1

5.4K 104 18
                                    

Mutiara__ dia adalah anak dari pembantuku yang bernama bik Ratna ,wanita paruh baya yang sudah mengabdikan dirinya pada keluarga Manunggal sedari aku masih kecil.
Usia Mutiara tak terpaut jauh dariku dia dua tahun di bawahku. Seorang gadis kecil, kurus dan berkulit pucat .

Awalnya hubungan kami sangat dekat. Seperti perintah mami dan papi sedari aku kecil untuk menyayangi Mutiara seperti adikku sendiri, akupun melakukannya.
Hingga hari itu pun tiba ...
Hari yang membuat perasaan sayangku berubah menjadi sebuah kebencian.

"King' antar Mutiara ke rumah eyang Ratih ya!"

"Ngapain lagi 'mi kesana?" Jujur aku sebenarnya enggan kerumah nenek tua itu. Wajahnya sering ketus meski kami datang mengantar makanan ke rumahnya.
Heran aku sama mami kenapa mamiku yang lembut itu bisa memiliki seorang Bulik yang judes dan cerewet seperti dia.
Dalam silsilah keluarga kami Eyang Ratih itu adalah istri dari Eyang Pramana __ adik almarhumah Eyang mama __ ibu dari mamiku.
Jadi mami memanggil dirinya Bulik dan aku memanggilnya Eyang.

"Anterin gulai ya! Ini makanan  kesukaan eyang Kakung mu." jawab mami mengangkat rantang yang sudah di siapkan pembantu.
Eyang Kakung itu maksudnya eyang Pramana suami dari eyang Ratih yang saat ini tengah sakit struk.
Kalau eyang Ratih itu judes dan cerewet ,lain lagi suaminya ,suaminya pendiam dan ramah. Dia sering menegurku meski dengan suaranya yang terbata dan gerakan yang terbatas diatas kursi roda.

"Elah mi , Kenapa nggak minta pembantu saja sih yang antar."

"Eh ,nggak sopan kamu. Ayo sekalian kunjungi eyangmu pasti beliau kangen, sudah hampir sebulan kan kamu tidak main kesana __ Minggu lalu kakakmu sama Queen yang kesana ,katanya Eyang Pramana nanyaian kamu."
Kakakku itu maksudnya adalah Kak Keanu dan kak Rania.
Kak Keanu adalah Kakak pertamaku jarak usia nya lima tahun diatasku, sedang kak Rania itu kakak perempuanku yang selisih dua tahun dari ku, kalau Queen adalah nama saudara kembarku. Karena kami memang empat bersaudara. Kami cukup akur dan rukun meski sikap dan kelakuan kami bertolak belakang.

"Yaudah lah, sini _in rantangnya . Tapi sama Mutiara kan, mi?"

"Iya udah sana. Nanti biar Mutiara yang bawa gulai nya, kamu bawa ini saja taruh depan motor."

"Apa nih, mi?" Tanyaku mengerutkan dahi melihat bungkusan besar tapi ringan yang kini sudah berpindah di tanganku.

"Itu pempers buat eyangmu . Sepertinya persediaannya sudah mau habis ,nanti kurangannya biar mami minta pak Sapri yang antar."

Aku berdecak. Heran aku sama eyangku itu dia kan ada dua anak kenapa malah jadi seperti mamiku sendiri yang mengurusnya, bahkan mami sediakan suster juga untuk mengurus Eyang Pramana ples satu orang pembantu untuk mengurus rumahnya.
Haduh...
Pun begitu tapi kelakuan Eyang Ratih tetap saja selalu menjengkelkan.

*

"Pegangan Ara! nanti kamu jatuh loh." Hardikku pada bocah kelas tiga SMP itu .

"Iya kak, ini agak susah bawanya, mana masih agak panas." mengendik ke arah tempat makan yang lumayan besar yang ukurannya setengah tubuh mungilnya.
Aku terkekeh dalam hati, namun tak lama aku berdecak saat kembali mengingat tujuan kami saat ini.

"Ck. Males banget tau aku kesana . Pasti tar di ceramahin lagi sama nenek tua itu."

"Iya, nanti langsung pulang saja kak,jangan lama-lama." jawab gadis itu memberi usul. Gadis itu memang selalu sehati sama aku. Makanya kami bisa dibilang cukup dekat.

"Apa kamu saja yang turun bawa barang semua ya?" Usulku licik meliriknya dari kaca spion.

"Ih , kakak nggak kasian sama Ara. Itu kan yang di depan kakak besar banget gitu." rengeknya mengeluh menunjuk ball pempers di depanku.

MUTIARA ANAK PEMBANTUKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang