Love • 3

1.2K 149 8
                                    

Irene memperhatikan Jennie yang tersenyum menawan dengan matanya. Jennie bukan hanya teman biasa untuk Seulgi. Jennie adalah salah satu orang yang berharga di hidupnya. Bisa dibilang begitu. Karena Jennie Kim adalah orang yang menjodohkan Seulgi dan Jisoo saat masa kuliah mereka. Satu kenyataan itu membuat Irene gugup. Lagi dan lagi.

Ketiganya kini kembali kedalam hotel. Menikmati menu makanan yang sudah disediakan. Seulgi dan Jennie terlihat sangat senang dengan kebersamaan mereka. Mereka berbicara banyak hal. Sementara Irene yang duduk bersama mereka hanya mendengarkan dan sesekali menimpali obrolan Seulgi dan Jennie dengan santai. Ia tetap tidak bisa akrab semudah itu dengan Jennie walau mereka sudah berkali-kali bertemu.

Jennie membisikkan sesuatu ditelinga Seulgi, membuat wajah mereka cukup dekat dan kemudian mereka tertawa bersama. Hal itu membuat Irene cukup terganggu. Ia cemburu dan sedikit kesal. Seulgi mengacuhkannya karena Jennie ini.

“Seulgi, maaf, aku ingin ke toilet sebentar.” pamit Irene. Ia tersenyum kecil pada Jennie.

“Okey.” jawab Seulgi singkat.

-

“Apa Kang Seulgi sudah menikah? Dia cukup tampan dan menarik. Aku rasa aku menyukainya.” seorang wanita terlihat mengkhayal berlebihan. “Aku harus memasukkan lamaran kerja disini.”

“Dia sudah menikah. Kau tidak ada harapan.” jawab temannya. “Kau lihat wanita yang selalu disampingnya. Wanita yang memakai gaun hitam. Itu istrinya.”

“Oh, dia? Tapi dia terlihat muda.”

“Memang. Mereka menikah karena dijodohkan. Seperti biasa, harta adalah alasannya.” ceritanya menggebu-gebu. “Pikirkan ini, kenapa dia mau dijual oleh keluarganya kalau bukan karena harta. Dia masih muda. Dia masih bisa melakukan apapun yang dia mau. Tapi dia memilih untuk menikah dengan CEO Kang. Tampan dan kaya, siapa yang mau menolak?”

“Yah! Kau tidak boleh bicara seperti itu.” sikut temannya sambil melihat ke sekitar kamar mandi, takut ada orang lain yang mendengar percakapan mereka. “Dia itu istri atasanmu, kalau ada yang mendengar ini dan melaporkannya pada CEO Kang, habislah riwayatmu.”

“Itu memang kenyataannya. Tingkahnya seperti anak kecil. Kau pasti tidak melihat media sosialnya ‘kan? Dia selalu pamer makanan yang katanya buatannya sendiri. Aku yakin dia hanya membelinya dari restoran. Eww murahan dan menjijikkan. Dan dia pikir dirinya cantik berfoto seperti itu?” ucapnya sinis sambil membenarkan riasan tebal wajahnya di cermin. “Aku sangat kasihan pada CEO Kang, dia terlihat tidak terurus. Irene sebagai Nyonya muda Kang? Dia tidak pantas.” mereka kemudian tertawa bersama.

Irene keluar dari satu bilik kamar mandi. Wajahnya sendu. Ia mendengar semua yang dikatakan kedua perempuan tadi tentang dirinya. Tentu semua itu tidak benar. Tapi itu membuat Irene berpikir, kalau selama ini apakah karyawan-karyawan Seulgi menganggapnya seperti itu. Irene memutar kran air, mencuci tangannya yang sedari tadi bergetar. Kata-kata itu menekannya sampai kebawah. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya mulai nanar. Irene menggeleng. Ia menarik dan menghembuskan nafas panjang beberapa kali. Mencoba tenang. Irene mencoba tersenyum.

“Mereka tidak tau...”

-

Irene ingin kembali pada Seulgi secepatnya. Suasana hatinya menjadi kelabu sekarang. Tapi langkahnya kemudian terhenti saat melihat Seulgi dan Jennie yang masih betah berdua. Jennie tersenyum sambil membenarkan dasi kupu-kupu Seulgi. Sementara Seulgi terlihat tidak risih akan sikap Jennie yang lengket kepadanya. Mereka terlihat seperti pasangan yang sesungguhnya malam ini. Kata-kata dikamar mandi tadi kembali mengganggu Irene. Ia tidak pantas?

-

Seulgi melihat jam tangannya kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar, mencari seseorang. Sudah hampir dua puluh menit tapi Irene belum kembali dari kamar mandi.

“Kenapa?” Jennie mengernyit melihatnya.

“Oh, Irene, dia belum kembali.” khawatir Seulgi.

“Ah, kau benar. Susul saja.” Jennie mengangguk. “Aku juga harus pergi sekarang, Seulgi. Sekali lagi selamat dan sukses untuk hotel ini. Dan titip salamku untuk istri tercintamu.” dengan itu Seulgi dan Jennie berpisah.

-

Seulgi melihat Irene sedang menyendiri di balkon hotel lantai tiga. Seulgi tidak mengerti kenapa Irene bisa sampai disini, meninggalkannya berdua dengan Jennie. Setelah Jennie pergi, Seulgi terus mencari Irene, beruntung sekretarisnya Wendy Shon sempat melihat Irene disini dan memberitahu dirinya. Mungkin Irene suka dengan pemandangan dari sini.

Pemandangan kota malam ini memang terlihat indah tapi Irene tidak seantusias biasanya. Ia melamun menatap wine yang diambilnya dari pelayan tadi walau tidak bisa meminumnya. Irene ingin mencobanya seperti wanita dewasa lain tapi hanya dengan satu teguk saja, kepalanya akan sangat pusing dan ia tidak suka rasa sakit itu. Benar. Ia seperti anak kecil. Seperti kata Joy atau wanita dikamar mandi tadi, dan mungkin orang-orang lain diluar sana. Seulgi? Pria dewasa yang tiga tahun lebih tua darinya. Apa Seulgi juga berpikir tentang dirinya seperti itu? Mungkin.

Seulgi melangkah perlahan menghampiri Irene lalu memeluknya dari belakang. Hal itu membuat Irene yang melamun jauh sangat kaget. Irene terkesiap. Gelas anggur merah ditangannya terlepas dan pecah ke lantai keramik.

“Maaf, apa aku menakutimu?” Seulgi merasa bersalah. Dahinya mengernyit. Sejak kapan Irene bisa minum wine, pikirnya. “Hei, jangan sentuh, biarkan saja di sana.” ia melarang Irene yang ingin membersihkan pecahan itu. Seulgi membawa Irene sedikit menjauh.

“Kenapa kau sendiri disini?” tanya Seulgi. Irene tidak menjawab dan hanya melihat ke depan. Melihat pepohonan tinggi yang diterpa angin. Lagi, dahi Seulgi mengernyit penuh selidik menatapnya. “Ah, sebelum aku lupa. Jennie sudah pulang dan dia titip salam untukmu.”

Masih sama, Irene tidak menjawab. Kalau boleh jujur, ia tidak ingin tau apapun tentang wanita itu. Jennie sudah pulang, titip salam padanya atau Jennie bisa mengendarai tank berkilau. Irene tidak ingin tau.

“Baiklah.” Seulgi mengangguk. Semakin yakin ada yang disembunyikan Irene darinya. “Sekarang katakan padaku, apa kau masih marah kerena gaun itu?”

“Aku tidak marah.” Irene menggeleng dan menatap Seulgi disampingnya sekilas. Ia tidak pernah marah pada Seulgi tentang gaun itu. Seperti anak kecil saja. Irene menghela nafas diam-diam.

“Lalu kenapa dengan wajah ini?” Seulgi mencolek dagunya. Ia tidak suka melihat wajah Irene yang tidak cerah.

“Aku hanya lelah.” Irene bermain dengan kuku jarinya. Seulgi melihatnya dan merasa ada yang tidak beres. Satu kebiasaan Irene kalau sedang gugup ataupun berbohong; bermain dengan kuku jarinya. Tapi Seulgi tidak tau apa itu. Seulgi menggenggam tangan Irene dan mengecupnya. Ia kemudian memeluk Irene erat dari belakang. Irene tersenyum kecil merasa bibir hangat Seulgi yang menciumi lehernya. Ia menyandar di dada bidang Seulgi sambil memegang tangan Seulgi yang melingkar di pinggangnya. Mereka diam sejenak, menikmati suasana.

Seulgi memutar pelan tubuh Irene untuk menatapnya. Seulgi tidak akan pernah bosan menatap dan membelai wajah cantik Irene. Mata cokelatnya yang memikat, hidung mancungnya, bibir tipis merah mudanya yang manis, semuanya. Irene sangat sempurna dan Seulgi merasa sangat beruntung bisa memilikinya.

Di satu sisi, Irene tidak tahan ditatap lekat dan sayang seperti itu oleh Seulgi walau ia sangat menyukainya dan sudah terbiasa. Karena suasana hati yang tidak baik, Irene ingin sekali menangis.

“Kau ingin pulang?” tanya Seulgi setelah mengecup pipi kanannya. Walau sebenarnya ia sudah menyiapkan kejutan kecil untuk Irene di hotel ini tapi sepertinya tidak akan berhasil. Seulgi cukup tau sifat istrinya.

“Apa bisa? Apa acaranya sudah selesai?” Irene tidak enak hati. Tapi ia benar-benar tidak ingin berada disini lagi. Rasanya sesak.

“Jangan khawatir. Aku bosnya.” Seulgi menyombong. Irene tersenyum kecil tapi terlihat seperti terpaksa. Dan Seulgi bisa merasakan itu.

Seulgi membuka mantelnya dan menyampirkannya dipundak terbuka Irene sebelum mereka memutuskan untuk pulang ke rumah lebih awal.

... bersambung

Love tip & other stories at
karyakarsa.com/authorka
Thanks 🤓

᯽ MAKE LOVE ᯽ end ᯽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang