01. Antara jelita dan jelata

11 7 0
                                    

Halo semua. Saya sudah tidak bisa berkata-kata lagi, intinya terima kasih sudah mau mampir membaca cerita saya ini. Maaf jika ada typo, tapi tolong kasih tau saya kalo ada typonya haha

Jangan lupa vote dan komen.
Kritik dan saran juga saya terima, asal masih dengan bahasa yang sopan.
Terima kasih❤

Happy Reading!

***

Laovhy terkantuk-kantuk di kelasnya, tidak minat dengan guru yang sedang mengoceh di depannya. Suara Pak Mulya benar-benar seperti seorang pendongeng.

Laovhy tidak kuat, Laovhy hanya seorang ratu yang lembut-yang tidak bisa menahan kantuknya. Hingga Laovhy memilih memejamkan matanya. Sebentar, hanya sebentar, karena setelahnya dia langsung di tegur dengan tegas, hendak melayangkan spidol namun Pak Mulya mengurungkannya, takut kalau malah dia yang nantinya akan dilempari kursi oleh Laovhy. Muridnya yang satu ini memang sangat bar-bar.

"Kau, cepat keluar! Untuk apa berada di kelas jika tidak berminat seperti itu? Keluar, kau membuat ruangan ini sumpek!" kata Pak Mulya.

"Huh, kenapa tidak dari tadi saja, Pak?" Dasar, murid kurang ajar!

Laovhy keluar dari kelas, hendak menuju ke perpustakaan untuk melanjutkan tidurnya, namun tidak jadi. Dia sudah tidak mengantuk lagi, padahal saat di kelas tadi ia mengantuk sekali. Pak Mulya ternyata berefek besar. Wow. Oke, Pak Mulya kini akan masuk list guru terfavorit Laovhy.

Tujuannya diubah, kini Laovhy menuju kantin sekolah, ia belum sarapan dari pagi. Lapar. Lapar sekali. Perutnya perih. Mengambil makanan perasmanan yang tersedia di sekolah ini dengan banyak, namun saat ia hendak menuju mejanya, ada seorang perempuan yang menabraknya dari belakang.

Laovhy terjatuh, kepalanya membentur ujung meja yang runcing sampai membuat darah keluar, meski sedikit tapi rasanya perih. Apalagi tangannya yang tidak sengaja tergores oleh paku yang mencuat. Laovhy berani bersumpah akan mendoakan siapapun yang membuat meja ini agar hidupnya tidak tenang. Hei, ini adalah sekolah bergengsi, kenapa masih ada saja paku yang mencuat?

Makanannya jatuh berserakan dengan suara yang lantang. Laovhy meringis.

Tentu saja Laovhy emosi, marah. Gadis tadi menabraknya terlalu kuat. Lagipula, sedang apa berlarian di dalam sekolah yang agung ini? Dasar gila!

Hingga Laovhy berdiri-menahan rasa sakitnya untuk mendorong gadis itu dengan kuat sampai membuatnya jatuh di lantai. Gadis itu mendesis menahan sakit pada bokongnya.

"Kau punya mata tidak? Ditaruh di mana otakmu? Kalau bosan hidup bilang, dasar jelata. Sekali jelata tetap jelata! Tidak tahu diri! Mau kau bagaimanakan makananku? Kau mau jadi makananku? Mau kucincang-cincang? Hah?!" umpat Laovhy dengan lantang.

Alih-alih mempermasalahkan lukanya, Laovhy malah mementingkan makanannya.

Sebagian murid yang ada di sana melihatnya. Menjadikannya tontonan tanpa mau melerai.

"Maaf, Laovhy. Aku tidak sengaja," kata gadis itu sambil menunduk.

"Tidak sengaja? Dasar pembual. Kau pasti punya dendam kesumat padaku!"

"Sama sekali tidak, Vhy."

"Kalau begitu, bersihkan makanan ini dengan baju putihmu itu!"

Gadis itu mendongak tidak percaya akan apa yang baru dia dengar. "Tapi Vhy, bajuku ... "

"Apa? Mau membantah? Hah? Dasar perempuan jalang! Cupu sekali menaruh dendam kesumat padaku! Orang tuamu punya banyak sekali dendam, ya?" kata Laovhy keterlaluan.

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang