Maret 482 SM. Hari yang menandai akhir umat manusia sudah tiba di sini. Tepat pada tanggal 15, satu hari sebelum munculnya bulan baru pada esok hari. Suku yang sudah ada sejak tahun 3000 sebelum masehi mempersiapkan ritual mereka untuk mendapatkan kekuatan magis yang tersembunyi dalam darah mereka sejak nenek moyang mereka.
Semuanya berkumpul di lingkaran batu yang kini disebut stonehenge, dimana mereka dikelilingi oleh 12 pimpinan ditambah dengan 1 pangeran penerus dari raja mereka. Tampak semua penduduk suku ini dipenuhi dengan keringat, takut akan kehadiran sang pangeran yang terkenal akan aura menekannya yang sanggup membuat sang raja hutan menundukkan kepala di hadapannya.
Ke 12 pimpinan turut serta mengucurkan keringat, namun tetap menahan postur hormat pada sang pangeran. Kedua belas pilar batu diisi oleh pimpinan, namun tiang ke-13 yang tak tampak diisi oleh sang pangeran. Ritual akan dimulai ketika mencapai tengah malam, dimana akan muncul tiang terakhir tempat mayat raja pertama mereka yang menerima keabadian muncul, berdasarkan pada buku ritual milik salah seorang pimpinan.
Dua jam berlalu dan kini tiba tengah malam. Seluruh penduduk merasa bersemangat karena mereka akan mendapatkan kekuatan yang didambakan oleh semua orang, keabadian. Namun ada perasaan tidak enak muncul dari seorang diantara mereka, yang dikenal sebagai orang yang memiliki kekuatan setara dengan sang pangeran. Ia merasakan adanya pembantaian nantinya.
Ritual kini dimulai oleh pimpinan tertinggi, dimana ia membacakan mantra, menyayat lengannya untuk membasahi pilar dengan darah segar miliknya. Pilar pertama memancarkan cahaya dan menambah tinggi pilar stonehenge hingga 4 meter lebih. Pimpinan kedua melakukan hal yang sama hingga pimpinan ke 12.
Kini tiba giliran sang pangeran, dengan aura menekannya ia menebas darahnya dan ke dua belas tiang semakin bercahaya. Pilar ke tiga belas muncul dari bawah tanah dan menabrak sang pangeran hingga tanah bergetar akibat jatuhnya pangeran. Namun hal yang aneh adalah sang pangeran tidak mengalami luka, malahan ia terlihat semakin ganas dengan aura yang lebih menekan.
Semua orang ditempat tersebut terpaku, dan mereka semua hampir pingsan akibat tekanan dari raja. Namun, tak sampai 10 detik semuanya pingsan. Kini tersisa 12 pimpinan dan sang pangeran, yang kini telah menjadi seorang raja sejati, dimana ia mendapatkan kekuatan dari raja pertama nenek moyang mereka, yaitu keabadian.
Sang raja berjalan menuju ke tengah penduduk suku tersebut, kira-kira 500 orang jumlahnya. Ia berdiri, meletakkan kedua tangan diatas kepalanya dan menekukkan satu kaki, lalu melompat ke tengah-tengah kerumunan orang pingsan dan menciptakan lubang ditengah.
Sungguh kekuatan yang luar biasa, namun tak sampai disitu, ia menghisap darah semua penduduknya hingga tersisa tulang yang dibungkus kulit kering. Sang raja tampak bertambah tinggi lagi, kini mencapai 2 meter. Semua pimpinan tertegun melihatnya, dan mereka hanya bisa berdiri dalam sikap hormat pada tuan mereka. Tidak satupun mereka berani berdiri.
Akan tetapi muncul satu suara dari luar pilar Stonehenge, "hei, raja gadungan. Raja seperti apa yang mengorbankan rakyatnya demi kekuasaan abadi!?"
Kedua belas pilar terkejut dan mereka melihat seorang pria dengan tinggi sekitar 2 meter dan menyamai sang raja. Ia adalah Joestar, orang yang dianggap setara dengan kekuatan sang raja dan merupakan satu-satunya rival sang raja.
"Jangan menjadi pengecut Brando! Kau bukan orang yang layak menjadi raja, hanya ayahmu yang cocok! Kau bahkan membunuhnya, tepat di depan semua manusia," teriak Joestar dengan amarahnya.
