Arunika Daiva, matahari pagi yang cantik...
itulah nama indah yang diberikan oleh ayahku, dengan harapan agar aku bisa menyinari hidup ayahku layaknya sinar mentari pagi yang selalu menitipkan semangat dan kehangatannya.Saat ini aku menginjak umur 26 Tahun dan hari ini menjadi hari terakhirku berada dirumah ayah karena besok adalah hari pernikahanku dengan Sakala Adyatama, teman kuliahku dulu. Sakala merupakan satu satunya laki-laki yang pernah kukenalkan pada ayahku, dan ayah merestui hubungan kami karena merasa Saka, nama panggilannya dapat menjadi imam yang baik dan Ia percaya bahwa Saka mampu mengantikan peran Ayah saat ia nanti tiada.
Aku yang saat ini sangat dilema, dipersimpangan perasaan yang sedih dan bahagia, akupun kesusahan untuk dapat mendeskripsikan perasaanku sendiri.
Disaat ingin kupersiapkan barang-barang yang akan kubawa, sorot mataku teralihkan oleh sebuah buku diary biru langitku yang menyimpan sejuta ceritaku dan dapat dikatakan bahwa diary ini adalah miniatur hidupku. Diary ini berisikan berbagai hal terjadi setiap hari, dan tak bisa diulang dalam hidupku, syukurlah aku menulisnya karena memang menjadi tren pada jamannya.
Diary ini aku tulis sejak aku masih duduk di bangku SMP dimana aku juga sedang terobsesi ingin menjadi seorang penulis, dan hal inilah yang memotivasiku untuk melanjutkan studi S1 untuk mengambil jurusan Komunikasi.
Diingatanku, buku ini ayah yang memberikannya saat ulang tahunku yang ke 13 tahun, saat ia mengetahui cita-citaku ingin menjadi seorang penulis. Bukunya memang mulai usang, tapi tidak dengan ceritanya
Dengan senyuman simpul, aku membuka kembali si diary bersampul biru langit ini.
"Buku diary Aruni"
Jakarta, 12 Desember 2009Dear diary,
"Ayahku memang yang terbaik, ia bisa menjadi ayah sekaligus ibu bagiku, ya dari kecil aku memang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Hehe tapi gak kenapa kok, aku gak sedih, malah aku bangga punya ayah hebat seperti beliau. Dia ayah terbaik yang pernah ada. Terimakasih ayah, aruni sayang ayah❤️"
Your Beautiful Sun,
Arunika Daiva
tulisku di lembar pertama buku diary aruni.
air mataku menetes sembari tersenyum membaca tulisan seorang remaja perempuan 13 tahun ini. Tak terasa 13 tahun berlalu dimana sekarang aku harus dipaksa untuk mengucapkan kata perpisahan kepada dia, malaikat yang tuhan kirimkan ke hidupku, yang tidak pernah membiarkanku sedih, yang tidak pernah bosan menjagaku, menghiburku selama 26 tahun ini.....
Sampai detik ini dan nanti..
Aku masih menjadi anak kecil ayah...
masih tetap ingin sama ayah....
masih ingin menjaga dan merawat ayah......
Selamanya ayah tetap menjadi yang terbaik dihatiku....
Terimakasih ayah telah menjadikanku ratu tercantik selama ini. Gumam aruni dalam diam."Ia mungkin tak sesempurna Tuhan, tak sekuat Batu Karang, juga tak sehebat Gajah Mada, tapi satu yang pasti, lahir berapa kalipun aku, aku akan tetap memilih menjadi anakmu, Ayah." - Arunika Daiva
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Father Figure
General FictionKisah Ayah dan anak perempuannya, dimana mereka berdua selalu bersama sepeninggal ibunya. Hari ini adalah hari terakhirnya dirumah bersama ayah sebelum ia melepas masa gadisnya karena ia akan menikah dengan teman masa kuliahnya, Sakala Adyatama