2 - Time to Say Goodbye

52 20 17
                                    

Tinggal di penjara tidak lantas membuat para tahanan menjadi sampah yang hanya bisa menghajar orang atau bermalas-malasan. Di sini, kami bekerja di beberapa sektor. Aku tinggal di sebuah kamar besar bersama empat tahanan lain. Kami berlima bekerja di sektor berbeda. Aku beruntung karena ditempatkan di garmen, karena setidaknya aku punya bekal dari hasil training di agensi tentang fashion.

Dari pekerjaan itulah, kami bisa memiliki tabungan meski berstatus sebagai narapidana. Kami hanya boleh menabung maksimal tiga juta. Jika lebih dari itu, maka saldo akan dipindahkan ke rekening pribadi. Kami masih bisa membeli ini-itu menggunakan gaji itu. Kakakku juga sering mengirim uang, jadi aku hidup tercukupi dan tidak pernah kelaparan.

Menu sarapan pagi ini adalah sup kentang dan ayam goreng. Aku makan dengan lahap karena harus terlihat bugar ketika muncul di kamera nanti. Dari sekian ribu narapidana di Rutan Dongbu ini, Ketua Kang menunjukku sebagai perwakilan saat ada liputan dari berbagai media. Aku tidak tahu bagaimana awalnya, tetapi Ketua Kang pernah bilang kalau media A pernah memintaku secara resmi agar bersedia muncul di acara mereka.

"Ahn Sehun!" panggil Petugas Kim.

"Sebentar!" Aku bercermin sekali lagi, memastikan tatanan rambutku sudah cukup rapi. Kubuka mulutku lebar-lebar, mengecek tidak ada noda di gigi. Setelah cukup puas, aku melangkah tegas keluar kamar diikuti tatapan iri dari penghuni yang lain.

"Dia benar-benar suka muncul di televisi!" kata Hawon Hyung dengan nada terheran.

Aku tertawa pelan mendengar komentar itu. Siapa yang tidak suka terkenal di televisi? Dulu aku terkenal sebagai calon idol, lalu terkenal menjadi narapidana super tampan, dan sekarang aku muncul di televisi sebagai perwakilan narapida berkelakuan baik. Awalnya aku malu. Aku tidak siap muncul di depan orang lain dan tidak mengetahui bagaimana tanggapan orang-orang di luar sana.

Hanya saja, Ketua Kang sangat pandai merayuku. Dia bilang akan memberiku fasilitas mandi air hangat selama satu minggu dan makan daging sapi selama tiga hari berturut-turut jika aku menuruti permintaannya. Jadi, aku iyakan saja. Ternyata muncul di depan reporter tidak sesulit itu. Aku hanya perlu duduk tegap menghadap kamera dan menjawab beberapa pertanyaan tentang aktivitas selama di penjara.

Kegiatan tiga bulan sekali ini juga menjadi caraku menunjukkan pada kakak bahwa aku hidup baik-baik saja. Aku tidak ingin kakakku berpikiran bahwa adiknya ini menderita selama hidup di sel. Aku tidak peduli pada apa kata orang. Lagipula, aku tidak bisa mendengar atau membaca komentar mereka. Apa yang mereka katakan padaku di luar dinding rutan, biar mereka sendiri yang mendengarnya.

"Jarhaesseo¹, Sehun-ssi." Ketua Kang menepuk bahuku beberapa kali setelah empat kru stasiun televisi pamit.

"Aku jadi diizinkan memakai ruangan untuk latihan, kan?" tanyaku. Selain makanan, aku juga meminta imbal balik berupa sebuah ruangan kosong yang kugunakan untuk menari. Tubuhku tidak boleh kaku. Sendi-sendiku tetap harus lentur agar suatu saat nanti bisa menari dengan baik setelah keluar dari penjara.

"Tentu saja. Aku sudah menyiapkan ruangannya. Kau bisa memakainya selama dua hari."

"Hanya dua hari?"

"Hari ketiga ruangannya akan dipakai."

Aku mendengkus pelan, tetapi tetap mengangguk karena tidak berani mendebat. Kuedarkan pandangan ke meja di hadapanku menatap satu-persatu makanan yang ada. "Boleh aku minta jeruknya?" tanyaku.

Ketua Kang tertawa keras lalu menggeser sepiring jeruk padaku."Habiskan," katanya. Ia menuangkan teh hangat lagi ke cangkirku seraya berkata, "Sebagai ganti ruangan hari ketiga, bagaimana kalau kau ikut sidang parole?"

OVERHOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang