Perkara Pitingan Maut

1.1K 131 49
                                    

"Heh Aldo! Maksud kamu apa!?"

Kerah baju Steven tiba-tiba diremas oleh perempuan yang di gadang-gadang namanya Adzana. Perempuan itu hampir saja memuntahkan makanan dari mulut Steven jika sedikit lagi meremas kerah lelaki tersebut dengan sangat kencang.

"Hah apaan sih lu?"

Sementara Steven malah kebingungan ketika yang disebutkan oleh perempuan itu justru nama Aldo.

"Hah hoh hah hoh maksud kamu apa nyuruh-nyuruh anak osis buat ga nerima saya!"

Jadi Adzana baru aja ikut kumpul osis untuk mendengar pengumuman penerimaan anggota baru bagi siswa-siswi kelas sepuluh. Adzana pede banget jalan dari kelas sambil memasang raut wajah bangga, jika dirinya pasti akan keterima. Secara kemarin ketika wawancara, Adzana dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan dengan lantang dan terlihat penuh kesungguhan.

Ternyata sampai pada tahap pengumuman, nama Adzana tidak disebutkan sama sekali. Dia kecewa jelas sampai marah-marah pada pihak osis. Nah pada saat Adzana marah-marah, anak itu mendengar samar dari sekumpulan kakak osis yang berada di pojok ruangan. Salah satunya ada Muthe. Kakak-kakak osis itu sempat menggibah kalau atas dasar permintaan Aldo-lah, gadis bernama Adzana tidak diterima.

Asal kalian tau, jabatan tinggi di sekolah bukan osis, MPK, atau keamanan lainnya. Jabatan tinggi di sekolah adalah Depresi. Meskipun bukan organisasi atau semacamnya. Depresi itu udah kayak pentolan sekolah yang disegani banyak orang. Meskipun sebenarnya kerjaan mereka jauh dari kata onar. Tapi kalau Nathan yang bersabda. Semua berasa tunduk. Ya paling cuma Bu Melody aja yang berani koar-koar dan ngeospek Depresi di setiap mapel Kimia-nya.

Maka dari itu, ketika tadi pagi Muthe diperintah Aldo. Anak itu langsung berkompromi dengan beberapa anak osis lainnya yang mengurusi penerimaan anggota baru. Mereka setuju, ya karena takut aja berurusan sama anak-anak Depresi. Ibaratnya ga usah nambah masalah kalau ga mau bikin masalah.

"Mentang-mentang geng motor, lo tuh ga punya hak buat ngatur orang lain!"

"Iya ga usah marah-marah gue ngerti tapi sorry banget nih gue bukan Aldo, lo salah orang." Steven menyerah mengangkat tangannya ke atas saat cengkraman di kerahnya makin kencang.

"Terus mana yang namanya Aldo!?"

"Noh itu tuh yang lagi minum es kenyot." tunjuk Steven pada Aldo yang sedang berjongkok di pojok kiri sambil memakan es kenyot yang dia beli di kantin.

Adzana langsung mendatangi Aldo dan berdiri angkuh di depan lelaki itu. Benar-benar ga punya rasa takut masuk ke wilayah Depresi.

Iya, depresi punya wilayah sendiri di sekolah. Letaknya di kantin paling pojok. Dekat dengan tembok besar yang mengarah ke rumah warga-warga. Kadang kalau ada anak nakal, tempat itu sering digunakan untuk melompat buat sekadar cabut pelajaran. Tapi sejak Nathan menetapkan peraturan "Siapa aja yang berani nginjek tempat ini! Cuma buat lompatin nih tembok, urusannya bukan sama kepsek lagi. Tapi sama gue!"

Sejak Nathan bilang kayak gitu pakai toa masjid di sekolah, ga ada lagi satu anakpun yang berani lompatin tembok di pojok kantin. Mereka tau, berurusan dengan Nathan atau gengnya sama saja kayak berurusan sama Pak Hartono. Secara Pak Hartono pemilik sekolah, bisa-bisa satu persatu anak-anak yang bikin onar sama Nathan langsung lenyap karena dikeluarkan dari sana.

Sekarang kembali pada Adzana dan keangkuhannya yang ingin sekali masuk osis. Anak itu masih ngotot sembari menuding-nuding Aldo saking geramnya.

"Oh jadi kamu yang namanya Aldo, cowok yang kemarin ngikutin saya ya!"

Aldo membuang es kenyot yang tinggal plastiknya ke arah luar, melewati tembok besar. "Ga usah marah-marah, makin cantik kalo kayak gitu."

"Udah deh ga usah bacot! Kamu nyogok anak osis kan biar saya ga keterima!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REVALDO [ASHDEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang