Fifth

27 3 0
                                    

Beberapa minggu, setelah kejadian itu berlalu. Walau masih terlihat beberapa bekas luka di badan nya. Dan sekarang juga waktunya untuk Uus mengikuti Olimpiade yang digelar di Lapangan Walikota itu.

"Tunggu di sini dulu ya, dek." Jokep mendudukan bahu Uus untuk duduk di kursi depan rumah mereka. Uus yang tidak mengerti hanya bisa mengangguk sambil memasang sepatu miliknya.

"Emang mau apa deh bang?" tanya Uus. "Ini udah hampir mau telat, gue juga make sepeda"

Jokep tersenyum setelah kembali dari dapur, "Nih, makan dulu. Abang suapin. Dua sendok aja jadi, yang penting makan"

"Tapi-" Uus membuka mulutnya dan wajahnya tampak kesal. Sebenarnya ia ingin langsung pergi saja. Kalau pun tak makan, dia bisa mengambil roti dari kedai miliknya. Tapi abang nya yang satu ini, benar benar pemaksa akut.

"Dih, ini mah bukan dua sendok. Semuanya lo suruh gue habisin"

"Nggak apa apa, lagian kenapa buru-buru? Udah dibilang pake Taxi aja, malah nggak mau"

"Emang nggak mau. Mual" suapan terakhir masuk di mulut Uus. "Gue pergi ya?"

Jokep mengangguk samar, walau sejujurnya dia sendiri masih ragu Uus pergi dengan sepeda yang sedikit usang itu.

"Hati hati dan semoga berhasil"

Setelah Jokep selesai bicara, Uus hanya membalas ucapan abang nya itu dengan senyuman tulus. Ia tidak bisa mengelak bahwa dia senang dengan semua perhatian yang diberikan.

~ℭλ𝙆ℜ𝘼𝙒λ𝙇𝘼~

Sudah 5 menit sejak Jokep mengirim pesan kepada Alvaro. Karna sepeda sudah dipakai, dia hanya bisa meminta tebengan ke sahabat satu satunya itu. Tapi sampai sekarang, batang hidung Alvaro belum terlihat. Mau tidak mau, Jokep terpaksa menelepon sahabatnya itu.

"Dimana?" tanya Jokep seraya mencongkel telinganya

"Dirumah lah, emang kenapa? Kangen gue?" balasnya cengengesan

"Koplak ni anak setan! Gue suruh jemput bangsat!"
umpatan pun keluar dari mulut nya

"Eitss! Santai santai! Gue udah didepan gang lo! Keluar dong!"

"Goblok" lalu sambungan ponsel terputus. Dengan secara Jokep berlari keluar gang miliknya. Baru juga pagi, sudah dibuat lari lari. Sampainya pun disana, dia tidak melihat tanda tanda manusia bernama Alvaro itu. "Kemana lagi si Astagfirullah. Eh Kristen"

"Kep! Oiii! Sini sini!" Jokep mencari arah sumber suara. Tidak ada dimanapun dia melihat nya. "Disini! Angkot angkot!"

Jokep ternganga. Perasaan nya, dia meminta dijemput. Kenapa sekarang, Alvaro ada di angkot. Prinsip menebeng seperti apa yang dimiliki sahabatnya itu pun, dia sendiri tidak tau.

"Gue cuman bisa senyum aja kok, Ro" kata Jokep saat melangkahkan kakinya kedalam angkot

"Bagus dong, senyum itu ibadah. Pagi pagi udah ibadah kan? Soalnya lo jarang ibadah" balas Alvaro tak bersalah

"Jangan mulai, Ro"

"Masem amat tu muka. Kan bener ini udah gue tebeng. Lagian lo aneh, udah tau gue juga nggak punya motor. Malah nebeng" benar juga yang dikatakan Alvaro. Dia tidak pernah melihat Alvaro membawa sepeda motornya sendiri ke sekolah

Jokep menoleh ke arah Alvaro dan membuat anak lelaki yang dipandang nya itu membuang muka "Emang dasarnya gue yang salah percaya sama lo"

"Dih?" Alvaro menegakkan posisi duduknya "Nih ya, kalau nggak ada gue, siapa yang mau berteman sama lo lagi?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙄 𝙂𝙚𝙩 𝙄𝙩 𝙏𝙤 : ℭΛKℜAWΛLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang