Second.

238 37 31
                                    

"Berat Us. Udah lemot, gendut, untung lo anak kelas unggulan. Kalau gak, gue  gak akan anggap lo adek"

Gustas memutar bola matanya malas mendengar ocehan kakaknya itu.

"Mendingan perhatiin jalan deh Kak. Daripada kita nyosor ke paret" cerewet Gustas

"Paling gue lari duluan kalau kita nyosor kesana.." gumamnya pelan

"Gue denger ya bang!"

"Untung denger. Gue kira selain gendut dan lemot, lo juga budekan"
Lalu tertawa puas setelah meledek adiknya itu

Jarak rumah mereka dari sekolah sedikit jauh. Apalagi menggunakan sepeda. Mereka bisa sampai dirumah paling lama pukul 19.00 malam.

Untung menghindari begal dimalam hari, biasanya mereka mempercepat keluar dari kelas atau melewati jalan pintas yang sedikit terjal.

Sebenarnya tak apa bagi Jokep jika dia terluka saat mengendarai sepeda sendirian. Tapi masalahnya, dia membawa adik kesayangannya itu.
Mau tidak mau, dia menyimpan senjata tajam ditasnya.

Hingga pukul 18.35 lewat, Jokep memarkirkan sepedanya didepan rumah.

Ia melihat wajah Gustas yang sedikit cemong lalu mengusapnya menggunakan sarung tangannya

"Apaan dih bang! Kaya anu, anak kecil aja gue nya" protes Gustas

"Lo mau Mamah khawatir?" Tatap Jokep sambil mengusap wajah disebelah kiri Gustas

Gustas memandangi wajah abang nya itu dengan seksama. Sambil menerima perlakuan hangatnya.

"Emang khawatir kenapa? Mukaku kenapa emang? Aku gak apa apa"
Gustas mengeluarkan cerminnya dan bercermin "Noh kan. Gaada apa apa"

Jokep menghelas nafas pelan dan menggeleng kan kepalanya pelan

"Gimana mau ada apa apa, kalau gue udah lap pakai sarung tangan.."gumam Jokep pelan "Lemot dari lahir susah emang.."

Tak mendengarkan Jokep yang berdumel pelan, Gustas asik bercermin dan melihat apa yang aneh diwajahnya. Dijauhkannya cermin, lalu didekatkannya lagi. Dilihatnya kesamping dan sebagainya.

"Apa coba. Orang baik baik aja.." Gustas menggedikkan bahunya pelan dan masuk menyusul Jokep kerumah

~ℭλ𝙆ℜ𝘼𝙒λ𝙇𝘼~


"Mah Pah! Galang pulang!" teriaknya sedikit keras begitu sampai dirumah

Namun nihil. Tidak ada yang menjawab panggilannya. Galang sudah terbiasa dengan suasana sunyi seperti ini.

"Ngapain juga gue nyapa? Pfft.." monolog Galang pada dirinya sendiri

Saat ingin melangkahkan kaki menuju lantai atas, Galang dipanggil oleh seseorang yang suaranya khas.

"Maaf Tuan. Tadi saya sedang dikamar mandi. Tuan sudah makan?"

Ia tersenyum tipis dan menoleh kebelakang.

"Iya. Gapapa. Nanti antar ke atas aja ya Vil" lalu ia tersenyum tipis

"Ah begitu baik Tuan. Jangan manggil saya Vila Tuan. Manggilnya..?" Vila tampak berfikir sebentar "Yakali manggil Bibi.."gumamnya pelan

Galang tersenyum tipis dan menggigit bibirnya karna gemas.

"Udah gapapa. Saya panggil Vila aja" lalu Galang tampak berfikir sejenak "Kalau bisa jangan panggil saya Tuan. Panggil Galang aja. Kalau ga Mas Galang" lalu Galang kembali berjalan keatas dan masuk ke kamarnya.

𝙄 𝙂𝙚𝙩 𝙄𝙩 𝙏𝙤 : ℭΛKℜAWΛLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang