"Mikayla hati-hati nak jangan lari!" Wanita dengan terusan putih itu menyenggol lengan suaminya, memberi kode untuk segera mengambil putri mereka sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi—jatuh misalnya.
Pria bertubuh besar itu segera melangkah menghampiri sang putri yang asik berlarian melihat bunga.
"Loh gak apa-apa nyonya anak berumur seperti Mikayla memang lagi lincah-lincahnya, seperti Pangeran." Ratu tertawa membuat Nyonya Azura ikut tertawa.
Saat telah duduk dihadapan kedua wanita itu, bocah perempuan kecil tersebut bertanya kepada ibunya, "Ibu apa betul kupu-kupu berwarna merah karena terjatuh dalam kuah ramen?"
Perdana Menteri dan istrinya melongo, lain dengan Ratu dan juga Raja yang kebetulan baru datang dan mendengar pertanyaan absurd dari mulut bocah kecil itu tertawa.
"Siapa yang kasih tau kamu Mika?" Tanya sang ayah.
"Pangeran Mahkota."
Gantian kini Raja dan Ratu yang terkejut.
"Mikayla kamu sudah janji gak akan bilang ini sama Ayah dan Ibuku." Bocah kecil yang berada dalam gendongan sang Raja menyahut.
Mikayla terkejut kemudian menoleh kebelakang, "Oohai Pangeran apakah anda telah selesai latihan berenangnya?"
Sang pangeran yang masih bete menjawab dengan ketus, "IYA."
"Nak..." Tegur sang Raja.
"Maafkan aku ayah, aku tidak bermaksud marah kepada Mikayla namun ia telah melanggar janjinya." Bela sang Pangeran.
"Tidak usah marah karena hal seperti itu, bisa saja Mikayla lupa seperti kamu yang memberitahukan tentang kakak yang makan es krim di gudang kemarin." Ucapan sang Raja membuat pipi Pangeran bersemu malu. Raja kemudian menurunkan Pangeran dan membiarkannya memeluk Mikayla.
"Halo Mikayla selamat atas kemenangan kamu di lomba bercerita." Mikayla tersenyum senang membalas pelukan dari Raja.
"Terimakasih Yang Mulia." Raja menurunkan Mikayla kemudian duduk bersama sang istri juga keluarga Perdana Menteri, meninggalkan sang putra juga Mikayla.
"Hai jelek." Keenan menyapa Mikayla kemudian memeluknya.
"Hai pangeran." Mikayla membalas pelukan Keenan.
"Ternyata kamu lama yah di Singapura." Mereka duduk di ayunan dekat taman bunga.
"Iya. Aku menemani Nenek untuk berobat." Jawab Mikayla.
"Nenekmu sakit apa?"
Mikayla menggeleng, "Aku tidak tahu namun kata Ibu kami harus banyak mengirimkan doa untuk nenek agar Tuhan memberinya umur yang panjang."
"Apakah aku yang bukan keluargamu boleh mengirimkan nenekmu doa?" Pertanyaan Keenan membuat Mikayla berpikir.
"Aku kurang tahu pangeran ibu tidak memberi tahu tentang ini sebelumnya. Tapi kata ibu jika doanya tulus Tuhan akan menerimanya."
"Doaku tulus kok Mikayla." Tanpa menunggu persetujuan Keenan memejamkan matanya merapalkan doa untuk keselamatan nenek Mikayla.
"Amin." Gumam Keenan.
Pangeran melihat raut sedih dari wajah Mikayla, ia berlari menuju bunga-bunga taman untuk memetik beberapa bunga yang berwarna biru—warna kesukaan Mikayla.
"Ini untukmu." Mikayla mengerjap bingung melihat beberapa tangkai bunga serta permen yang diberikan Keenan.
"Untukku? Kenapa? Aku gak lagi ulang tahun pangeran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Princess
FantasyKayla mengembuskan nafas pelan memandangi Keenan yang duduk disampingnya, "this is the last i ask you, kamu yakin mau akhiri pertunangan kita?" Keenan terlihat ragu, ia diam cukup lama sebelum mengangguk, "Yes I am totally sure." Lelaki itu menutup...