Semut selalu mudah ditemui di sekitar gula. Di situ ada gula, pasti ada semut-semut bersembunyi atau terang-terangan menampakkan diri. Sekarang, aku akan menyebut para wartawan itu seperti semut. Mereka akan berdatangan ke tempat-tempat yang menurutnya manis, alias ke tempat di mana sesuatu bisa dijadikan berita hangat.
Hari ini pun aku melihat kerumunan semut itu lagi. Mereka mengenakan pakaian yang didominasi warna gelap; abu-abu tua, biru dongker, hitam, pokoknya yang gelap sesuai seragam pekerjaan mereka. Kanal televisi ternyata bertambah seiring berjalannya waktu, jadi jumlah semut yang mereka pekerjaan juga makin banyak. Aku heran, mereka makan apa sampai sangat kuat memanggul kamera berat itu hanya demi mendapat sebuah foto eksklusif? Lebih herannya lagi, mengapa mereka semua menanti-nanti kedatanganku?
"Itu dia!" seru seorang perempuan berkuncir yang tidak sengaja melihatku berjalan ke arah kedai tempat kakakku sedang bekerja.
Aku mendesah pelan untuk ke sekian puluh kali dalam setengah jam terakhir. Selesai audisi tadi, aku masih harus bertahan di sana untuk mendengar beberapa arahan panitia. Setelah itu aku langsung ke sini dan mendapati kawanan semut itu ternyata sudah mengerubungi tempat kakak bekerja. Entah dari mana mereka dapat informasi tempat ini, tetapi yang jelas, aku sudah tidak bisa bersembunyi lagi.
"Sehun-ssi, bagaimana tanggapan Direktur Seo tadi? Apa kau akan direkrut?"
"Jika hari ini kau audisi, kenapa kemarin kau pergi ke Saturn?"
"Sehun-ssi, bisakah kau ....."
Semua pertanyaan mereka membuatku pening. Suara mereka seperti semut kecil yang menggigit kulitku. Menyakitkan. Mereka suka melempar pertanyaan yang belum kuketahui jawabannya. Aku hanya diam. Enggan menanggapi, dan enggan berekspresi. Hanya terus jalan dengan kedua tangan kumasukkan ke dalam saku kardigan mendekati pintu masuk.
"Nah, dia datang!" seru seorang lelaki berkemeja abu-abu muda dari sebuah meja di dekat meja kasir.
Mataku mendelik. Pria yang kulihat ada di tempat audisi tadi, sekarang ada di sini. Pertanyaanku terjawab dengan sendirinya. Para wartawan itu tahu tempat ini karena dia. Direktur Saturn Entertainment yang secara tidak langsung memberitahukan kebebasanku di hadapan publik. Oh, tidak kusangka dia adalah orang yang menyebalkan.
"Duduklah, kau pasti lelah," katanya, melirik kursi putih di seberang mejanya.
"Nuna!" panggilku dengan nada kesal. "Lain kali jangan biarkan orang ini datang ke sini."
"Wae?" Nuna menatapku tidak suka. "Dia pelanggan pertamaku, dan dia menjadi pelanggan yang paling banyak berkunjung."
Aku mendesis seketika. Kusambar jus melon yang disodorkan kakak padaku lalu menandaskannya hingga separoh. Kutatap pria beralis lebat itu yang masih tersenyum menatapku. "Kau terlihat seperti maniak," ucapku begitu saja.
"Ahn Sehun!" tegur Nuna seraya memukul punggungku cukup keras. "Peter-ssi, maafkan adik saya. Sepertinya tinggal lama di penjara membuatnya kehilangan sopan santun."
Peter tergelak pelan hingga kedua matanya tenggelam. "Tidak apa-apa. Dia harus bar-bar melampiaskan frustrasinya selama dipenjara," jawabnya seolah tengah mengejekku.
"Kau tahu? Aku berhak mengusirmu," kataku. Aku benar-benar tidak nyaman ada orang ini di sekitarku. Dia seperti orang asing yang berpotensi membawa petaka untuk keselamatanku di masa mendatang.
"Tidak. Kau tidak bisa mengusirku."
Dahiku berkerut seketika. Kupandangi postur tubuhnya yang tegap. Tentu dia bukan orang yang mudah merasa terintimidasi mengingat jabatannya sebagai direktur agensi besar. Saturn memang tidak sebesar Fantasia, tetapi memiliki reputasi cukup baik dan masuk ke dalam lima besar agensi terbaik di negera ini. Saat dia sedikit menyeringai sambil mengunyah kentang goreng, aku jadi teringat sesuatu. "Kau ... kau pasti anak yang punya kedai ini, kan?" tanyaku, tetapi aku lebih yakin sedang menuduhnya. "Kalian punya nama keluarga yang sama."

KAMU SEDANG MEMBACA
OVERHOPE
FanfictionOVERHOPE by Jinshi Akassia *** Cita-citaku menjadi idol terkenal. Manggung di berbagai negara dan dicintai banyak orang. Aku rupawan, berbakat, dan kata banyak orang, aku potensial. Masalahnya, itu dulu. Sebelum aku ditangkap polisi dan mendekam di...