Tak pikir panjang, Brando menyerangnya dengan kekuatan penuh. Ia melompat ke arah Joestar dan menghasilkan lubang lain ditanah. Namun anehnya, Joestar mampu menghindarinya. Brando yang terkejut tidak mengurangi kecepatan menyerangnya, tetapi Joestar tetap menghindarinya.
"Menyerahlah Brando! Aku memiliki kartu as yang tidak kau miliki, sebuah kekuatan dari dunia lain!"
"Aku... Tidak peduli," balas Brando dengan nada yang datar.
Mukanya menunjukkan ketidapedulian akan Joestar. Namun raut itu berubah setelah melihat kekuatan asli dari Joestar. Sosok yang mirip dengan Joestar muncul di sampingnya, bertubuh lebih besar, berwarna hitam pekat dengan aura mengerikan, dan mata biru yang tajam.
"Jadi ini kekuatan yang kau banggakan? Akan kuhancurkan!"
"Aku akan menghancurkan dadamu sebelum kau menyentuhku!"
Pertarungan sesungguhnya dimulai. Brando bersiap dengan ancang-ancang penuhnya. Seluruh pimpinan baru pertama kali melihat tuannya seserius ini. Joestar menggerakkan kakinya, jarak diantara keduanya sekitar 20 meter. Namun dalam kedipan mata Joestar mendekat dan Brando berada dalam jarak serangnya.
Ia langsung melubangi dada Brando, dan darah menyemprot keluar. Brando terlihat pucat dan ia jatuh ketanah. Joestar memandanginya, lalu meraih sesuatu dari punggungnya. Ia menunjukkan panah berwarna kuning, dengan patung kumbang dekat kayu panahnya.
"Inilah kunci mengalahkanmu, sebuah panah yang mampu membangkitkan kekuatan pikiran, dimana aku tertusuk oleh panah ini. Ia memberikanku kekuatan ini, sebuah STAND yang akan melindungimu!"
Joestar berbalik, dan melangkah pergi. Seluruh pimpinan tampak pucat, bukan karena kematian sang raja, Brando, namun karena munculnya sosok monster. Tingginya mencapai tiga meter, tangannya ada 3, dan ia memiliki 6 mata, gigi taring sepanjang mulut hingga tenggorokan. Joestar yang menyadari aura aneh dibelakangnya berbalik, namun ia terlambat bereaksi sehingga ia terbelah dua, bagian pinggang ke atas dan kaki. Ia berteriak kesakitan, dan anak panahnya terlempar jauh. Brando pergi mengambilnya, dan perlahan kembali ke wujud manusianya.
"Kau tahu, aku ini abadi. Kini, kau hanya bisa membunuhku dengan sinar matahari. Aku akan mengambil panah ini, dan menunggu waktu hingga ia memilihku. Kini kau akan mati," ujar Brando.
Joestar yang sudah tak memiliki harapan, tanpa sengaja mengeluarkan gelombang kejut, yang merupakan manifestasi jiwanya, ke area tempat tersebut sejauh 1 km. Ia menghancurkan semua pilar, merombaknya, dan menjadikannya sebagai segel pada dirinya, Brando, dan kedua belas pimpinan.
Jauh dari tempat tersebut, menuju arah barat, istri Joestar melihat kilauan cahaya menghampirinya. Ia disembunyikan oleh Joestar karena firasat buruk Joestar akan ritual ini. Istrinya menangis dengan keras, merasa kehilangan yang sangat besar.
Sementara itu di arah timur, anak Brando yang masih belia melihat dari pegunungan, ayahnya bertarung dan tersegel pada batu tersebut. Ia merasa bahwa harus menyelamatkan ayahnya, tak peduli berapa tahun lamanya, demi mencapai tujuan bersama mereka, menguasai dunia dalam genggaman, ia akan meneruskan darah dari Brando.
Cerita ini berlanjut hingga ke masa kini, pada tahun 2018, tepatnya di daerah Britania Raya, dan menjadi sebuah urban legend terkenal mengenai cerita terbentuknya stonehenge.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Thousand Years Blood
AdventureKisah petualangan dari pria berusia 22 tahun, Joseph Joestar, yang mendapatkan suatu hal tak terduga di hari ulang tahunnya, kemunculan sesosok monster kuno yang telah tersegel selama 1000 tahun. Joseph secara tidak sengaja juga bertemu dengan seora...