[02]

480 80 22
                                    

♪- .°‐Symphony‐°. -♪

Setelah kejadian mari menjambak imajinasi, keduanya duduk bersama di pelataran kios. Sebenarnya, Jeno sudah mengambil ancang-ancang lari tapi lelaki gulali itu menahannya dan mengajak duduk bersama - lebih tepatnya memaksa -.

Keduanya masih terdiam sambil memandang beceknya jalanan -Iyuh ada kuning-kuning mengambang di genangan -. Ya gimana lagi, first impression yang buruk ditambah kejadian tak terduga membuat mereka sedikit canggung.

"Ini Mas, kembaliannya belum diambil." Ucap si Gulali sambil menyodorkan dua lembar uang kertas lima ribuan.

Jeno mengambilnya dengan terburu. Masih malu bersitatap dengan korbannya. "Makasih."

Keadaan kembali sunyi jika suara hujan tak dihitung. Jeno yang sibuk merutuki perbuatannya tadi dan si gulali yang memutar otak mencari topik. "Mas-nya dari mana?" Tanya si gulali.

"Jakarta." Jawab Jeno singkat.

Si Gulali ber-oh ria, manggut-manggut tanda mengerti meski batinnya mengecap Jeno sebagai orang yang sering bikin mati topik.

"Temennya mana, Mas?" Tanyanya lagi.

"Di rumah."

'Mbok ya sek ikhlas sitik nek jawab' batin si Gulali.

"Mau kenalan sama saya ndak, Mas?"

"Hah?"

Sontak si Gulali mengembangkan senyumnya menatap Jeno. Ekspresi cengo yang diberikan cukup menghibur dikala kepalanya nyut-nyut-an.

"Mau kenalan sama saya ndak? Saya Donghyuck." Ulang si Gulali mengenalkan diri sambil menyodorkan tangan.

Jeno menerima dengan ogah-ogahan, masih malu soalnya. "Jeno."

Si Gulali atau Donghyuck mengangguk. Meneliti ujung rambut hingga ujung kaki dari pemuda Jakarta itu. Manis batinnya. Seketika si Donghyuck memukul kepalanya sendiri. Membuang jauh-jauh pemikirannya tadi.

'Wasu! Ora legi! Hiyek! Kowe mikir apa sih Hyuck?! Edan!'

Tentu Jeno yang melihat kelakuan aneh si Gulali menjauhkan posisi duduknya. Persetan dengan celananya yang tiba-tiba terasa anyep atau rambut dan bajunya yang kebasahan, pokoknya Jeno tidak mau dekat-dekat si Pemuda Jogja itu.

"Mas awas nyem-!"

Byur!

Seketika air hitam dengan bau busuk melumuri seluruh tubuh Jeno. Donghyuck menganga dramatis dengan tangan yang melayang di udara seakan mau menarik namun terlambat.

"Mas, ndak papa ta?"

"GAK PAPA MATA LO!"

♪- .°‐Symphony‐°. -♪

Sesampainya di halaman rumah sang Bude, Jeno segera berlari masuk meninggalkan Donghyuck yang sudah mangap mau bicara sebentar di atas motor jengki-nya.

Pintu yang dibuka kasar membuat Hyunjin dan seorang pemuda berambut oranye berjengit kaget. "Bangsat! Santai dong! Kalo rusak, gue yang dimarahin ibu!"

"Bacot!"

Brak!

"LEE JENO! GUE TEMPELENG JUGA GINJAL LO YA ANJING!"

Sunyi alias Jeno masa bodoh dengan teriakan sepupunya itu. Sedangkan yang lain sudah mengelus dada sabar. Sabar dengan kelakuan Jeno yang bau comberan.

"Kenapa sih temen lo?!" Tanya retoris si Oranye atau kita panggil saja Jaemin.

Hyunjin dengan masker tertempel yang sedikit retak mengedikkan bahu, super nggak peduli sama Jeno, "Biarin aja. Paling lagi sawan."

Di dalam kamar, Jeno yang sudah bersih dan wangi seperti bayi ngomel-ngomel dengan wajah memerah malu. Malu banget rasanya! Siapa juga yang taruh comberan di samping Jeno?! 'Kan dia jadi kecebur!

Tanpa aba-aba, Jeno langsung naik ke kasur dengan kasar. Memukul-mukul bantal guling yang ada, meluapkan rasa malu ceritanya.

"Anjing! Anjing! Anjing! Baru juga hari pertama udah kena sial aja sih bangsat! Apa gara-gara gue bawa si Dobleh ya? Anjing lah! Malu banget bangsat!"

Setelah sekian lama menggerutu, akhirnya Jeno capek juga. Berbaring terlentang menghadap plafon kamar yang jamuran dengan seksama. 'Kenapa hari ini sial banget ya?', batin si Taurus nelangsa.

"ARGHHH FAK!!!"

"LEE JENO! BERISIK!"

Jeno berdecak pelan mendengar protesan Jaemin. Memiringkan badan dan memeluk guling erat-erat adalah pilihan terbaik sekarang. 'Kalo besok ketemu lagi, tandanya emang gue harus balik ke Jakarta. Sial mulu anjeng kalo ketemu dia!'

♪- .°‐Symphony‐°. -♪


Hai! Maaf sekali baru update sekarang dan malah pendek banget:(

Aku gak lupa kok cuma bingung mau gimana lagi haha:>

Dan kalau kalian ngerasa aneh sama chapter ini... aku juga ngerasa gitu:/ kayak gak nyembung tapi yaudah lah ya:>

Bye the way aku mau tanya sedikiit aja! Dikit banget kok hehe:>

Menurut kalian -ciah kalian- bahasanya terlalu kasar gak? Kalau menurutku kasar banget sih waktu dibaca:<

Haruskah aku ngasih translate bahasa Indonesia kalau-kalau ada bahasa jawa yang gak kalian paham? Karena mungkin aja beberapa chapter ke depan aku akan pakai lebih banyak bahasa jawa:(

Terakhir, mulai dari chapter ini, apakah kalian bisa nebak siapa yang bakal jatuh cinta duluan?:3

Eum udah segitu aja dulu deh, malah jadi panjang😭

See you bye bye di chapter selanjutnya ya!

Ps; Kalau aku gak lupa atau nge-stuck HAHAHA:3

Symphony; HYUCKNO [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang