Nasi Goreng Nugget

2K 145 13
                                    

Sudah lengkap semua, dari motor Nathan hingga Aldo sudah terparkir di parkiran. Warna motor mereka yang terlihat bagaikan pelangi itu tampak mengindahkan area parkiran yang isinya hanya sekumpulan motor matic dengan rem yang bunyinya cat cit cat cit.

"Kelas langsung apa ngantin nih?" Steven melirik Nathan. Meminta persetujuan sang ketua.

Bukannya Nathan yang menjawab, justru Jesse yang menyeletuk. "Makan mulu pikiran lo, ini tugas Kimia kita belum dikerjain loh. Gimana Nath, masa mau ngantin?"

Nathan melirik jam di tangan kirinya. Berpikir sebentar, apakah mereka harus nongkrong sejenak sebelum bel berbunyi atau mengerjakan tugas Kimia yang tidak penting di kelas. Dan jawaban yang diberikan Nathan, hanya "Stepen lu cabut sama Aldo ke kantin. Beliin gue kopi susu. Terus gue, Jesse, sama Asyad ke kelas duluan sekalian malakin tugas anak-anak."

"Ide yang bagus." Steven setuju, asal makan nomor satu.

Mereka akhirnya di bagi dua kubu sesuai arahan Nathan. Steven dan Aldo ke kantin dan sisanya mengikuti Nathan ke kelas.

Sepanjang perjalanan, sorot mata anak-anak tertuju pada mereka. Jesse yang notabenenya selalu sibuk dengan headphone membiarkan headphonenya terus terputar lagu-lagu hip-hop kekinian. Sementara, Asyad sibuk bermain ponsel. Mengetikkan sesuatu pada layar pakai sepuluh jarinya. Agar setiap jarinya berguna dengan baik. Sedangkan, Nathan tampak memasang wajah kalemnya sambil terus memperhatikan jalan agar tiba-tiba tidak kesandung.

Hingga, suara yang terdengar syahdu memanggilnya di pinggir lapangan sekolah. Seorang perempuan, berambut panjang, dengan kunciran kudanya yang selalu menjadi dambaan Nathan sedang melemparkan lambaian tangannya. Bukan sang pacar yang membalas lambaian itu justru Jesse yang membalasnya dari belakang Nathan.

"Nathan, boleh ngomong sebentar?" ucap perempuan itu seraya berdiri di hadapan Nathan.

Asyad yang awalnya sibuk bermain ponsel langsung menujukan pandangan kepada perempuan yang sedang berbicara dengan Nathan. Bisiknya juga pada telinga Jesse. "Tebak-tebakkan yuk Jes, kira-kira mereka bakal perang dunia lagi ga?"

"Kalo kata gue ya Syad, kayaknya Nathan bakal luluh lagi deh."

Seperti peristiwa yang sudah-sudah, Jesse yakin si ketua gengnya yang satu itu akan luluh lagi dengan sang kekasih. Secara, Nathan itu lelaki setia yang tidak suka membuat seorang perempuan menangis. Jangankan perempuan, kucing Asyad si Lion di rumah aja diperlakukan seperti ratu oleh Nathan. Padahal kucing Asyad jenis kelaminnya laki-laki. Kan bahaya jeruk makan jeruk. Untung saja Lion itu kucing, coba kalo manusia. Sudah tak habis pikir lagi Jesse.

"Ah engga kayaknya, Nathan keliatan marah banget tuh."

Asyad ternyata punya anggapan berbeda. Menurutnya, Nathan akan bersikap cuek atau semacam masih marah dengan kekasihnya. Alamat akan terjadi perang dunia kedua sih.

Saking percaya dengan tebakannya Jesse sampai membuat taruhan. "Gini deh, yang bener dapet goceng ya?"

Seorang sultan seperti Asyad sangat memalukan jika menolak tantangan dari Jesse. Lantas, dia mengangguk menyetujuinya. "Oke deal!"

Kedua orang itu kembali menguping pembicaraan Nathan. Pembicaraan kedua orang yang sama-sama bucin tapi yang satunya sibuk organisasi dan yang satunya lagi sibuk main motor sampai lupa kalau mereka berdua itu pacaran.

"Nath, aku minta maaf tadi malem ga ngabarin kamu."

"Aku ga lebih penting ya Kath dari sekumpulan organisasi kamu yang ga mutu itu?" tanya Nathan.

Tatapannya mengisyaratkan dia kecewa. Bahkan sudah dikecewakan hingga puluhan kali oleh perempuan bernama Kathrina. Bagaimana Nathan tidak kecewa, Kathrina jarang sekali mengirimkan kabarnya pada Nathan. Alasannya karena sibuk ngurusin osis. Lalu jika sudah seperti itu, Nathan akan menggerutu kesal. "Emang osis tuh siapa kamu sih Kath? Ayah kamu? Ibu kamu? Apa anak kamu yang perlu dikasih makan, diminumin, diasuh setiap hari sama kamu?"

REVALDO [ASHDEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang