Paginya Finley dibuat pusing, karena Xavier pagi-pagi sudah meminta kissing dengan durasi 5 menit. Setelah 5 menit lepas, istirahat beberapa detik, lalu ditempelkan lagi.
"Uh... Su-... Hmmh.. sudah!" Xavier melepas tautan bibirnya yang ke... 10 maybe, dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Mereka telat? Tentu saja!
"Kan, telat!" Finley menyentil dahi Xavier, dan Xavier hanya diam saja, senyumnya tak luntur karena telah merasakan bibir manis miliknya.
"Kamu kayak orang stress. Lagian, mana sifat cool mu itu?" Xavier terkekeh kecil, ia tidak bisa bersifat cool kalau bersama miliknya.
"Gak ada, kalau sama kamu hilang." Finley memutar bola matanya malas, tapi kemudian tersenyum dan mengelus kepala Xavier yang sedang tiduran di pahanya dengan sayang.
"Gak mau sekolah nih? Mau bolos? Ketua OSIS kok bolos." Xavier tertawa mendengarnya, ia mendusel-dusel diperut Finley, membuat Finley geli.
"Apa sih? Katanya kamu kejam, mana ada kejamnya." Xavier tak menghiraukan, dia sibuk mencari kenyamanan di perut dan paha Finley.
"Kalau gitu, ayo jalan-jalan." Xavier mendongak, menatap Finley yang tersenyum kearahnya. Xavier mengangguk, lalu mulai beranjak dan pergi begitu saja didalam kamar mandi.
Finley yang melihat itu mendengus, ia punya ide jahil. Finley beranjak dari duduknya, lalu masuk kedalam kamar mandi tanpa memperdulikan Xavier yang sudah telanjang dada dan hanya mengenakan boxer.
"Kamu mancing?" Finley yang sudah telanjang dada, dengan boxer yang ia kenakan itu menoleh kearah Xavier yang menatapnya lapar. Finley terkekeh geli, padahal rencananya ingin mandi bersama saja.
"Enggak, mau mandi bareng." Xavier mendengus, mandi bareng? Yang ada dirinya tersiksa karena harus melawan nafsunya sendiri.
"Kamu mandi dulu, aku tunggu." Xavier kembali mengenakan celana pendeknya, lalu keluar dari kamar mandi. Finley yang tau tertawa, tapi tetap menuruti perkataan Xavier untuk mandi dahulu.
Finley keluar hanya memakai Bathrobe nya, Xavier menoleh. Tadi dia sibuk berdebat dengan Ernest di aplikasi chatting. Padahal dia hanya meminta untuk diizinkan ke guru, bahwa dirinya dan Finley tidak masuk. Malah kena sidang.
"Mandi gih." Xavier mengangguk, berlalu begitu saja melewati Finley yang tersenyum jengkel. "Sialan! Kenapa juga gue suka sama tuh balok es berjalan?" Teriak Finley frustasi. Bingung dia tuh, kenapa bisa suka sama Xavier yang seperti balok es berjalan. Kalau kata author mah, tembok.
Beberapa menit, Xavier keluar dengan bathrobe yang ia pakai. Finley? Dia sudah lengkap dengan outfit nya.
Finley mengenakan Hoodie ungu kebesaran, dengan celana Levis hitam yang membungkus kaki jenjangnya, rambutnya tapi, dan sudah siap dengan masker hitam yang ia kenakan.
Xavier tersenyum melihat Finley yang sangat menggemaskan dengan kepalanya yang ia sender kan di kepala ranjang, kakinya ia ayun kan kekanan dan kekiri dengan mata yang fokus dengan handphonenya.
"Eh, itu kak. pakai baju yang aku siapin, itu baju yang udah di sediakan buat tamu." Xavier menatap sepasang outfit yang sudah disiapkan oleh Finley, mengambilnya lalu kembali masuk kedalam kamar mandi, tanpa mengatakan sepatah katapun.
Saya bilangin yak, sebenarnya Xavier itu gak secuek itu, perannya aja cuek kek bebek. Tapi bebek berisik sih...
2 menit kemudian, Xavier keluar dengan baju yang tadi disiapkan oleh Finley. Finley langsung mengalihkan pandangannya, dari melihat handphone, sekarang meneliti Xavier dari atas sampai bawah.
"Ada yang kurang!" Xavier mengangkat satu alisnya. menurutnya ini sudah bagus, karena dia tidak suka yang ribet-ribet.
Outfit yang dikenakan Xavier sekarang itu, kaos hitam yang dilapisi jaket denim berwarna biru gelap, jeans hitam, rambut tertata rapi, sepatu? Dia mengenakan sepatu sneaker berwarna putih. Sebenarnya itu sepatunya sendiri sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
•XAVIER• [MPREG]
RandomXavier Cole Ryder. anak dari mafia kejam yang tak beraturan memberantas siapa saja yang menghalanginya. Xavier sendiri memiliki kepribadian yang disiplin, dan tegas, dan tak kalah kejamnya dari sang ayah. tapi semua itu sirna ketika sosok yang berna...