002 - SCHOOL

3 2 1
                                        

"Sal, lo mau ke kantin atau nitip aja?" tawar Zean. Aku yang sedang merapikan buku-ku menoleh sekilas.

"Tunggu dulu, kita ke kantin bareng" Zean mengangguk sekilas. Selesai merapikan buku-buku aku bangkit dan berjalan menuju kantin.

Bel istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Salma dan Arum sudah lebih dulu menuju kantin. "Mau pesen apa?" tawar Zean.

"Soto sama es teh aja" balas ku.

"Tunggu disana, biar gue pesenin" aku menurut lalu berjalan menuju meja yang kosong. Aku mengeluarkan ponsel milikku, dan membuka beberapa aplikasi sosial media.

"Nih, dimakan dulu. HP nya disimpen" titah Zean yang baru saja kembali dari salah satu stand makanan. Aku tersenyum singkat.

"Makasih Zean!" ucapku senang. Aroma soto menggoda diriku untuk menyantapnya. Setelah menambahkan sambal dan sedikit jeruk nipis, aku segera melahapnya. Zean menatapku seraya tersenyum kecil.

"Makannya pelan-pelan Sal, nggak akan gue rebut juga" ucapnya seraya menggeleng melihat cara makanku yang terlihat lahap. Aku menyengir.

Di meja lain, aku mendapati Arum dan Salma duduk satu meja dengan 2 orang remaja laki-laki. Aku sedikit menajamkan pandanganku. Ternyata Salma dan Arum sedang menikmati istirahat bersama dengan Bang Radit dan salah satu teman sekelasnya.

"Sal, ngelihatin apa?" tanya Zean membuatku sedikit tersentak. Aku menggeleng lalu melanjutkan acara makanku.

Selesai makan, kami memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah. Kami memutuskan untuk duduk dibawah pohon mangga yang menjulang tinggi, dan terlihat sangat pas untuk berteduh.

Zean membaringkan tubuhnya pada rerumputan dan kepalanya ia letakkan pada pahaku, dan aku menyender pada pohon mangga tersebut. "Semalam tidur jam berapa?" tanyaku seraya memainkan rambut hitam Zean.

"Jam 1" balasnya singkat seraya memejamkan matanya.

"Malem amat, ngapain aja?"

"Tugas gue numpuk, terus nggak bisa tidur juga"

Aku menghela napas sejenak. "Lain kali tugasnya dikerjain sore aja. Biar istirahat lo teratur. Masa jam pelajaran pertama tidur mulu" aku sedikit memarahi Zean yang tidak pernah tidur secara teratur.

"Gue usahain"

"Giwi isihiin. Gitu aja terus sampe lebaran badak. Nggak ada kata-kata lain?. Lo tu cuma ngomong doang Ze, tapi nggak pernah bener-bener diterapin" omelku yang agak kesal dengan Zean.

Zean bangkit dari rebahannya. Lelaki itu menatapku dengan lekat. "Iya-iya nanti gue usahain tidur lebih cepet"

"Ck!, awas aja lo sampe gadang lagi. Ini terakhir kalinya gue peringatin lo, awas aja kalo sampe nggak dilakuin" ancam ku membuat Zean terkekeh.

"Emang lo mau apa? Hmm?" tanyanya.

"Engga ngapa-ngapain sih, palingan cuman diemin lo satu minggu. Atau nggak gue laporin ke Bunda" aku tersenyum mengejek kearah Zean.

"Gampang kan? Sama satu lagi boneka kesayangan lo bakal gue sita selama 2 minggu" ujar ku menantang. Zean mendelik tak terima.

"Dih apa-apaan bawa si Beben ke masalah ini!!. Nggak, nggak ada yang bisa misahin gue sama Beben!" tegasnya membuatku tertawa.

"Sebucin itu lo sama boneka beruang itu?" tanyaku seraya tertawa. Beben merupakan nama dari sebuah boneka beruang berwarna coklat berukuran sedang yang menjadi teman tidur Zean. Boneka itu adalah kado pemberianku pada saat ulang tahun Zean yang ke 9 tahun.

Entah karna alasan apa, Zean bisa sampai sebucin itu dengan Beben. Bahkan jika ada yang berani menyentuh boneka kesayangannya itu Zean akan marah dan mengomel layaknya orang tua yang tengah memarahi anaknya.

"Ya iyalah!. Boneka itu tu penting buat gue!" balasnya sedikit ngegas.

"Makanya kalo nggak mau si Beben di sita, nurut, jangan banyak begadang!. Begadang aja terus!, lo nggak inget satu bulan yang lalu lo sempet drop dan dibawa kerumah sakit?"

Sebulan yang lalu, Zean memang pernah dilarikan kerumah sakit karna kelelahan dan tidurnya yang tidak teratur. Zean sering begadang sampai jam 3 bahkan sampai subuh untuk hal yang kurang bermanfaat.

Hal itu membuat tubuh Zean kelelahan. Belum lagi ditambah dengan kegiatan ekstrakurikuler yang sangat padat. Akhirnya Zean tumbang dan dilarikan kerumah sakit, hingga dirawat inap selama 5 hari.

"Iya-iyaa. Nanti gue tidur jam 10, biar lo puas" ujarnya pasrah.

"Mana bisa lo tidur jam segitu, paling awal juga sekitar jam 12 malem. Nggak mau tau, nanti jam 10 lo harus udah tidur. Biar gue bilang ke Bunda nanti" tegas ku membuat Zean menggerutu.

"Ck! Ribet!" aku terkekeh melihat ekspresi kesal Zean yang cukup menggemaskan.

"Udah, ayo balik ke kelas aja. Bentar lagi jam istirahat selesai" aku bangkit dan menepuk rok bagian belakangku yang mungkin sedikit kotor. Zean juga ikut bangkit dan melakukan hal yang sama sepertiku.

Setelah itu, aku menarik tangan Zean dan berlari kecil menuju kelas kami yang jaraknya cukup jauh dari taman belakang.

• • • •
"Salsa, dipanggil Bu Vita keruang guru" panggil salah satu temanku yang baru saja memasuki kelas.

Aku yang sedang mengerjakan soal bersama Zean saling pandang sejenak. "Ngapain?" tanyaku.

"Nggak tau. Udah mending lo buruan kesana"

"Mau ditemenin?" tawar Zean. Aku menggeleng.

"Nggak usah, gue sendiri aja. Lo lanjutin aja ngerjain tugasnya" setelah mengatakan hal tersebut aku melenggang pergi menuju ruang guru yang berada di lantai 1.

Sesampainya diruang yang ku tuju, aku mengetuk pintu sejenak. "Masuk!" titah seorang guru dari dalam sana. Aku lalu berjalan memasuki ruangan tersebut.

Didalam sana terdapat banyak meja yang diberi sekat satu sama lain. Meja-meja tersebut ditata sedemikian rupa untuk menampung kurang lebih sekitar 35 guru yang mengajar beserta staff yang bertugas.

"Cari siapa?" tanya salah satu guru yang mungkin berumur 40 tahun-an dengan berkas-berkas yang berada di tangannya.

"Bu Vita bu" guru tersebut mengangguk singkat.

"Mejanya ada disana" tunjuk nya, aku mengucapkan terimakasih lalu berlalu menghampiri Bu Vita yang tengah sibuk mengamati layar ponselnya.

"Permisi Bu" sapaku. Bu Vita mendongak lalu tersenyum simpul kearahku.

"Duduk dulu" titah Bu Vita seraya menepuk kursi yang berada di sampingnya. Aku mendudukan diri disamping Bu Vita.

"Jadi begini, alasan Ibu memanggil kamu itu karna Ibu mau meminta tolong sama kamu" guru yang aku ketahui baru berumur 34 tahun itu menatapku lekat-lekat.

"Minta tolong apa Bu?"

"Jadi 2 bulan lagi akan ada lomba dance antar sekolah. Dan Ibu dengar kamu pintar dance dan menari ballet ya?" aku mengangguk.

"Apa kamu mau jadi perwakilan lomba dance antar sekolah?. Ibu nggak tau lagi harus minta tolong kesiapa"

Aku sedikit menimang permintaan Bu Vita. Bu Vita merupakan salah satu guru tari sekaligus guru seni budaya di sekolahku. Beliau juga mengajar dikelasku dengan mata pelajaran yang sama.

"Boleh saya pikirkan dulu?" tanyaku dengan sopan.

"Boleh-boleh, Ibu tidak akan memaksa kamu untuk ikut lomba ini. Dan akan Ibu beri waktu kamu selama 3 hari untuk memikirkan hal ini terlebih dahulu"

Aku tersenyum senang. "Baik Bu terimakasih, akan saya pikirkan secara matang-matang"

Bu Vita tersenyum simpul. "Yasudah kamu boleh kembali ke kelasmu" aku mengangguk. Setelah berpamitan aku melenggang pergi menuju kelasku kembali.

-23 Jan 2022

Jakarta : 365 Day Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang