Love • 2

1.1K 139 4
                                    

Seulgi yang sudah rapi dengan tuksedo hitamnya, duduk ditepi ranjang sambil bermain game di ponsel. Seulgi mendengar pintu kamar mandi terbuka dan untuk pertama kali matanya beralih dari benda canggih ditangannya itu. Seperti akan dicabut nyawanya, Seulgi mematung melihat Irene. Nafasnya terasa sangkut di tenggorokan. Mulutnya sedikit terbuka. Seperti laser, mata Seulgi menatap Irene dari bawah hingga atas dan sebaliknya tanpa berkedip, berulang kali. Gaun merah ketat selutut itu jelas menampakkan lekuk tubuh indah Irene. Seulgi menelan ludah.

"Bagaimana?" tanya Irene. Ia sangat suka dengan reaksi Seulgi saat menatapnya sekarang. Menggemaskan.

"Ahemm!" Seulgi sadar dari lamunannya. "Apa- apa yang kau pakai?" walau Irene tampak sangat menggoda tapi Seulgi tidak akan membiarkannya pergi ke pesta formal dengan gaun seseksi itu. "Kau harus menggantinya." Seulgi mengangguk yakin dan membuat dahi Irene mengerut. Seulgi tidak menyukainya?

"Apa? Tidak. Aku menghabiskan waktu berjam-jam bersama Joy hanya untuk gaun ini."

"Joy?" Seulgi mendesah. Ia sudah bisa merasakan kalau sahabat Irene yang satu itu akan membawa pengaruh buruk untuk istri terkasihnya.

"Pokoknya aku tidak mau ganti. Lagipula gaun ini tidak ada salahnya." Irene kembali dengan rencananya. Ia berbalik badan dengan sengaja untuk berkaca. Dada Seulgi semakin panas, tidak sadar sudah menggigit bibirnya melihat punggung putih Irene yang terbuka. Siapa perancang gaun itu? Seulgi ingin bicara. Sementara Irene mengulum senyumnya melihat reaksi Seulgi dari pantulan cermin rias. Menggoda Seulgi adalah hal yang sangat menyenangkan.

"Ganti. Kau harus menggantinya. Aku tau kau punya banyak gaun pesta didalam sana." tunjuk Seulgi kearah lemari. "Aku akan menunggu diluar." ia tidak tahan.

"Apa? Tidak Seulgiya-"

"Ganti." Seulgi serius menatapnya.

-

Lima belas menit berlalu, Seulgi masih setia menunggu diruang tamu. Dan kemudian Irene kembali menampakkan diri. Seulgi tersenyum, Irene sekarang terlihat lebih anggun mengenakan gaun hitam panjang dengan bahu terbuka. Sederhana namun tidak melunturkan kecantikannya. Dan yang lebih penting, tidak terlalu banyak kulit yang diperlihatkan.

Seulgi tertawa kecil saat melihat wajah datar Irene, ditambah cara berjalannya menuruni anak tangga dengan malas seperti anak TK yang tidak mau pergi sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seulgi tertawa kecil saat melihat wajah datar Irene, ditambah cara berjalannya menuruni anak tangga dengan malas seperti anak TK yang tidak mau pergi sekolah.

"Nah, kau terlihat lebih cantik sekarang, Nyonya muda Kang. Sangat cantik." puji Seulgi. Irene tidak berkomentar walau ia senang mendengar pujian itu. Irene berjalan menuju pintu utama dan Seulgi mengikutinya dari belakang. Terus tersenyum melihat tingkah Irene yang merajuk.

"Memangnya siapa yang akan kau buat terkesan dengan gaun tadi?" Seulgi risih. "Pria setengah baya yang sudah beristri? Bodyguard mereka? Atau CEO muda di sana?"

"Mungkin?" Irene mengangkat satu alis dan bahunya. Seulgi mengerjap tidak percaya. "Dasar suami tidak peka! Tentu untukmu!" kutuk Irene dalam hati.

"Wow okey, kau sudah semakin meracau." Seulgi membuka pintu mobil untuk Irene. "Masuklah, kita sudah terlambat." Irene menurut saja. Perjalanan mereka ke tempat tujuan terasa semakin jauh dan lama karena Irene yang tidak mau bicara.

-

Mereka datang tepat waktu. Mata Irene melihat dengan kagum saat pertama kali memasuki tempat acara diadakan. Kilatan kamera mengikuti tiap langkah Seulgi dan dirinya. Ia melihat sekelilingnya tanpa bosan dan tanpa berhenti tersenyum. Suasana hatinya berubah lebih baik seketika. Ballroom hotel dihias dengan mewah dan modern. Semua peralatan dan perlengkapan yang ada terlihat baru dan mahal. Orang-orang didalamnya pun berkelas.

"Kau suka?" tanya Seulgi. Ia menepuk punggung tangan Irene yang menggandengnya. Irene hanya bisa mengangguk. Ini bukan pertama kalinya ia berada di hotel berbintang lima, tapi pasti ia terlihat kampungan sekarang. Seulgi tersenyum puas melihatnya. Ini semua untuk Irene.

Seulgi sangat terkenal diantara para pengusaha. Ia langsung bisa membaur dengan akrab sambil memperkenalkan Irene dengan para tamu pentingnya. Ia berterima kasih dan terlihat sangat bangga saat tamu-tamu memuji dirinya dan Irene sangat serasi bersama. Itu membuat wajah dan dada keduanya menghangat, berbunga-bunga. Ini adalah kali pertama Irene menemani Seulgi dalam acara yang berhubungan dengan bisnisnya. Awalnya cukup gugup untuk bertemu orang banyak dan orang baru tapi Irene bisa mengatasinya dengan mulus. Ia bisa akrab dengan beberapa istri ataupun tunangan rekan kerja suaminya ini.

Mereka sekarang duduk satu meja dengan sepasang suami istri. Cukup disayangkan karena orang tua Seulgi dan Irene tidak bisa datang menemani karena kesibukan masing-masing yang membuat jadwal mereka bentrok. Tidak bisa diundur. Orang tua Irene tidak bisa meninggalkan Jepang sementara orang tua Seulgi tengah berada di Thailand. Tapi Seulgi selalu mendapat dukungan penuh dari mereka.

Tepuk tangan tiba-tiba bergemuruh saat pembawa acara memanggil nama Seulgi untuk naik keatas panggung, memberikan kata pengantar sebelum acara utama dimulai. Seulgi pamit, meninggalkan Irene sebentar untuk melaksanakan tugasnya.

Seulgi berbicara singkat tentang awal proyek bisnis bermulai hingga akhirnya hotel kebanggaannya ini bisa berdiri dengan megah dan siap dibuka. Sesekali matanya bertemu dengan Irene yang duduk di kursi depan saat berbicara. Mereka tersenyum bersama.

"Dia sangat pintar." ujar CEO Lee bangga, seakan Seulgi adalah putranya. Irene mengangguk setuju. Seulgi selalu memberikan yang terbaik untuk apa yang dikerjakannya. Kesibukan dan keringat Seulgi membuahkan hasil yang memuaskan. Seperti hotel baru ini, Irene masih tidak percaya.

"Sayangnya, Seulgi tidak mau menikah dengan putri kami. Padahal mereka sangat serasi kalau bersama. Kami tidak tau apa yang membuat Seulgi menolak-"

"Ehem!" CEO Lee memotong ucapan sinis istrinya yang seakan menuduh Irene sebagai alasan itu. Irene sendiri tidak tahu-menahu tentang putri mereka dan penolakan Seulgi. "Irene, kau beruntung mendapatkan Seulgi. Lihat, ia terlihat sangat mencintaimu."

"Terima kasih, CEO Lee." Irene mencoba tersenyum, tidak terlalu memikirkan kata-kata sinis itu.

Seulgi mengajak Irene untuk melakukan pemotongan pita bersama didepan sebagai simbol telah dibukanya hotel baru mereka. K International Hotel. Para tamu yang hadir menyaksikan saling mengucapkan selamat karena kerja sama mereka yang berjalan dengan lancar beberapa tahun belakangan ini.

"Seulgi oppa!" panggil seorang wanita.

"Jennie?" Seulgi tersenyum lebar melihat wanita yang melambai sambil tersenyum cerah kearahnya. Mereka kemudian saling berpelukan, erat. Sementara Irene hanya memperhatikan lama keduanya. Mulai merasa risih. Tidak sedikit wanita disini yang terlihat ingin membawa Seulgi pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Maaf Seulgi aku terlambat. Ada sesuatu yang harus aku lakukan." segannya.

"Tidak apa-apa, Jenn. Terima kasih karena sudah menyempatkan diri untuk datang."

"Sekali lagi selamat, Seulgi. Hotel ini sangat hebat. Apa yang tidak bisa Seulgi lakukan, huh?" puji wanita yang bernama Jennie itu, membuat Seulgi tersenyum kecil malu, wajahnya merona. Dan itu tidak lepas dari mata Irene. "Oh, Irene, senang bertemu denganmu lagi." akrab Jennie.

"Iya, ini terasa sudah lama 'kan?" mereka hanya berjabat tangan dan tersenyum bersama.

... bersambung

Love tip & other stories at
karyakarsa.com/authorka
Thanks 🤓

᯽ MAKE LOVE ᯽ end ᯽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang