さん

1K 105 28
                                    

Sepi amat :')

-
-
## - ##
-
-

Pintu besi berkarat itu didorong pelan ke dalam. Sosok pria berjaket kulit hitam itu melirik sekilas ketiga remaja yang berjarak 10 langkah darinya.

"Na, gimana ini anjing?!" haekal meremat belakang baju naka erat. Sedangkan juan melingkarkan tangannya di tangan kiri haekal.

"Juan mau pulang."

Naka menarik nafasnya dalam. Kemudian semakin memelankan langkahnya. "Kalo sampe kacau banget, lu berdua cepet kabur cari bantuan atau ga lapor polisi. Gapapa tinggalin gue. Biar gue hadang mereka."

Naka sadar 70 persen dari kejadian ini adalah salah dirinya. Dari mulai mengiyakan permintaan atuy sampai menghilangkan uang.

"Gila lo." bisik haekal tak kalah pelan.

Ketiganya sontak berhenti diambang pintu sesaat. Mencoba memantapkan hati dan jantung yang semakin berdisko. "J-juan lo tunggu di sini aja." perintah haekal. "Berani kan sendirian lo diluar?"

Juan mengangguk pelan. Akhirnya cuma naka sama haekal yang masuk kedalam. Sambil saling menautkan tangan dan berdoa demi keselamatan.

Keduanya kompak berkata lirih dalam hati 'Atuy sialan!'

-
-
## - ##
-
-

Didalam ternyata tak segelap dugaan. Ada lampu kecil seperti petromax yang menyala ditengah ruangan. Dibiarkan tergeletak diatas lantai berdebu.

"Mana orangnya? Ini?" ucap seorang pria berperawakan lebih kecil dan pendek dari yang berjaket hitam.

Pria baru itu maju sampai berjarak 5 langkah dari naka dan haekal. "Masih bocah udah make. Heran anak jaman sekarang." decaknya.

Lalu tangan kecil itu menengadah kedepan. "Mana?"

Naka ga bodoh buat ngerti kalo ni orang minta duit. Kelereng hitamnya mengedar mencoba melihat jumlah orang di dalam ruangan. Gor ini terlalu luas. Naka gatau ada siapa aja. Yang ia lihat cuma pria di depannya, si jaket kulit, dan ada satu orang lagi yang memegang koper.

"A-apa?"

"Ceilah, duit lah masa nomer WA."

Haekal meremas tangan naka. "A-anu, boleh liat dulu barangnya?"

Orang di depannya menjatuhkan tangannya dengan dramatis. Dia berbalik sambil mengatai kedua remaja itu "dasar bocah banyak mau"

Si pembawa koper kini yang maju. Membuka koper ditangannya dan memperlihatkan satu barang terbalut plastik hitam. "Rokok ganja ama sabu kan?" tanyanya datar.

Naka menegang. Anjir bang atuy nyabu, teriak naka dalam hati. Haekal mengangguk berpura-pura paham.

"Udah kan liatnya? Sekarang cepet bayar. Biar cepet selesai. Gue mo ngedrakor nih."

"Gue gabawa duit." bales naka cepat, tepat, dan sukses bikin suasana hening semakin sepi. Nafas saja terasa berisik. Haekal semakin mencengkram belakang baju naka.

"Coba ngomong sekali lagi." pria kecil tadi semakin maju hingga terkikis dua langkah.

"Gue....ga bawa duit. Duitnya ilang di jalan. Dan ini bukan barang pesenan gue. So, gimana kalo gue telpon orang yg mesen dan lo bisa selesain prosesnya lewat transfer."

Ini adalah jalan satu-satunya yang bisa naka pikirin. Jujur. Karna neneknya bilang jujur itu indah :')

Tapi ga gini juga nakaಥ_ಥ

Baru saja pria di hadapannya ingin membuka mulut, dia terdiam. Tangannya mengibas kemudian mundur selangkah. Naka bingung.

Tapi kebingungan nya sirna setelah merasakan cengkraman halus di lehernya disertai deruan nafas panas.

|| BAD AND CRAZY ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang