Nate menyesuaikan cahaya pagi hari yang menusuk kedua matanya. Nate terkejut melihat Raden yang berwajah pucat. Sontak Nate panik setengah mati.
"Sayang? Hei, bangun.." Nate menggerakkan tubuh Raden namun yang punya badan tak kunjung bangun.
Nate mengambil Iphone diatas nakas dan mencari kontak dokter pribadinya. "Halo, om?"
"Iya, Nate? Ada apa?" jawab diseberang telpon
"Om bisa bantu aku ga?" suara Nate terdengar panik.
"Nate, santaii. Inhale Exhale. Ngomong pelan-pelan.."
"Is-istri Nate, om.."
"Hah? Istri? Kamu udah nikah?"
"Nanti Nate cerita. Om bisa ga tolong istri Nate?"
"Istri kamu kenapa?"
"Istri Nate sedang tidak kenapa-kenapa!" lolos sudah suara frustasi Nate.
"Oke, dimana kamu sekarang? Biar om kesana.."
"Nate lagi di puncak. Buruan om kesini."
Nate mematikan telpon sepihak dan melempar Iphone diatas meja dengan kasar. Ia tidak perduli dengan seberapa mahal harga Iphone tapi yang ia perdulikan saat ini adalah kesehatan Raden.
Nate dengan cepat ke dapur untuk mengambil air hangat dan ia membawa handuk kecil. Nate taruh air hangat diatas nakas dan membenarkan bathrobe yang dikenakan oleh Raden.
"Sayang, jangan bikin aku panik.."
Nate memasukkan handuk kecil didalam baskom berukuran sedang yang berisikan air hangat. Ia peras handuk kecil dan menempelkan di kening Raden.
Nate menatap wajah Raden yang pucat, tak terasa buliran air mata keluar dari kedua mata hitam legam Nate.
Nate mengenggam tangan Raden yang putih halus untuk menyalurkan kehangatan yang Nate berikan "Sayang, bangun. Aku ga bisa diginiin.."
Tak lama kemudian dokter pribadi Nate datang ke villa nya dengan istrinya yang menggendong bayi berumur 5 tahun.
"Biar om periksa keadannya.." Om Irawan mengeluarkan peralatannya didalam tas berwarna hitam.
Nate menjauh dan tatapan yang tak lepas dari Raden. "Nate, ga usah khawatir.Yang penting keadaan istri Nate sudah ditangani sama Om kamu.."
"Ta-tapi kak, Nate khawatir sama istri Nate.." Nate menyapu air mata yang membasahi pipi nya.
"Percaya sama Kak Lily, semuanya akan baik-baik aja.."
Nate mengatur nafas berusaha untuk menenangkan dirinya "Kamu udah sarapan?"
"Nate belum sarapan kak."
"Itu kakak bawain kamu sarapan. Ayo kamu sarapan biarin om kamu yang menanganinya.."
Lily mengajak Nate untuk sarapan di dapur. Lily meletakkan anak nya di kursi kosong meja makan. "Nate buruan dimakan entar keburu dingin."
Nate dengan tak semangat membuka kemasan makanan yang ada diatas meja makan. "Tuh liatin, uncle Nate lagi nangis.."
Lily berbicara pada anaknya dan sontak bayi berumur 5 tahun menatap wajah Nate. Nate memasukkan makanan di dalam mulutnya.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Irawan datang ke dapur menyusul Nate, Lily dan buah hatinya. Nate mendengar suara langkah kaki dari arah belakang dan langsung menyediakan pertanyaan "Gimana kondisi istri Nate? Dia ga papa kan? Terus dia udah siuman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nate dan Raden
Teen FictionWarning! 🔞🔞🔞🔞 Bagi yang Homofobia dilarang keras memasuki dan membaca cerita ini! Cerita ini terinspirasi dari seorang anak muda yang masih duduk dibangku SMA bernama Nate dan Raden. Dan cerita ini fanfiction dari Nate dan Raden, ENJOYY?!