03. Muak

15 3 0
                                    

Happy Reading!

****

Tidak ada yang bisa menebak bagaimana pola pikir seorang Laovhy. Yaoghy pun kadang masih bingung hati Laovhy terbuat dari apa. Padahal Yaoghy tahu, bahwa Laovhy tidak sekuat itu, Laovhy masih membutuhkan seseorang untuk selalu ada di pihaknya. Kuat itu bohong, yang ada itu berpura-pura untuk selalu baik-baik saja.

Yaoghy menatap Laovhy di sampingnya. Sepertinya gadis itu mengantuk sekali.

Yaoghy bangun, mendudukkan tubuhnya. "Ayo pulang."

Laovhy mengerjapkan matanya. "Kenapa pulang?"

Yaoghy terkekeh. "Sudah malam, Laovhy. Kau juga sudah mengantuk atau kau ingin tetap di sini? Yasudah, aku tinggal."

Laovhy mempoutkan bibirnya kesal dan kemudian mendudukkan badannya. "Berani?"

Yaoghy menggeleng. "Tentu saja tidak."

Laovhy berdecih. "Itu adalah sebuah kebohongan."

Yaoghy berdiri disusul Laovhy. Mereka berdua melangkahkan kakinya pergi menuju mobil mereka masing-masing.

"Siapa yang suruh kau berjalan ke sana?" tanya Yaoghy.

Laovhy mengerutkan keningnya heran. "Loh, aku mau pulang."

Yaoghy menggandeng tangan Laovhy. "Naik mobil aku."

"Terus mobil aku gimana?" tanya Laovhy.

"Nanti akan aku suruh orang lain untuk membawanya," jawab Yaoghy sembari membuka pintu mobil untuk Laovhy.

Laovhy berdecak. "Selalu saja seperti itu. Suka seenaknya."

Tanpa menanggapi ucapan Laovhy, Yaoghy memutari mobilnya dan langsung mengendarai mobilnya menuju rumah Laovhy.

Selama kurang lebih setengah jam perjalanan, keduanya tidak mengucapkan sepatah kata pun. Laovhy yang sibuk melamun, sedangkan Yaoghy yang sibuk menyetir sembari menggenggam tangan Laovhy. Laovhy sempat protes, namun protesannya tidak ditanggapi oleh Yaoghy. Dari pada membuang tenaga, jadi Laovhy lebih memilih diam ketika tangannya diusap dengan begitu lembut.

Laovhy dan Yaoghy terheran begitu melihat rumah Laovhy yang begitu ramai penuh wartawan. Sangat-sangat ramai dan berisik.

Laovhy hendak keluar dari mobilnya, namun Yaoghy mencekal tangannya. Yaoghy menggeleng, memberi isyarat agar Laovhy tidak pergi. Yaoghy hanya tidak ingin Laovhy terkena masalah lagi. Walaupun mungkin kini keluarganya lah yang terkena masalah.

Laovhy dengan sekuat tenaga melepaskan tangan Yaoghy dan segera keluar dari mobil. Laovhy berdiri terpaku di belakang para wartawan.

Di sana, ada Bundanya yang sedang diserbu dengan pertanyaan para wartawan.

"Apa benar perusahaan V'ment atas nama Anda telah melakukan korupsi?"

"Bagaimana bisa Anda melakukan itu semua ketika suami Anda baru saja meninggal?"

"Saudara-saudara Anda yang kini menjabat sebagai manager, mengatakan bahwa Anda yang telah menyuruhnya untuk mengambil dana lima belas milyar dari pajak. Anda juga mengambil setengahnya dana yang ingin disumbangkan di rumah sakit jiwa. Apa benar Anda melakukannya?"

"Kenapa Anda diam saja? Apa semua itu benar?"

"Bukannya Anda memiliki seorang putri? Bagaimana bisa Anda tega melakukan itu?"

Korupsi?

Tidak masuk akal.

Bunda yang selama ini Laovhy kenal, tidak mungkin melakukan itu semua. Laovhy sangat mengenal bundanya. Ini pasti ulah saudara-saudara Ayahnya. Orang-orang itu memang sangat Dajjal. Ingin rasanya Laovhy menginjak-injak mulut mereka semua.

Laovhy hendak maju mengutarakan apa yang ia percaya. Rasanya Laovhy ingin berteriak sekencang mungkin meneriakkan bahwa bundanya tidak mungkin melakukan itu semua. Korupsi? Persetan.

Yaoghy dengan segera mencekal tangan Laovhy.

"Lepas atau aku akan bunuh kau," ucap Laovhy sambil menahan air matanya keluar. Dari pada rasa sedih, Laovhy malah merasa marah. Marah pada nasibnya, takdirnya, kebahagiaannya.

"Kau boleh bunuh aku setelah pergi dari sini. Plis, nurut sama aku sekali aja. Begitu para wartawan tahu kau di sini, itu malah akan jadi kacau dan rumit. Bundamu sudah ada pengacaranya di sampingnya, dia akan baik-baik saja."

Laovhy terdiam kemudian menatap bundanya yang ternyata juga sedang menatapnya. Tatapan bundanya begitu sendu dan penuh perasaan bersalah.

Bundanya yang malang.

****

"Kenapa kau menghalangiku?" tanya Laovhy begitu Yaoghy menjalankan mobilnya.

"Aku tidak menghalangimu, aku hanya menahanmu agar tidak melakukan tindakan yang akan merugikanmu dan Bundamu nanti."

Laovhy mengetatkan rahangnya. "Kenapa? Aku hanya ingin mengatakan pada dunia bahwa Bunda tidak seperti yang semua orang bayangkan, Bunda tidak pernah melakukan itu. Korupsi? Persetan! Itu adalah ulah saudara-saudara Dajjal Ayah."

Yaoghy menatap Laovhy tidak suka. "Hati-hati dengan perkataanmu, Laovhy."

"Aku memang benar, mereka semua adalah penggila uang dan kuasa. Hal apa pun akan mereka lakukan untuk mencampai tujuan mereka." Karena terlalu marah, air mata Laovhy yang sedari tadi ditahan akhirnya runtuh juga.

"Lalu, apa? Kau akan mengatakan bahwa semua itu tidak benar? Memangnya akan ada yang percaya dengan ucapanmu itu? Kau ada bukti untuk membuktikan bahwa Bundamu tidak bersalah?"

"IYA! AKAN AKU CARI BUKTINYA! UNTUK ITU, JANGAN MENCAMPURI URUSANKU!" Laovhy berteriak marah melampiaskan kekesalannya. Seperti biasa, Yaoghy tidak pernah mempercayai ucapannya. Seperti biasa, Yaoghy selalu menganggap apa yang dilakukan Laovhy adalah sebuah kesalahan. Selalu seperti itu.

Tidak tahan lagi, Yaoghy menepikan mobil mendadak setelah memukul keras setirnya. Membuat Laovhy tersentak kaget. Nyawanya ... sedang dipertaruhkan.

"JANGAN KEKANAK-KANAKAN BEGINI, LAOVHY!" Yaoghy membentak Laovhy. "Kau tidak lihat usahaku yang terus-terusan berada di sampingmu di hariku yang sulit ini?" Yaoghy meledak juga.

Laovhy mengerjap. "Oh begitu, lalu kenapa tadi tidak kau biarkan saja aku diserang oleh wartawan di sana? Kenapa kau membawaku? Kenapa kau terus-terusan di sampingku bagai lintah seperti ini? Kenapa kau selalu mencampuri urusanku? Dan, apa aku pernah memintamu untuk melakukannya?"

Yaoghy terdiam, mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan yang Laovht lontarkan tadi. Namun, ia tidak bisa menemukannya. Bingung. Tidak tahu juga kenapa ia melakukan semua hal merepotkan itu.

"Berhenti mencampuri urusanku. Buka pintunya. Aku akan pergi sendiri."

"Kemana? Pergi kemana?" tanya Yaoghy.

"Kemana saja, pergi sejauh mungkin dari kota yang menyesakkan ini. Cepat, buka pintunya," ucap Laovhy sembari mencoba pintu yang tentu saja dikunci oleh Yaoghy.

Alih-alih menanggapi ucapan Laovhy, Yaoghy malah kembali melajukan mobilnya membuat Laovhy mengerjap tidak percaya.

"Kau tidak akan kemana pun, kau akan selalu bersamaku."

Muak. Laovhy muak dengan segalanya. Selalu dihadapkan pada situasi sulit, orang-orang yang egois, kejam, dan menyebalkan. Seakan semuanya senang mempermainkan hidupnya.

Belum lama setelah kepergian Ayahnya, sekarang masalah lain datang. Korupsi? Persetan! Laovhy percaya itu ulah saudara-saudara Dajjal Ayahnya. Keluarga satu itu memang tidak pernah bisa membiarkan Laovhy hidup tenang.

Laovhy menyandarkan tubuhnya pada jok sambil menghela napas kasar. Memejamkan matanya menikmati dunia yang konyol ini.

Yaoghy memang baik. Selalu menemaninya. Selalu membereskan semua masalah yang Laovhy perbuat. Laovhy menyadari itu, jika tidak ada Yaoghy, Laovhy tidak tahu akan seberantakan apa hidupnya. Mungkin, Laovhy sudah lama menjadi fosil hidup jika tidak ada Yaoghy.

Namun, baik saja tidak cukup. Sebaik apa pun orang yang saat ini bersamamu, tetap memiliki potensi untuk mengecewakanmu suatu hari nanti. Bukan karena dia jahat, tapi karena dia manusia.

****

The Queen
Author by Masadah Regita

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang