Prolog

66 1 0
                                    

🌻🌻🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻🌻🌻

Hari ini adalah hari pertama aku menjadi mahasiswi baru di salah satu universitas yang ada di kotaku. Matahari belum sepenuhnya naik ketika aku keluar dari rumah, berangkat menuju kampus dan di bonceng oleh Ayah.

Mungkin sebagian dari kalian bertanya, kenapa aku yang sudah kuliah tapi masih diantar ke kampus kan? Ya, karena aku belum bisa membawa motor dan masih beradaptasi dengan jalan yang akan aku lewati untuk hari-hari ke depannya.

Sampai di kampus aku berpamitan dengan Ayah, lalu memasuki gedung universitas yang sudah aku idam-idamkan sejak masih SMA. Aku berhenti melangkah ketika sampai di depan ruang akademik, mataku berpendar mengamati sekitar untuk mencari dimana letak gedung jurusanku.

"Dimana ya? Sebelah kanan atau kiri?" monologku pada diri sendiri sambil menggaruk pelipisku tertutupi hijab.

Aku bingung, banyaknya mahasiswa berseragam putih hitam membuat aku kesulitan mencari dimana teman-teman jurusanku. Sampai pada akhirnya, seseorang menepuk pundakku dari belakang. "Divya ya?" tanyanya sambil tersenyum.

Aku ikut tersenyum lalu mengangguk, "Khanza kan?" tanyaku balik.

Khanza mengangguk, "Akhirnya ketemu lagi Div." katanya sambil merangkul bahuku untuk ikut jalan bersamanya.

"Iya. Tadi bingung nyari-nyari, pusing banyak banget yang pakai baju putih hitam." keluhku.

Khanza mengangguk kecil mengajakku menaiki tangga dan memasuki sebuah kelas yang sudah terisi oleh beberapa mahasiswa.

"Ini kelas kita." kata Khanza lalu kemudian menatapku, "Mau duduk dimana?" tanyanya.

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh kelas, mencari tempat strategis yang aman selama belajar. Entah itu agar tidak ketahuan dosen, bisa makan saat kelas, atau main handphone.

"Di dekat jendela aja gimana Za?" tanyaku sambil menunjuk kursi kosong yang berjejer di dekat jendela. Ya, cukup strategis.

Khanza mengangguk, "Oke. Yuk!"

Kami berdua berjalan ke kursi yang aku tunjuk tadi. Aku duduk di dekat jendela dan Khanza di sebelahku. Aku menyimpan tas di atas meja yang menyambung dengan kursi, lalu melihat-lihat sekitar.

Tidak lama kemudian, kelas mulai terisi penuh. Kursi yang tadinya kosong kini sudah berpenghuni. Selama kelas pertama belum di mulai, banyak dari mereka yang sudah saling mengenal. Mengobrol sana-sini, bahkan membuat kumpulan grup lalu bercerita sambil tertawa-tawa.

"Bosan ya Div? " tiba-tiba Khanza yang di sebelahku bertanya.

Aku menoleh dan mengangguk, "Lumayan sih, belum ada kenalan. Baru kamu doang nih." jawabku.

"Yaudah, kalau gitu kita cari kenalan." kata Khanza lalu dia menepuk bahu seorang cewek yang ada di depannya.

Cewek itu menoleh ke belakang, melihat Khanza dengan pandangan bertanya, "Kenapa?" tanyanya.

"Nggak, mau kenalan aja. Gue Khanza, lo?" kata Khanza sambil menjulurkan tangannya ke depan.

Cewek itu menerima jabatan tangan Khanza sambil menyebutkan namanya, "Gue Inarah, kalau yang di sebelah gue namanya Inayah."

"Kalian kembar?" tanyaku spontan.

Cewek yang ada di sebelah Inarah tertawa kecil, "Ah nggak, nama doang kebetulan sama."

Aku mengangguk mengerti lalu teringat belum memperkenalkan diri, "Eh iya, kenalin gue Divya. Salam kenal ya semua.."

Inarah dan Inayah mengangguk sambil tersenyum. Lalu kami berempat mulai mengobrol santai membicarakan hal random. Ternyata Inayah adalah anak yang humble, terbukti di antara kami berempat, dia yang paling sering membuka obrolan. Membahas apa saja asal suasana tidak kosong.

Ah, inilah awal aku berkenalan dengan mereka bertiga. Khanza, Inarah, dan Inayah. Aku berharap bisa berteman baik dengan mereka, dan tentu saja sefrekuensi dalam hal apapun.

🌻🌻🌻

The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang