24

3.2K 187 1
                                    

Anta menyusuri lorong kelas, sedikit tergesa-gesa karena ia baru mendarat di Indonesia kemarin malam. Meski rasa letih masih menyerangnya namun ia harus ke kampus hari ini lantara pekan ini merupakan pekan terakhir ia mengajar sebelum menginfokan MID semester kepada mahasiswanya untuk pekan depan.

Ia sempat menghubungi Aya—asistennya mengabarkan bahwa ia akan masuk hari ini, namun entah mengapa gadis pecinta Korea itu tak meresponsnya. Padahal sehari sebelumnya mereka sempat debat lewat telepon lantara rangkuman materi yang ia percayakan pada Aya untuk mengambilnya di foto copy ternyata selalu Aya lupa.

***

Raut wajah Aya semakin tidak enak dilihat saat Dion—manusia nyebelin itu kembali menggodanya.

"Hayoo, lo ada hubungan apa sama Pak Anta, hem?" Dion menunjuk wajah Aya curiga, seakan semua permasalahan tentang Aya dan Pak Anta ia tahu semua.

"Gua asistennya lah," ketus Aya.

"Masa? Lo pasti pacaran ka sama dia? Ngaku?"

"Apasih, gaje banget. Gak ada sejarah seorang Aya punya hubungan khusus dengan dosen apalagi sama beliau. Iyuuu, dia bukan tipe gua ya," jijik Aya.

Nyatanya segala jawaban serta penjelasan Aya tak membuat Dion percaya, membuat Aya melototkan matanya.

"Lo sendiri napa ke rumah gua kemarin?" Kali ini Aya menginterogasi Dion tentang kejadian kemarin. Pasalnya kemarin saat Aya sudah menghampiri Dion di ruang tamu, Dion hanya nyengir dan tak berapa lama kemudian ia ngacir pulang sebelum bunda Aya membawakannya minuman.

Dion bersedekap, "Namanya juga tamasyah rumah temen. Jadi tuh kemarin gua singgahi satu per satu rumah temen sekelas kita yang gua tahu."

"Alasan. Pasti ada maksud terselubungkan, ngaku lo?" ancam Aya.

"Eddah, apa sih. Kenyataannya emang gitu ya."

"Dasar kurang kerjaan!" Aya memalingkan wajahnya.

"Ya, guakan emang gitu. Makanya gua cari kerjaan biar gak gabut, semcama keliling rumah temen. Hahaha."

Aya berjalan cepat meninggalkan Dion di belakang. Entah dosa apa yang pernah ia lakukan sehingga pagi-pagi ini harus bertemu dengan Dion di tempat foto copyan tadi dan harus berjalan beriringan ke kelasnya.

Ia memang singgah di foto copyan mengambil rangkuman materi dosennya yang sudah dijilid. Ia sudah tak lupa lagi, ternyata berdebat dengan dosennya membuat ia mengingat hal-hal sepele yang sering dilupakan.

"Cepet amat jalannya, selow lah. Hari ini jam kuliah Pak Anta, jadi telat juga gak apa-apa kali secara lo yang gantiin beliau," ucap Dion begitu sejajar dengan langkah Aya.

"Mesti gua yang gantiin dia, bukan berarti gua juga berbuat semena-mena ya. Liat nih, udah lewat lima menit gara-gara lo." Aya menunjukkan jama yang tertera di layar ponselnya.

"Loh, kok malah nyalahin gua? Salah gua apa coba?"

"Salah lo karena kebanyakan cincong dari tadi."

Dion langsung mingkem mendengar teriakan Aya tepat di telinganya. Nih cewek, kecil-kecil gini tapi suaranya ngalahin toa masjid.

Masih dengan perasaan bete, Aya mendorong keras pintu kelas membuat orang-orang di dalamnya tersentak kaget. Aya pun juga ikut kaget melihat teman-temannya sudah duduk rapi di sana siap menerima materi darinya. Padahal pekan-pekan lalu, malah banyak yang milih bolos.

Baru beberapa langkah dirinya memasuki kelas, seketika terhenti melihat sosok berdiri tegap di sudut kelas dengan mata melotot ke arahnya.

"Tutup pintunya dari luar, lalu ke ruangan saya setelah kelas selesai!"

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang