02.

3.6K 546 3
                                    

Suara pijak kaki bergema luas pada lorong sekolah. Tak heran, sebab bel pulang telah berdering lima menit yang lalu.

Jeongwoo lantas bergegas menuju ke arah uks dimana sang kawan beristirahat. Dia bahkan rela membawa tas milik Junghwan agar si pemuda So itu tak perlu kembali lagi ke kelas.

Tak perlu butuh waktu lama, akhirnya Jeongwoo sampai juga pada lokasi tujuannya. Di sana, terdapat Junghwan yang kini tengah berbaring sembari bermain ponsel.

"Gimana luka lo?" Tanya Jeongwoo sembari menaruh tas Junghwan di kursi sebelah ranjang.

Hal itu berhasil membuat Junghwan terkejut dan mematikan ponselnya secara cepat.

Sial, Jeongwoo jadi tak sempat lihat isinya padahal dirinya penasaran. Habisnya tadi Junghwan senyum-senyum enggak jelas, kan jadi curiga Jeongwoo.

"Sudah lebih baik, makasih ya lo udah datang. Enggak tau deh kalau lo enggak datang gue bakalan lebih bonyok kayanya."

Jeongwoo hanya menganggukkan kepalanya pelan, "Sama-sama, kalau ada apa-apa tuh panggil gue aja. Jangan lawan sendirian."

"Iya-iya, habisnya si Haruto itu tiba-tiba cegat gue."

"Enggak usah ditanggapi, caper dia mah sok asik jadi orang."

Junghwan mendelik ke arah Jeongwoo, "Kok lo bisa tetanggaan sama dia sih? Betah banget lagi."

Pertanyaan dari Junghwan membuat Jeongwoo mengangkat bahunya sesaat sebagai bentuk jawaban 'tidak tahu'.

"Lo pulang sama siapa?" Tanya Jeongwoo setelah itu, tentu ini bukti peralihan pembicaraan yang ia lakukan.

"Sama Kak Yoshi."

Jeongwoo hanya ber'oh' ria mendengar jawaban dari Junghwan. Sekon selanjutnya, dirinya pun izin pamit pulang lebih dulu sebab yang ditunggu Junghwan telah tiba.

Kan enggak mungkin dirinya jadi nyamuk? Pedih amat.

•••

"Capeek."

Tubuh dengan balutan seragam lengkap dihempas begitu saja ke atas kasur. Persetan dengan keringat pada tubuh, Jeongwoo memilih tuk merebahkan terlebih dahulu sebelum mengganti pakaian.

Tak tak tak.

Suara langkah kaki di luar membuat dirinya harus bangkit dari zona nyamannya. Sebenarnya malas, namun ia tahu ada hal yang lebih malas setelah ini.

Karena atap rumahnya dan atap tetangga itu nyaris berdempetan. Jika ingin mengunjungi balkon satu sama lain, tinggal berjalan pelan-pelan saja di atas atap dan lompat sedikit.

Kreet.

Jendela terbuka, menampakkan pemuda jangkung baru saja masuk ke dalam kamarnya memalui jendela layaknya seorang maling.

Jeongwoo merotasi kedua matanya, kebiasaan Haruto masuk melewati jendela sendari dulu tak pernah berubah. Seolah pintu di depan tak ada gunanya.

"Kenapa lo? Mau ajak berantem? Jangan di kamar gue elah---"

Haruto tak menjawab ia justru menarik Jeongwoo untuk duduk di tepi kasur bersama dirinya.

"Obatin wajah gue, gara-gara lo nih muka gue bonyok."

Jeongwoo menghela napasnya, kemudian menjitak Haruto tanpa belas kasih. Haruto rantas meringis, terasa nyeri jitakan Jeongwoo di kepalanya.

"Salah. Sendiri. Berantem. Mampus."

Satu kata, satu penekanan. Jeongwoo berucap tepat tatkala Haruto meringis. Lagian, siapa suruh berantem? Resiko.

"Udah sana lo keluar dari kamar gue, ternodai nih kamar gue gara-gara kaki kotor lo."

Mendengar ucapan Jeongwoo, Haruto dengan cepat melirik ke bawah dimana kakinya berada. Kerutan kening tercetak saat itu juga, perasaan kakinya bersih-bersih saja.

"Kaki gue bersih ya, noh lihat." Tanpa sopan santu, Haruto mengangkat kakinya dan menunjukkan tapak kakinya di hadapan Jeongwoo.

Dengan refleks, Jeongwoo pun langsung menyingkirkan kaki Haruto dari hadapannya.

"Ngapain segala diangkat sih?!"

Kesal sudah Jeongwoo dibuat oleh Haruto, maka batal sendari tadi diam kini dilemparkan ke arah wajah Haruto. Mengetahui pergerakan Jeongwoo, Haruto pun menghindar dan segera menuju ke arah balkon.

"Santai dong, katanya enggak mau gelud di kamar lo."

"Nyenyenye. Intinya lo pergi sekarang. Bunda gue akan cek kamar habis ini."

Haruto memanyunkan bibirnya, hal itu membuat Jeongwoo seketika berlaga mual.

"Padahal gue datang dengan damai minta diobati."

Jeongwoo lagi-lagi merotasikan matanya, "Kapan-kapan."

"Bener ya kapan-kapan?"

"Iyaa. Sana hussh!"

"Oke deal." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Haruto pun keluar dari balkon rumah Jeongwoo dan berjalan kembali menuju balkon rumahnya secara hati-hati.

Di sana, secara tak sadar Jeongwoo tersenyum kecil. Hingga senyuman itu harus diruntuhkan secara paksa kala Haruto melirik ke arah dirinya.

"Apalo?!"

Jedeer! Jendela ditutup cepat oleh Jeongwoo, kali ini ia melapisinya dengan gorden agar Haruto tak dapat lagi melihatnya dari ujung sana.










Terasa lucu bagi Jeongwoo yang entah mengapa menjadi salah tingkah hanya diberikan senyuman oleh Haruto tadi.

"Akh kaga jelas anjirrr!! Haruto bangsaat lo!."

Rival - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang