🌻Selamat Membaca🌻
Tokk
Tokk
Tokk
"Masuk!" Intrupsi Zackhary dari balik kursi kebesarannya yang membelakangi ruangan. Ia menatapkan netra pada pemandangan kota metropolitan yang terpampang begitu indah dari ketinggian lantai 30. Gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi, mendominasi daratan. Jalanan yang ramai dipenuhi berbagai macam kendaraan bermotor terlihat begitu sesak. Pemandangan yang khas semacam ini tak pernah dilewatkan Zackhary.
"Permisi, tuan! Maaf mengganggu waktu istirahat, tuan. Sejak tadi tuan William ingin menemui, tuan. Kami sudah melarang karena tuan tidak memiliki janji temu dengannya, namun ia memaksa."
Zackhary tersenyum smirck mengetahui siapa yang datang, dia adalah William sahabat lamanya sewaktu di SMA.
"Biarkan dia masuk!" Ujar Zackhary dengan suara beratnya. Pria 44 tahun dengan potongan rambut cepak, juga sedikit uban yang mewarnai rambut hitamnya. Jangan lupakan brewoknya yang lebat namun rapi menambah kesan maskulin pada sosoknya. Tubuhnya yang tinggi, tegap, dengan tubuh atletis membuat siapa saja pasti akan merasa jatuh hati pada sosoknya yang begitu berwibawa.
Zackhary adalah seorang CEO dari perusahaan tambang minyak bumi, Walters Corp. Selain memimpin perusahaan peninggalan ayahnya ia juga memiliki bisnis properti diberbagai negara.
"Ehmm..." William berdehem menetralkan pikirannya yang berkecamuk. Perusahaan milik keluarganya sedang berada diambang kehancuran dan satu-satunya orang yang bisa menolongnya hanyalah Zackhary.
"Hai Will! Apa kabar?" Zackhary memeluk sahabatnya itu hangat. Selayaknya dua sahabat yang sedang melepas rindu.
"Kau tau jawabannya Zac. Jelas aku tidak baik-baik saja hingga membuatku terpaksa menemui bajingan sepertimu!" Ujar William dengan sorot matanya yang sendu, namun pria itu masih tetap berusaha menutupinya lewat tawanya yang hambar.
"Ah, aku sampai melupakan hal itu, will. Jelas saja kau akan mendatangiku hanya disaat kau sedang dalam masalah. Kau terlalu sombong untuk sekedar bertemu kangen denganku." Ujar Zackhary enteng meski ucapannya lebih terdengar seperti sindiran. "Setelah berhasil menikahi Pevita dan mengalahkanku, kau seperti seorang pemenang olimpiade yang dengan angkuhnya tak mau menyapa lawanmu yang kalah."
William menatap geram Zackhary. Ucapan sarkas pria itu benar-benar menyakiti pendengaran William.
"Santai saja kawan. Aku hanya bercanda. Apa yang membawamu kemari? Apa kau butuh suntikan dana?" William mengangguk lemah, ia sudah menduga, Zackhary telah mengetahui segalanya. Kabar tumbangnya perusahaan William pasti segera menyebar luas dikalangan para pembisnis dan investor dunia.
Siapa yang tidak tahu tentang Fredick Company, perusahaan yang bergerak dibidang fashion sekelas dengan Zara, HnM, dan teman-temannya itu baru saja ditipu habis-habisan oleh partner bisnis kepercayaan mereka yang telah lama bekerja sama selama puluhan tahun.
"Tenang saja Will aku akan membantumu. Itu bukan hal sulit untukku bukan? Dan memberi suntikan dana bagi perusahaanmu bukanlah sebuah perkara besar. Bahkan itu sama sekali tidak mengurangi kekanyaanku." William membuang muka menanggapi ucapan sahabat lamanya itu. "Hei bukannya aku sombong itu kenyataannya Will! Setelah pernikahanmu dengan Pevita aku benar-benar menjadi seorang gila kerja. Jadi wajar saja kalau sekarang uang sudah tak berharga lagi bagiku. Ah, aku jadi cerewet sekali sekarang. Ambil ini!" Zackhary menyerahkan selembar cek bernilai 5 juta dollar Amerika Serikat pada sahabatnya itu, tentu saja setelah Zackhary menyombongkan dirinya begitu angkuh.
William mau tak mau mendengarkannya meski ia sangat benci kesombongan pria itu yang tak ada habisnya sedari dulu. Zackhary memang seorang yang sombong, namun kesombongannya itu hanya ditujukan bagi William, karena kedekatan mereka semasa SMA. Jadi Zackhary tidak sembarangan menyombongkan dirinya dihadapan orang lain. Ingat! hanya William!
Semua itu tidak lepas dari dendam Zackhary terhadap William, karena kekalahannya mendapatkan hati Pevita. Primadona sekolah semasa mereka SMA dulu. Hal tersebut yang mendorong Zackhary begitu angkuhnya bila berhadapan dengan William, cinta bertepuk sebelah tangan benar-benar membuat harga diri Zackhary ambruk. Oleh sebab itu ia selalu menutupinya lewat kesombongannya dihadapan William.
"Terima kasih Zac. Kau teman yang baik. Aku tidak tau harus dengan cara apa membalas kebaikanmu padaku dan perusahaanku." Ujar William menepuk bahu Zackhary sebagai ucapan terima kasih.
"Itu tidak gratis William."
"Maksudmu?"
"Kau tau, Will. Segala sesuatu ada harga yang harus dibayar. Dan suntikan dana bagi perusahaanmu juga tidak gratis ada harga yang harus kau bayar, kawan." Zackhary menyerahkan surat perjanjian pada William. Zackhary sudah memprediksi ini sebelumnya jadi ia sudah pasti menyiapkan perjanjian yang menguntungkan dirinya sendiri. Pembisnis sepertinya pasti sudah mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum bertindak, apalagi memberikan sesuatu secara cuma-cuma. Itu tidak pernah tertulis dalam kamus Zackhary.
William mengambil kasar surat perjanjian tersebut dari tangan Zackhary. Dengan seksama ia membaca tiap kata yang tertulis disana.
"Kau gila Zac!! Kau sangat gila!! Kau memintaku untuk menikahkan mu dengan Raily? Putriku? Yang benar saja, kau sudah begitu tua dan bau tanah untuk gadis seusianya!" Bentak William yang malah membuat Zackhary tersenyum miring meremehkan.
"Sudah baik aku tidak memintamu menceraikan Pevita lalu membiarkanku menikahinya. Semua terserah padamu William, waktumu hanya 3x24 jam untuk memikirkan semuanya." Ujar Zackhary santai sembari menyesap sepuntung rokok. "Aku tunggu kabar baikmu dan ya aku tidak sabar menikahi Raily. Sungguh!"
"Kalau tidak ibunya, anaknya juga boleh." Zackhary tersenyum penuh kemenangan.
Lanjut...

KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Deal (18+)
أدب نسائيRaily Ailee Fredick, seorang gadis berusia 20 tahun, terjebak dalam pernikahan yang tak pernah ia bayangkan. Keputusan itu bukanlah pilihannya, melainkan hasil dari kesepakatan antara ayahnya dan seorang pria berusia 45 tahun-Zackhary Nathaniel Walt...