1. Tragedi Piring Pecah

49 1 0
                                    

🌻🌻🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻🌻🌻

Kelas baru saja dibubarkan, aku menghela napas panjang ketika dosen yang mengajar mata kuliah anatomi keluar dari kelas. Sumpah! Selama dia mengajar, aku tidak bisa banyak bergerak. Mata tajamnya bisa mendeteksi mahasiswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasannya.

Khanza yang duduk di sebelahku merenggangkan otot-otot lehernya karena terlalu tegang selama pelajaran berlangsung, "Gimana?" tanyanya.

Aku bingung, "Apanya?"

"Dosennya, Div. Killer nggak tuh?" kata Khanza lalu menatapku yang masih dalam keadaan lemot.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Khanza, Inarah yang duduk di depan tiba-tiba berbalik dan menyerocos, "Serius deh, itu dosen nggak tanggung-tanggung banget. Gue yakin dia salah satu dosen killer di kampus ini."

Aku menganggukkan kepala, setuju dengan perkataan Inarah. Memang, jika di lihat-lihat dosen tadi terlihat killer. Tidak cuma sistem pembelajarannya, tapi juga mata tajam dan gestur tubuhnya yang sangat meyakinkan.

"Udah deh, stop ghibahin bapak dosen. Mending sekarang kita ke kantin, lapar nih." ujar Inayah yang langsung nimbrung di obrolan.

Khanza yang sedari tadi tidak bisa diam langsung berdiri, "Ayo, pegel juga duduk satu setengah jam disini."

Inayah berdiri lalu diikuti Inarah, dan terakhir aku. Kami berempat berjalan menuju kantin sambil tetap membicarakan mata kuliah tadi, lebih tepatnya dosennya sih. Ternyata seru juga ghibahin dosen.

Sampai di kantin, Khanza mengambil meja tepat di depan stand bakso. "Kalian mau makan apa?" tanyanya menatap kami satu-persatu.

"Lo yang pesenin?" tanya Inarah.

Khanza mengangguk, lalu Inarah dan Inayah menyebutkan pesanannya. Sedangkan aku, hanya diam sambil mengamati sekitar kantin yang ternyata sangat ramai. Mau pesan makanan sepertinya butuh waktu yang cukup lama karena antrian panjang.

Aku terlalu larut mengamati sekitar hingga Inarah menyenggol lenganku, "Heh, lo mau makan apa?" tanyanya.

Aku menoleh lalu berdiri, "Gue temenin Khanza pesen aja."

Khanza menatapku sejenak lalu mengajakku menuju stand nasi ayam. Disini tidak seramai stand lain, jadi tidak butuh waktu lama untuk aku dan Khanza mendapatkan pesanan. Aku memegang dua piring nasi ayam, begitupun juga dengan Khanza.

Rasanya sedikit kesulitan membawa dua piring sambil berusaha membuka kerumunan dari stand lain. Aku berusaha tidak menjatuhkan apa yang aku pegang, tapi takdir berkata lain.

Seseorang menyenggolku hingga piring yang ada di tangan kiriku jatuh dan berserakan. Kerumunan yang tadinya ribut dan bising seketika hening karena ulahku, mereka menatapku dengan pandangan kasihan tapi tidak berniat membantu.

Khanza yang sudah sampai di meja kami langsung berlari ke arahku dengan panik, "Lo nggak apa-apa Div?"

Aku menggelengkan kepala lalu berjongkok untuk membersihkan pecahan piring beserta nasi dan ayamnya. Sedangkan Khanza berusaha menyingkirkan beberapa orang yang masih berkerumun di dekat kami berdua. Niatnya supaya aku lebih leluasa membersihkan pecahan piring itu.

Setelah aku selesai memungut pecahan piring itu, tiba-tiba seseorang menyodorkan plastik sampah di depanku. Aku mendongak dan melihat orang itu.

"Sorry, gue nggak sengaja."

Dia, aku tidak tau siapa dia. Tapi yang jelas, dia cowok dan memakai almamater kampus yang sama denganku. Tatapannya mengarah kepadaku dengan pandangan menyesal. Jadi dia yang sudah menyenggolku?

🌻🌻🌻

The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang