3 - Beracun

855 172 11
                                    

"Eh? "

Aku menatap benda yang ku pegang, lalu kembali menatap ke arahnya.

"Apa ini? "

Wanita di depanku itu hanya tersenyum. Lalu meletakkan telunjuknya di depan bibir.

"Dulu nona pernah meminta ini kan?

Sekarang aku sudah mengabulkan permintaan nona. "

***

Aku sangat minta maaf karna latar waktu di cerita ini kalo tidak salah belum di sebut.

Tapi tiba tiba hari yang tadinya masih terang benderang siang, tau tau suda menjelang malam.

Karna itu aku duduk di sini untuk menghindari serigala di bawah. Di pohon dan menonton langit oren.

Kosple anak senja.

Ga ada serigala si, tapi takut aja ke bawah. Takutnya beneran entar dateng dateng nge jumpscare.

Dan book ini tamat.

Okeh, saatnya survival.

Karna aku pernah main menkrep, sekarang saatnya mempraktekkan skill ku! Lets go!

Tapi karna semua nya ga rasional, jadi ga jadi.

Aku mengembungkan pipi menekan perut, laper. Dengan sekarat tergantung di pohon.

Isekai gini amat.

Garis garis senja mulai mengsamar samar. Aku turun pelan pelan dengan bantuan satu sendal swawaw warna ijo yang tersisa.

Tepat ketika kaki menyentuh tanah, pohon pohon di subur ini tiba tiba mulai memekarkan sesuatu. Sedikit mundur, aku melihat sekeliling dan menyadari tanaman tanaman di hutan ini bercahaya.

Walaupun sedikit redup, tapi setidaknya sedikit membantu.

Beberapa buah juga bercahaya. Aku melihat lihat bentuk mereka, mencoba mencari bentuk yang familiar.

Eh, ada satu semak yang ada berinya- atau ga tau beneran beri atau buah lain. Intinya bukan buah lokal kita- itu tidak bercahaya.

Tapi ketika aku menyibak sedikit, aku segera berjengit mundur karna menentukan banyaknya semut yang mengerumuni semak itu.

Akhirnya aku menatap lagi saja ke buah yang di atas. Kelihatannya tidak ada serangga yang menganggu buah buah bercahaya itu, akhirnya aku mengambil satu yang bentuknya kelihatan seperti... Jeruk?

Tapi saat kukupas ternyata isi dalamnya lagi seperti apel.

Sebentar, kok familiar. Apa aku pernah menemukan hal mistis seperti ini?

Aku mengendus jariku yang bekas mengupas.

"... Bau pisang... "

Ini mulai tidak masuk akal. Aku tidak tau di cerita aslinya beneran ada buah begini atau ini kuasa Author panpik ini, tapi mau itu siapapun, aku pasti akan segera bertanya kenapa tiga buah yang jelas saling sangat berbeda itu di collab in.

Mengendus nya sekali lagi, tiba tiba aku merasa sangat mual.

Dengan buru buru pun aku menjauhkan buah itu.

Lagian ngapain di cium cium ya.

Namun karna terlalu lapar, aku terpaksa memakan buah ini sambil menahan napas.

WMMAP ; 𝙱𝚘𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚂𝚎𝚔𝚊𝚒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang