PERTEMUAN

8 1 1
                                    

Perjalanan yang tidak begitu terasa panjangnya kami lewati dan akhirnya tiba di Lubuk Linggau. Kami sampai di stasiun kereta api Lubuk Linggau ini di sore hari dan dalam keadaan cuaca sedikit gerimis. Setiba di stasiun kami bergegas mencari transportasi yang akan menghantarkan kami ke pos pendakian. Dan disini ada begitu banyak travel yang menawarkan untuk mengantarkan dengan harga bervariasi. Ada satu kejadian lucu, dimana kami pada saat itu sudah menemukan satu travel yang mau menghantarkan kami ke pos pendakian dengan harga yang relatif murah. Namun bapak sopir travel ini meminta untuk menemui beliau di luar gerbang stasiun. Bapak sopirnya memberikan penawaran kurang lebih seperti ini ;

"Bapak akan hantarkan kalian dengan harga yang kalian tawarkan itu, tapi naik mobilnya jangan disini. Kita keluar gerbang saja dulu. Ketemuannya di Pasar sebelah sana" Ujar beliau sambil menunjuk arah pasar. 

Kami pun menerima penawaran tersebut dan bergegas keluar dari gerbang stasiun. Dengan berjalan kaki membawa barang yang lumayan berat dan banyak kami pun berhenti di satu tempat tidak jauh dari arah yang pak sopir tunjuk. Setelah kurang lebih 30 menit kami menunggu, Pak sopir tak kunjung datang. Disini ada rasa sedikit cemas akan ditipu si pak sopir. Akhirnya aku dan satu temanku pergi ke gerbang tempat kami tawar menawar tadi mencari pak sopir, namun kami tidak menemukan beliau. Kami pun hampir menerima tawaran pak sopir travel lain yang ongkosnya sedikit lebih mahal dari bapak sebelumnya, beruntung di perjalanan aku dan temanku melihat mobil pak sopir sebelumnya. 

"Kalian nunggu dimana tadi. Bapak udah keliling-keliling dua kali disini kok ga ngeliat kalian." Ujar beliau kepada kami yang sedikit lega. 

Perjalananpun kami lanjutkan. Namun ditengah perjalanan, pak sopir menawarkan untuk membeli makan terlebih dahulu.

"Kalian pasti lapar kan? Gimana kalau kita beli makan aja dulu. Trus kita mampir ke masjid besar Lubuk Linggau. Santai-santai aja dulu, shalat, istirahat, atau foto-foto lah disana. Kapan lagi kan main kesini" ujar bapak sopir dengan ramah tamah. Kami pun setuju dengan usulan beliau, karena memang waktu  itu sudah mendekati shalat maghrib. Dan disini kami berfoto-foto bersama pak sopir.

Setelah shalat dan berfoto-foto di Masjid besar (entah apa nama masjid itu aku lupa) kami pun melanjutkan perjalanan kami. Ditengah perjalanan lagi-lagi pak sopir menawarkan untuk makan-makan makanan yang sudah kami beli tadi di sebuah vila. Dan aku sejujurnya disini merasa was-was, karena takut akan penawaran beliau yang menurutku sangat baik. Akhirnya, kami pergi ke satu Villa yang menurutku sangat menyeramkan dan tidak ada penerangan, entah karena listrik yang memang sedang padam atau mungkin memang Villa tersebut tidak berpenghuni. Beruntungnya kami, pemandangan dari Villa yang memang lokasinya di daerah yang tinggi sangat indah. Aku merasa sangat senang untuk pertama kalinya dalam hidupku melihat pemandangan yang akupun tidak bisa mendeskripsikan rasa senang itu seperti apa. 

Dengan rasa was-was yang masih membayang, aku terus mengawasi gerak-gerik pak sopir yang ku rasa mencurigakan. Namun kecurigaanku itu menjadi rasa bersalah tersendiri. Karena memang pak sopir ini sangat-sangat baik. Setelah beberapa waktu perjalanan, kami tiba di pos pendakian dalam keadaan cuaca badai dan sedikit gerimis. Udara dingin mulai menusuk kulitku yang sedikit membuatku merinding. Karena memang cuaca waktu itu badai dan hujan. Dan itu juga pertama kalinya aku merasakan dingin yang belum pernah ku rasakan. 

Setelah kami sampai di pos pendakian, kami mencari teman kami satunya yaitu Angga yang aku sendiri tidak tahu orangnya yang mana. Kesan pertama kali aku terhadap angga 'gila, nih orang putih banget dah'. Maksudku adalah untuk laki-laki yang pernah aku temui belum ada yang kulitnya seputih itu heyyy, salfok! Next, karena anggota kami yang cukup banyak akhirnya kami dipindahkan ke aula besar. Disitu kami diberi tikar besar dan dipinjamkan sebuah gitar. Kami pun mulai berbenah diri, ada yang mau mandi, dan ada yang mempersiapkan untuk makan. 

Semuanya berbaur satu sama lain tanpa ada rasa canggung sama sekali. Dan menurutku ini adalah hal cukup jarang aku temui selama perjalanan bersosialisasiku. 

"We siapa we yang pinter main gitar. Ayoklah nyanyi sama-sama." ujarku sembari mengambil gitar. Kamipun bernyanyi lagu-lagu lama yang dipimpin gitaris handal sekaligus vokalis kami Ehsan haha. Kami bernyanyi, bercanda, bermain game seperti sudah lama berteman.Sampai akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat lebih cepat untu memulihkan tenaga kami yang terkuras selama perjalanan.

Malam itu pertama kalinya aku tidur di tempat asing dan jujur saja aku kesulitan tidur haha. Entah karena penyesuaian diri atau mungkin karena udara yang sangat dingin. Untuk orang yang memang kesulitan menyesuaikan diri seperti ku, memang agak kesulitan menemukan rasa nyaman terutama soal istirahat (tidur). Rasa kantuk tentu ada, namun perasaan yang belum akrab dengan suasana lingkungan baru diikuti dengan udara yang sangat dingin mengalahkan itu semua. Namun akhirnya akupun memaksakan diri untuk tidur karena besok langsung berangkat ke puncak bukit lagi...

ECAPALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang