÷ yang ia fikir telah tersembunyi di kepala

187 27 1
                                    

star that like to fallin -2O22
©xxrsdk

◈ ━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━ ◈

BANYAK yang telah terjadi saat Jeongguk berfikir bahwa ia bisa menyelesaikan semuanya; sendirian.

Beberapa buat ia berfikir bahwa kita akan baik-baik saja tanpa bantuan siapa-siapa. Beberapa buat ia yakin sekali bahwa hal yang ia fikirkan memang benar adanya.

Beberapa tahun berjalan dengan pemikiran seperti itu, membuatnya sudah terlalu paham, bahwa; teman itu memuakkan.

Tidak akan ada yang membuat mereka berjalan dengan kedua kaki melangkah lebar-lebar jika tidak ingin sesuatu dari Jeongguk, memohon atas kurang pintar otaknya, memohon atas keteledoran yang disengaja waktu tidak mengerjakan tugas rumah.

Tidak akan ada yang membuat mereka mengulurkan tangan saat Jeongguk butuh satu uluran, karena mereka tidak pernah merasa ingin untuk menolong.

Dulu Jeongguk selalu berfikir, bahwa ketika kau memberi, maka kau akan menerima.

Tapi ternyata tidak juga.

Maka tahun-tahun setelah ia mengerti, ia berjalan sendiri. Tidak pernah dikelilingi manusia, tidak pernah taruh percaya pada setiap orang yang berusaha dekat dengannya.

Hingga...

"Hei!"

Jeongguk bisu, terkatup rapat labiumnya, ia pandangi sesosok ribut yang selalu mengganggunya hari-hari belakangan.

Sesosok yang tak pernah berhenti lambungkan tanya ataupun kalimat pada Jeongguk yang tak pernah ingin menjawab.

"Jam istirahat kau harus menemani ku mengambil buku, kau tahu, ada beberapa buku yang masih belum dibagikan pada ku. Kemarin, salah seorang guru bilang aku harus mengambilnya sendiri dan mencatat NIS ku. Itu membingungkan dan aku butuh orang untuk ditanyai."

Kim Taehyung,

Pemuda yang tak pernah Jeongguk mengerti cara kerja otaknya.

Pemuda yang baru menjadi bagian dari kelasnya, baru menginjakkan kaki di sekolahnya, dan langsung dikenal banyak orang karena ia dikabarkan pintar dan tampan.

Lihatlah, seharusnya ia mengerti bahwa Jeongguk sama sekali tidak ingin diganggu, sama sekali tidak cocok diajak bicara.

"Pergilah sendiri."

Jeongguk lagi-lagi tidak menampilkan reaksi apa-apa, hanya menatap lekat pada mata coklat Taehyung, membuat pemuda itu sedikit salah tingkah.

"Erm ... Tidak bisakah aku pergi dengan mu?"

Belum sempat Jeongguk menjawab, baru sedikit labiumnya terbuka, seseorang dari kelasnya menimpali. Lengannya ia lingkarkan di bahu jenjang si pemuda Kim.

"Hey, kawan, pergi denganku saja. Tidak lihat si Jeon ini sedang sibuk? Biarkan ia belajar dengan tenang."

Itu Jimin, Park Jimin, pemuda yang sering kali ia dengar bilang pada Taehyung untuk tidak mendekatinya.

Dan Taehyung seharusnya menuruti.

"Hey, jangan begitu." Taehyung memasang raut tak enak, lalu kembali memusatkan atensi pada Jeongguk.

"Kau mau kan?" Dengan pandangan memelas, ia katakan pada Jeongguk.

Namun, tentu saja, ia masih bicara dengan seorang Jeon Jeongguk.

Jeon Jeongguk yang itu; Yang selau menghindari segala macam bentuk hubungan. Yang selalu memutus dengan cepat segala bentuk percakapan. Yang masih tidak percaya, bahwa manusia -termasuk dirinya, memang dapat diandalkan.

Jadi Jeon Jeongguk diam untuk beberapa saat. Lalu bilang,

"Tidak.

Dan tolong, berhentilah berbicara dengan ku. Kau mengganggu."

Dan satu kelas yang setia memperhatikan percakapan dua orang terkenal di sekolah itu kini riuh, mereka berbisik-bisik dengan keras seolah-olah dua orang yang sedang mereka bicarakan tidak ada di hadapan mereka, jauh menghirup udara yang berbeda.

Jimin menepuk bahu Taehyung, menyuruhnya pergi. Tidak lupa dengan raut 'sudah kubilang' di wajahnya.

Namun Taehyung diam. Sama sekali tak bergerak dari posisi duduknya.

Lama seisi ruangan dibuat menunggu, menunggu atas Taehyung yang tak jua mengambil langkah menjauh, menunggu atas apa-apa yang akan Taehyung lakukan.

"Maaf." Kata Taehyung, namun ia tak juga beranjak dari tempat duduknya.

Suara mereka yang berbisik-bisik mereda, menanti kalimat Tahyung selanjutnya.

"Maaf, karena aku akan tetap menjadi pengganggu di hari-hari berikutnya."

Satu senyuman ia berikan, lalu beranjak bersamaan dengan suara bel masuk berbunyi.

Jeongguk tidak menanggapi, ia masih sebungkam hari-hari lalu.

Semuanya mengambil tempat kembali seperti semula, Jimin pergi mengikuti Taehyung, tentu dengan picingan yang Jeongguk rasa dilemparkan padanya setiap pemuda itu berada di dekat Jeongguk.

Namun ia tidak perduli.

Ia hanya memikirkan sesuatu yang mengusi fikirannya.

Taehyung datang membawa ke-khawatiran bagi Jeongguk, ia datang membawa keraguan yang sudah lama Jeongguk kubur dalam-dalam.

Taehyung membawa rasa yang ia fikir ia tidak akan menyukainya.

Desiran saat ia dikalahkan oleh perasaan terkutuk manusia.

Kepercayaan.

tbc.

maaf, keseluruhan chap ini saya rombak.

star that like to fallinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang