Perlahan Lisa membuka matanya dia melihat sekeliling ternyata dia ada dikamar rawat rumah sakit dan mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
"Arrrghh" Lisa meringis kesakitan saat mencoba untuk bangkit, satu tangannya memegang kepala dan satu tangan lagi memegang perutnya. Terasa sakit dan ngilu. Itu yang Lisa rasakan.
Ceklek
"Lisa kau sudah bangun? Astaga, jangan bangkit dulu, Aku tahu itu sakit." Rosie sedikit berlari kearah Lisa untuk membantunya duduk dibrankar.
Rosie adalah sahabat Lisa sejak 5 tahun. Meskipun Rosie sama dengan Jennie dia adalah orang terpandang namun dia tidak mempermasalahkan status sosialnya. Ia sudah seperti keluarga untuk Lisa terlebih kedua orang tua Rosie juga sangat baik menerima dan menyayangi Lisa seperti putrinya. Rosie tahu segala hal tentang Lisa. Termasuk penyakit yang Lisa derita selama 1.5 tahun belakangan ini.
"Aku tidak apa-apa chipmunk. Kenapa Kau bisa berada disini?"
"Pihak rumah sakit menghubungiku karena kontak panggilanmu terbanyak adalah Jennie dan Aku. Pihak rumah sakit sempat menelpon Jennie namun tidak ada jawaban lalu menelponku." Jelas Rosie dan Lisa hanya mengangguk.
"Kenapa wajah dan tubuhmu memar Lisa? Apakah Kau berkelahi atau apakah ada orang yang menyakitimu? Katakan padaku! Aku akan menghajarnya." Lisa hanya terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Kenapa Kau tertawa? Apakah ada yang lucu? Aku serius Lisa! Cepat katakan padaku!" Roise melipat kedua tangannya didada membuat Lisa semakin terkekeh menahan tawa.
"Sudahlah Rosie, Aku tidak apa. Aku baik-baik saja. Aku ingin pulang sekarang." Lisa mencoba bangkit namun Rosie menahannya.
"Baiklah jika Kau tidak mau berterus terang padaku. Tapi Lisa, apakah tidak sebaiknya Kau melanjutkan pengobatanmu? Aku tahu Kau sering kesakitan, Aku mohon berobatlah Aku yakin Kau akan sembuh." Ucap Rosie dengan lirih.
"Kau kan tahu Aku tidak bersekolah dan hanya bisa bekerja paruh waktu. Meskipun aku bekerja dari pagi hingga malam uangku tidak akan cukup untuk biaya pengobatanku. Untuk kebutuhanku saja itu masih tidak cukup."
"Yak! Apa Kau tidak menganggapku ada? Aku sahabatmu dan Aku keluargamu. Soal biaya Kau jangan khawatir ada Aku yang akan merawat dan memenuhi semua kebutuhanmu, Aku akan membiayai pengobatanmu. Aku mohon Li, berobatlah untuk sembuh. Hm?" Rosie membujuk meyakinkan Lisa dengan prustasi karena Lisa selalu menolaknya.
Lisa menghela nafasnya sudah kesekian kalinya ia membahas ini dengan sahabatnya itu.
"Aku sudah sering merepotkanmu, dan Aku tidak ingin semakin merepotkan dan membebanimu. Sudahlah chipmunk kita sudah sering membahas ini dan Aku malas harus berdebat denganmu tentang ini."Rosie pasrah dengan jawaban Lisa. Ia tahu dan sudah menduganya lagi-lagi Lisa menolaknya.
"Oke.. oke baiklah jika itu maumu. Tapi Aku mohon jangan dulu pulang karena dokter bilang kondisimu belum pulih. Besok Kau baru di izinkan pulang. Aku mohon?" Rosie mengerucutkan bibirnya berharap Lisa luluh dengan bujukannya kali ini."Oke baiklah tapi hanya sampai besok!" Tegas Lisa. Rosie yang mendengar itu pun tersenyum memeluk Lisa dan menciumi wajah Lisa.
"Yak.. yak! Chipmunk berhenti menciumiku seperti itu. Aishh astaga, nanti Kau jatuh cinta kepadaku Aku tidak mau bertanggung jawab akan hal itu." Rosie terkekeh mendengar ucapan Lisa.
Keesokan paginya.. Lisa bersiap untuk pulang dibantu Rosie yang akan mengantarnya pulang ke apartemennya. Rosie sudah membujuk Lisa agar Lisa pulang ke rumahnya namun ia menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan sahabatnya itu.
Ceklek
Seseorang membuka pintu kamar Lisa dengan wajah sembab dan air matanya yang terus mengalir dan langsung berjalan kearah Lisa memeluknya dengan erat.
"Hmm.. Lisa, baiklah kalau begitu Aku tunggu di Lobby." Lisa mengangguk lalu Rosie pergi dengan membawa tas Lisa.
"Jennie.. astaga Kau kenapa?" tanya Lisa dengan panik ia membalas pelukan Jennie.
"Harusnya Aku yang bertanya Kau kenapa? Maaf Aku mengabaikan panggilan rumah sakit kemarin, saat rumah sakit menelpon Aku sedang menjalani pemeriksaan dengan Dokter Lee. Sungguh maafkan Aku Lisa." Jennie semakin terisak dalam pelukan Lisa.
"Hey.. Aku tidak apa J. Aku baik-baik saja. Dan ya maaf Aku tidak menemanimu melakukan pemeriksaan kemarin." Lisa mengelus punggung Jennie untuk menenangkannya.
Saat dirasa sudah sedikit tenang Jennie melepas pelukannya. Tangan Jennie terulur mengelus lembut wajah Lisa yang memar dan ia kembali meneteskan air matanya melihat keadaan Lisa.
"Ayo kita pulang, Rosie sudah menunggu. Apa Kau ingin ikut denganku ke apartemenku?" Jennie hanya mengangguk lalu mereka pergi untuk pulang ke apartemen Lisa.
Lisa dan Jennie sudah berada di hunian kecil milik Lisa. Rosie langsung pulang karena masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Hunian kecil Lisa yang hanya ada satu kamar dan dapur kecil. Ia bersyukur hasil bekerjanya selama 2 tahun masih bisa terbeli hunian kecil ini.
Saat ini mereka berdua duduk disofa tamu. Jennie yang masih menangis karena melihat kondisi Lisa."Kau kenapa Lisa? Kenapa wajahmu seperti ini? Kau berkelahi atau ada orang yang mencelakaimu? Beritahu Aku! Aku akan membalasnya!" Lisa terkekeh ternyata Jennie sama dengan sahabatnya.
"Tidak apa ini hanya luka kecil J. Aku baik-baik saja. Ah.. dan ya bagaimana hasil pemeriksaan kemarin?" Jawabnya mengalihkan pembicaraan agar Jennie tidak terus bertanya tentang luka yang ia dapatkan. Ia tak ingin Jennie tahu kalau orang tuanya lah yang membuatnya seperti ini.
"Masih sama seperti sebelumnya tidak ada yang berubah. Kondisiku masih tetap sama sebelum Aku benar-benar mendapat transplantasi jantung." Lisa menarik Jennie ke pelukannya.
"Jangan putus asa. Aku tahu Kau kuat dan Kau bisa melewati semua ini. Aku yakin sebentar lagi pasti Kau akan segera mendapat donor jantung. Kau akan sembuh dan Kau akan bahagia setelah itu J." Lisa tersenyum sambil menahan air matanya.
"Kau tenang saja J. Kau akan segera sembuh. Aku yang akan mendonorkan jantungku untukmu. Kau akan bahagia. Aku yang akan menjamin itu." Ucap Lisa dalam hatinya.
"Lisa, Kau bilang kemarin Kau akan kerumahku bukan? Bagaimana? Apakah orang tuaku memberimu kesempatan? Atau mereka menyakitimu? Atau apa mungkin lukamu ini Kamu dapatkan dari kedua orang tuaku?" Jennie bertubi-tubi bertanya pada Lisa tanpa jeda.
"Tidak J. Saat dalam perjalanan ke rumahmu Aku menolong seseorang yang dompetnya dicuri lalu Aku dikeroyok para pencuri itu. Dan orang-orang menolongku membawaku ke rumah sakit. Jadi Aku belum sempat bertemu orang tuamu. Maaf." Bohong Lisa meyakinkan Jennie. Ia tak mau Jennie tahu kejadian yang sebenarnya terjadi kemarin. Jennie mengangguk percaya.
Tanpa disadari sedari tadi sepasang mata sedang mengawasi mereka berdua diluar. Orang itu meraih ponselnya untuk menelpon seseorang.
"Hallo Tuan. Gadis itu masih mendekati putrimu." Ucap pria yang sedang mengawasi Jennie dan Lisa.
"........"
"Ya baik Tuan, laksanakan."
°°°