♪- .°‐Symphony‐°. -♪
Nasi, sambal, tempe, nasi, sambal, tempe, nasi, sambal, tempe. Begitu terus sampai mati. Terkadang Jeno bosan dengan hidupnya.
Dimulai dari pagi, bekerja serabutan, apa saja dia lakukan. Kemarin jadi tukang koran, hari ini tukang sol sepatu, besok entahlah mungkin jadi suwiran di semangkok bubur ayam.
Siangnya sekitar jam 1, dia harus lari, mengejar waktu buat jadi asisten pedagang cilor. Sepele tapi sebenarnya itu pekerjaan paling berat.
Bayangin saja, kamu menghadapi ratusan atau bahkan ribuan bocah cilik yang berebut antre cilor.
Boleh saja kamu katakan dia lebay, tapi demi Tuhan! Dia pernah beberapa kali dicubit karena terlalu lama mengemas cilor.
Dan sore hingga malam, lagi-lagi dia harus berlari, sesekali berjalan dan melambai-luikkan badan. Kadang kala dia juga tinggal menunggu di kamar losmen murahan atau kalau beruntung ya minimal di hotel bintang 4 lah.
Pekerjaan yang dia geluti sejak duduk di bangku sekolah menengah umum itu sangat cukup untuk menunjang hidupnya. Meski dia harus rela punggungnya dan pinggulnya bergeser ke sana-ke mari.
Tapi tetap saja dia bosan. Bosan melihat nasi, sambal, tempe, dinding kosan, jam hadiah antangin, kasur kapuk pesing, dan dirinya sendiri.
Kalau bahasa kerennya, Jeno itu lagi jenuh. Kurang tantangan hidup. Dia ingin sesuatu yang baru. Yang lebih menantang, tapi juga tidak berbahaya.
Sampai derit kursi menggema di dapur kosan, nasi sambal tempe dengan tambahan bawang goreng itu buru-buru dia habiskan.
Berlari naik ke kamarnya, mengemas beberapa barang yang sekiranya dia perlukan, memoles sedikit wajah porselen kebanggaannya, dan segera pergi keluar.
Menyalakan mesin si Jengki — motor mio hijau neon miliknya — sambil menghubungi seseorang (anak baik tidak boleh meniru ya!).
Telepon tersambung dari kontak bernama 'Ujin Cayang', disambut senyum merekah Jeno.
"Halo? Jin, lo dimana?"
'Di rumah sayang ku, kenapa nih?'
"Gue mau ke Jogja! Lo ikut ya!"
'Hah?! Apa deh?! Jangan ngaco!'
"Gue serius! Lo siap-siap gih! Gue udah otw nih!"
'Demi Allah Jen! Ini jam 2 pagi!'
"Stttt kamu diyam dan segera berkemas! Udah ya bye Jin, gue mau nyetir dulu!"
'Je-'
Piip
Senyumnya mengembang. Khayalan tentang kehidupan Jogja membuat Gastro-nya geli.
Jogja, i'm coming!
♪- .°‐Symphony‐°. -♪
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony; HYUCKNO [DISCONTINUE]
Fiksi PenggemarKisahnya berawal dari sepiring nasi gudeg dengan sambal goreng krecek dan berakhir di semangkok bubur ayam tanpa seledri. © ichiochanya_