"Namaku Midorikawa Yuu. Salam kenal, Seijuurou-sama."
Aku tersenyum dan sedikit membungkuk pada anak laki-laki di hadapanku. Ia mengernyitkan dahinya. Apa ada yang salah dari perkenalanku? Kurang sopan 'kah?
"Aku tidak terlalu suka dipanggil dengan 'sama'..."
Bisiknya yang dapat kudengar. Ah, karena itu dia seperti kecewa tadi.
"Tapi, akan tidak sopan jika aku memanggilmu tanpa 'sama'."
Ia kembali mengernyit. Nyonya Besar mengelus kepalanya dengan lembut, lalu menatapku dengan senyum hangat.
"Aku berharap kamu bisa menjadi temannya, Yuu-chan. Memanggilnya dengan lebih akrab juga tak masalah."
Nada lembut yang membuatku bimbang, ditambah dengan Tuan Muda yang terlihat merajuk di samping Nyonya Besar -tengah menatapku penuh harap dengan manik ruby besarnya yang terlihat cantik. Kurasa tak masalah jika hanya kali ini. Mungkin?
"Bagaimana kalau 'Sei-kun'?"
Anak lelaki berusia lima tahun itu tersenyum lebar mendengarnya. Kenapa ia sesenang itu? Ini hanya nama panggilan 'kan? Melihatnya yang sesenang itu, membuat dadaku serasa sesak sejenak. Apa ini rasa bersalah?
"Mohon bantuannya, Yuu-nee."
Ia membungkuk dengan sopan, senyum lebar masih tercetak di wajah bulatnya. Terlihat manis untuk Tuan Muda yang terlihat selalu hidup penuh kemewahan olehku.
Pertama kalinya aku bertemu dengannya, Sei-kun selalu bersemangat mengajakku berkeliling. Mengenalkan beberapa keahlian yang dipelajarinya dari beberapa guru lesnya. Ia anak yang jenius karena bisa menguasai itu semua tanpa terlihat terbebani. Piano, biola, berkuda, kaligrafi, dan beberapa keahlian lainnya, ia mempelajari itu semua dari guru les panggilan. Di usianya yang masih sangat muda.
Tidak, itu tidak tepat.
Ia tetaplah anak lima tahun. Ia bisa terlihat seperti anak pada umumnya, karena Nyonya Besar memperlakukannya seperti yang lain. Ya, Nyonya Besarlah yang membuat Tuan Muda tetap menjadi anak manis pada umumnya.
"Yuu-nee."
Terkadang ia memang manja pada Nyonya Besar, tapi jika Nyonya Besar sedang tidak ada, ia akan berlari mencariku. Karena aku menganggapnya seperti seorang adik, jadi aku tak keberatan. Ia juga anak yang manis dan sopan, aku cukup menyukainya.
"Seperti apa pria yang Yuu-nee sukai?"
"Uh. Aku tak pernah memikirkannya 'sih."
Kenapa ia bisa bertanya begitu? Itu bukan pertanyaan dari anak usia lima tahun 'kan?
"Hm. Baiklah."
Ia melingkarkan tangannya pada lenganku, memeluk erat lenganku dan mensandarkan kepalanya pada bahuku. Kami sedang duduk di salah satu pohon yang berada di taman mansion, sambil menunggu Nyonya Besar yang sedang kedatangan tamu. Sikap manjanya ini memang bukan yang pertama, tapi kadang masih membuatku merasa takut. Takut jika suatu saat, sifatnya ini akan menjadi mata pedang untukku atau untuknya di hari depan.
"Apa ada sesuatu, Sei-kun?"
Ia menggeleng, dan kembali mengeratkan pelukannya pada lenganku.
Aku tak pernah mengerti dengan pola pikirnya. Ia terlalu pintar untuk anak seusianya, berbeda dengan anak lima tahun lainnya yang kuketahui.
"Yuu-nee."
Aku memainkan rambut merahnya, membuatnya menenggelamkan wajahnya pada bahuku.
"Apa kau juga akan menikah nanti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me (Akashi Seijuurou Fanfiction) [✓]
FanfictionAkashi Seijuurou adalah sosok sempurna. Pintar dan menguasai segala bidang keahlian dengan baik. Penerus tunggal dari keluarga Akashi yang memiliki usaha besar di Jepang. Dengan paras menawan dan kharisma yang mampu menarik kaum hawa dengan mudah. D...