Adzana Ashelia

1.3K 128 7
                                    

Sudah dua puluh menit, Aldo menyaksikan Steven makan babi panggang di restoran China. Awalnya, Aldo mau ikutan tapi dia ingat kalau agamanya masih Islam. Belum tau, lusa, mungkin dia jadi Konghucu. Jangan sampai deh, Steven bisa mengguyurnya pakai air suci kalau sampai Aldo pindah agama.

Steven itu tipe teman yang sangat supportif. Kalau agama temannya Islam ya sampai mati, harus tetap Islam. Pikirnya begitu. Ya tapi balik lagi kepercayaan setiap manusia beda-beda. Steven hanya bisa berharap jika Aldo, Nathan, dan Asyad tetap di jalan ke beneran. Begitupun dirinya dan Jesse.

"Tapi serius babi tuh enak ga sih Step?"

Aldo penasaran karena mamanya pernah bilang kalau babi itu enak. Iya, mamanya Aldo dulu agamanya Buddha sebelum nikah sama bapaknya. Makanya, Aldo kadang suka sembrono pengen minta pindah agama padahal cuma perkara Steven seneng makan babi doang.

"Enak banget sih bosque, tanya noh sama Ci Ariel demen banget dia." jawab Steven.

Ci Ariel itu kakaknya Steven. Walaupun, mereka satu saudara, satu ayah dan satu ibu, tapi Steven kerap tidak mau mengakui jika Ariel adalah kakaknya. Gimana ga ngakuin, dua orang itu tiap hari kerjaannya adu mulut terus. Sampai pernah ada kejadian, tetangga sebelah rumah mereka marah-marah karena malem-malem Steven sama Ariel perang bantal sambil belajar nyebut nama hewan di kebun binatang. Maka dari itu, ga ada sejarahnya dua adik kakak itu berdamai.

"Eh cici lo udah punya pacar belom sih, gue dari dulu tanya ke lo kayaknya ga pernah dijawab."

"Gini Do, gue sama dia emang ga pernah akur ya. Tapi kalo cici gue dapetin cowok kayak lo, gue tetep ga ihklas. Lo nikah sama dia langung gue suruh cere."

"Jahat banget, emang kenapa sih?"

"Lu bukan kokoh-kokoh, cuan lu juga masih seret. Mending sekolah yang bener dulu."

"Ye tapi kan dari keluarga mokap, gue termasuk kokoh-kokoh."

Dari keluarga ibunya Aldo, dia memang dianggap kokoh-kokoh. Bahkan Aldo sering dapat angpao dari om dan tantenya waktu perayaan imlek. Aldo juga kadang ikut tuh yang namanya makan mie panjang umur meskipun topingnya ayam bukan babi. Aldo juga pernah dapet kue keranjang. Tapi ga doyan karena rasanya aneh katanya.

"Lu mah menang sipit doang. Udah pokoknya kaga usah macem-macem sama yang namanya Ariella Calista Ichwan. Dipatok baru tau rasa lu. Gue aja kalo minta dilahirin lagi, ogah satu ibu sama dia."

Aldo hanya bisa tertawa menanggapi kekesalan Steven dengan kakaknya. Anak itu tidak pernah berubah sama sekali sejak satu tahun yang lalu Aldo bertemu dengannya di sekolah. Steven ya Steven yang bawelnya cuma perkara karena laper. Steven ya Steven yang kalau marah-marah ujung-ujungnya selalu nyalahin cicinya. Steven ya Steven, anggota Depresi yang paling freaky.

Beda lagi kalau temen Aldo yang hobinya mepet berdua mulu sama si pacar. Siapa lagi jika bukan Asyad. Anak itu duduk di bangku berbeda dengan kedua temannya yang lain. Sengaja beda tempat duduk, biar bisa pacaran sama Fiony.

"Punya temen yang satunya tiada hari tanpa makan, yang satunya lagi tiada hari tanpa pacaran. Hehhh Asyadel, bapak lu mantau noh di rumah!" Aldo sedikit mengencangkan suaranya agar terdengar oleh Asyad.

Asyad yang namanya disebut langsung menengok dengan tampang tengilnya. "Apa sih, iri ya ga punya pacar? Makanya cari cewek dong bos."

"Ngapain nyari cewek, cewek yang nyari gue dong." balas Aldo.

Steven menghela napas panjang sembari mulutnya masih sibuk mengunyah. "Ini pembicaraan kita ga ada yang lebih berbobot lagi gitu? Misalnya, pembangunan ibukota baru yang kapan rampungnya atau apakah Kota Bekasi bisa terhindar dari panasnya matahari?"

REVALDO [ASHDEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang