Illusion...
Pagi itu diantara kerumunan orang yang berlalu lalang, sasuke termenung, matanya menatap ke luar jendela ia memilih untuk menenangkan pikirannya, pergi ke kafe menikmati secangkir kopi, jujur akhir-akhir ini sasuke seperti kehilangan semangat hidupnya, dia tak pergi ke kantor, hari-harinya hanya ia lewati dengan tatapan kosong, semua ini terjadi karena kematiannya, andai saja sasuke tidak bersikap layaknya seorang brengsek mungkin dia masih berada disisinya.
"Sasuke kun, kenapa kita bertemu jika pada akhirnya kau menyakitiku?".
Sasuke mengepalkan tangannya, rasa sakit jelas terasa di dadanya, sebuah perasaan yang selama ini ia abaikan keberadaannya, kenapa, kenapa semua ini harus terjadi padanya?.
Dering ponsel yang menganggu tak sasuke indahkan, ia yakin itu pasti kaasannya, semua orang mengkhawatirkan pria brengsek seperti dirinya, bukankah sasuke pantas untuk penderitaan ini?.
"Sasuke,...aku membencimu".
Deg....
Seperti ada sesuatu yang menghantam jauh ke dalam, sasuke dapat merasakan rasa kecewa saat wanita itu mengatakan itu padanya, ya sasuke bukan orang yang pantas dicintai, pria brengsek seperti dirinya tak pantas mendapatkan cinta dari siapapun.
Bayangan seorang wanita yang dulunya selalu tersenyum hangat kembali menghantui sasuke, senyum itu adalah senyum yang ia sukai namun karena kebrengsekannya lah senyum itu luntur dan perlahan menghilang, digantikan dengan tatapan kecewa, sedih dan benci, semuanya, sasuke dapat melihatnya.
Jika waktu bisa ia putar kembali, jika perasaan bisa ia kontrol mungkin hari ini bukan sepi yang sasuke rasakan, dia, istrinya juga pasti ada disini untuk menemaninya.
"Gomene, hinata, aku pantas kau benci".
.
1 tahun setelah kematian istrinya, mau tak mau sasuke harus menjalani kehidupan, waktu tidak akan pernah berhenti meski kehidupannya hanya diisi oleh penyesalan, semua itu tak akan merubah apapun, yang terjadi, terjadilah, yang berlalu maka berlalulah, sasuke mencoba melupakan semuanya meski hatinya tak bisa berbohong, meski sudah setahun berlalu perasaan bersalahnya masihlah membekas.
Sasuke mencoba menyibukkan dirinya dengan tumpukan dokumen meski itu sama sekali tak membantu tapi sasuke tetap berusaha, semua ini ia lakukan untuk putranya, rui, satu-satunya yang hinata titipkan padanya sebelum kematian merenggut nyawanya.
"Kumohon jaga rui untukku, jangan biarkan dia hidup dalam kebencian, jangan membuatnya menangis seperti yang kau lakukan padaku".
Sasuke menghentikkan gerakan tangannya yang baru saja ingin menandatangani dokumen, satu lagi fakta bahwa ia sekali lagi mengecewakan hinata, dia tak bisa menjaga rui dengan baik, kenyataannya, putranya membencinya.
"Toushan, ah...apa kau pantas ku sebut ayah?, Kau membunuh ibuku, aku membencimu, sangat membencimu".
Putranya yang baru menginjak remaja, umurnya barulah 17 tahun, sasuke tau bulan depan adalah ulang tahunnya, selama setahun belakang rui tidak mau menemuinya, dia benar-benar bersikap seperti seorang pria, menepati janji bahwa putranya itu memang sangat membencinya.
Sasuke hanya bisa berharap suatu saat rui bisa memaafkannya, rui bisa hidup bahagia bersama keluarganya kelak, dan terpenting rui tidak mengikuti jejaknya sebagai lelaki brengsek yang berani mengkhianati istrinya.
Sasuke sangat mengharapkan itu dari putra semata wayangnya.
.
Hari ini sasuke berjongkok di depan sebuah batu nisan yang bertuliskan nama istrinya, disana juga masih bertengger wajah cantik istrinya, ia mengelus batu itu dan meneteskan air mata setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
illusion (Tamat)
Teen Fictionsasuke tidak pernah percaya kehidupan setelah kematian itu ada. "kuharap tidak pernah bertemu denganmu lagi, sasuke, baik di kehidupan sekarang, maupun selanjutnya".