CHAPTER IV

1.1K 145 11
                                    

CHAPTER IV

"Jae, apa yang kau lakukan?!" Taeyong menghempaskan tangan kekar Jaehyun yang mencengkram kedua lengannya erat.

"Sejak kau tidak ada di sisiku, kehidupanku tidak pernah baik-baik saja!" Jaehyun tak ingin dibantah dan tak mau kesempatannya kali ini gagal.

"Ayahmu tidak pernah merestui kita, kau tahu itu!" Taeyong kesal sekali atas tingkah pria di depannya.

"Siapa yang peduli?! Tua bangka itu sudah mati dan aku tidak peduli pada apa yang dia katakan tentangmu." Jaehyun melembutkan suara meski dia sangat kesal karena Taeyong begitu keras kepala.

"Tetap saja, kau tidak bisa asal mengajakku untuk bersamamu. Atas dasar apa kau meminta kami tinggal denganmu? Kau bukan siapa-siapaku dan kejadian dulu tidak akan pernah bisa diperbaiki." Taeyong mendesis karena tidak kuat mengucapkannya.

"Aku tidak pernah mengirim surat seperti itu, Yongie. Itu ulah Yunho si tua itu!" Jaehyun mengambil tangan Taeyong yang sejak tadi disembunyikan di belakang badannya.

"Tae, kau tahu?" Jaehyun berbisik di telinga sang submissive. "Ada banyak waktu yang ku gunakan untuk mencari seorang kekasih sesuai kemauan si tua itu saat dia masih hidup, tapi aku tak pernah lagi melakukannya sejak dia mati. Itu sudah sangat lama, Yong, kumohon percayalah padaku."

Taeyong menggeram rendah, terkekeh sedikit dan tersenyum hambar. "Lalu kenapa kau tidak pernah menemuiku?!" Tanyanya tak terima.

Jaehyun terdiam selama beberapa saat. "Aku mengawasimu dari jauh, Yong."

"Bohong! Kau bohong!" Taeyong memukul-mukul dada bidang milik sang dominan dengan keras. "Kau bohong!" Ulangnya masih dengan posisi yang sama.

"Aku tak berbohong." Jaehyun memelankan suara.

"Lalu Mark? Anak siapa itu? Anakmu dengan siapa?! Jawab aku, Jae!" Tuntut Taeyong.

"Hey dengar." Pinta Jaehyun ketika Taeyong justru berusaha menutup telinganya dengan kedua tangan.

"Aku tak mau dengar. Kau sudah mencintai wanita yang dijodohkan ayahmu, iya kan Jae?" Tubuh Taeyong meluruh ke lantai, Jaehyun berusaha mendekapnya tetapi Taeyong tak kunjung melepas tangannya dari telinganya sendiri.

"Dengar Yongie." Taeyong perlahan melepas kedua telapak tangannya dari telinga. "Dengarkan aku dulu sayang, baby Tae." Jaehyun menarik tangan Taeyong ke pinggangnya kemudian menangkup pipi dan wajah yang sudah penuh air mata. "Aku tak pernah mencintai orang lain selain dirimu, aku tak pernah menikah dengan siapa pun, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Jika bukan Lee Taeyong, aku tak akan pernah menikah dan mencintai seseorang lagi." Jaehyun bicara dengan tenang agar Taeyong juga merasa nyaman. "Kau ingat Jung Krystal Noona-ku?" Taeyong mengangguk. "Kau datang saat pernikahannya dengan Minhyuk." Taeyong mengangguk lagi, mengingat apa yang Jaehyun katakan. "Mark, Jung Mark adalah putra mereka, Mark keponakanku."

Taeyong menatap Jaehyun dengan tidak percaya. "Lalu kenapa Mark memanggilmu Daddy?"

Jaehyun tersenyum lembut. "Aku mengangkatnya sebagai putra untuk memenuhi janjiku pada Noona-ku. Jung Krystal khawatir tidak ada yang mengurus Mark yang saat itu baru berusia 2 tahun." Jaehyun sangat lancar saat menjelaskannya.

"Benar begitu?" Taeyong mencicit setelah berhasil mencerna semua ucapan sang dominan.

"Iya sayang, benar."

"Aku bisa mempercayaimu?" Taeyong masih ragu, karena merupakan orang yang tidak mudah percaya makanya Taeyong banyak menuntut jawaban.

"Huum, iya." Jawab Jaehyun yakin. "Terima kasih tidak menghindariku di pertemuan pertama kita setelah sekian lama." Taeyong mengangguk.

NERO (JUNG FAMS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang