapun yang hendak menjatuhkannya.

Terlalu sulit untuk membuat Laovhy jatuh.

Jadi, semuanya hanya merekamnya dalam ingatan saja.

Baru beberapa kali mencium dan menggumamkan kalimat yang disuruh Laovhy, datanglah seorang pria lain yang langsung menarik pria cupu itu untuk berdiri. Tampaknya laki-laki itu marah di pagi yang cerah ini.

“Cakra, kau sudah gila, ya? Kenapa mau saja disuruh oleh penyihir seperti dia? Kau mau menjatuhkan harga dirimu sendiri, hah?” cerca laki-laki itu pada pria cupu tadi yang ternyata bernama Cakra.

Semua orang yang melihatnya menghela napas kecewa, pertunjukkan ini akan segera berakhir jika sudah dilerai oleh laki-laki itu—seperti biasa.

“Jangan ikut campur, Yao! Dan, apa tadi? Kau menyebutku penyihir? Mau sekalian kupatahkan tangannya, hah?” ujar Laovhy dengan kesal.

Yaoghy, seperti biasa, pria itu selalu mencampuri urusannya

Yaoghy menghampiri Laovhy dengan kesal, kemudian menarik tangan Laovhy menjauhi parkiran, membawanya ke dalam lingkungan sekolah. Kemudian, berhenti di depan kelas Laovhy sekarang.

Laovhy menghempaskan tangan Yaoghy yang memegang tangannya. “Dasar buruk rupa! Kau benar-benar suka dimarahi, ya? Urusanku belum selesai dengan rakyat jelata itu!”

Tunggu, tunggu, Yaoghy yang tampannya tiada tara itu disebut ‘buruk rupa’? Lantas, bagaimana dengan siswa lainnya? Disebut apakah? Oke, The Queen memang beda.

“Jangan aneh-aneh, Laovhy. Namanya Cakra. Kau tidak tahu? Dia teman sekelasmu."

"Teman? Memangnya dia siapa sampai berani menjadi temanku? Dia hanya pantas disebut sebagai rakyat jelata. Memang, sekali jelata tetap jelata!"

Yaoghy yang mendengarnya menggeram menahan amarah. Bibir mungil itu tidak henti-hentinya mengucapkan kalimat kasar.

Yaoghy mengelus surai Laovhy sambil menahan amarah yang berkecamuk. Dia marah, namun di sisi lain ia juga gemas dengan tingkah Laovhy.

"Berhenti mengumpati semua orang. Tidak kukerjakan tugasmu baru tahu rasa!” ancam Yaoghy.

“Tidak peduli! Kau sama saja jelatanya!” maki Laovhy sebelum masuk ke dalam kelas.

Nyatanya, Laovhy tidak punya keberanian untuk menolak Yaoghy yang menyuruhnya masuk ke dalam kelas. Meski dengan mulutnya yang komat-kamit mengucapkan berbagai makian, Laovhy tetap menuruti semua perintah Yaoghy. Entahlah, semua orang tidak tahu, bahkan Laovhy sendiri pun tidak tahu kenapa ia begitu menurut pada Yaoghy. Yaoghy terlalu berefek besar padanya.

Yaoghy yang melihat tingkah Laovhy hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Dia, Yaoghy Ginanjar Athayanuar. Seorang pria yang terbilang sangat dingin terhadap sekitarnya, seorang pria yang mampu melunakkan kebengisan seorang gadis yang bernama Laovhy Dinandra. Semua kekacauan yang dilakukan gadis itu selalu membuat Yaoghy repot untuk menyelesaikannya.

Mereka, sepasang luka yang hanya ingin menemukan bahagia. Berharap mereka bisa saling menciptakan bahagia mereka sendiri. Namun, mereka tidak yakin, mereka tidak yakin pada dunia. Dunia terlalu senang bermain-main. Tidak ada yang bisa diandalkan, selain sepasang hati yang rapuh.

Luka bertemu dengan luka, maka akan jadi sehancur apakah?

***

The Queen
Author by Masadah Regita

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang