CHAPTER 3

195 10 0
                                    

Adzan Subuh baru saja selesai berkumandang, matahari saja masih terlelap di selimuti malam, namun Kala sudah terjaga, ia berkutat dengan barang-barang di dapur mewah bergaya klasik . untung saja hari ini mamanya masih ada di Bali, sedang menjalankan tugas kenegaraan, dan harus meninggalkan anak semata wayangnya itu seorang diri di rumah megah bergaya Amerika tersebut.

"Loh Den Kala, sedang apa?" tanya Bi Jimah keheranan melihat Kala berada di dapur pagi buta

"Kala ingin buat sarapan Bi" jawab Kala sekenanya, tangannya masih sibuk mengutak-atik kompor yang tidak bisa ia nyalakan

Bi Jimah tersenyum walau wajahnya masih terlihat terkejut, tangan-tangan lihainya membantu Kala untuk menyalakan kompor yang dengan mudah mengeluarkan api. Giliran Kala yang keheranan, namun setelah itu ia lupakan; bukan saatnya untuk memuji kemahiran Bi Jimah, ia harus fokus membuat masakan.

"Boleh Bibi bantu?" tawar Bi Jimah

"Engga Bi, Kala mau buat sarapan sendiri, Bi Jimah bantu doa aja ya" tolak halus pria imut itu, kemudian sibuk mencari video di Youtube untuk ia tirukan

Sebenarnya bisa saja Kala meminta Bi Jimah untuk membuatkan menu sarapan yang akan Kala bawa untuk Yessa, namun pria sangar itu tentu saja tidak semudah itu menerima makanan Kala, ia yakin, Yessa akan mengeluarkan pertanyaan untuk menguji keaslian masakan tersebut. Intinya Kala harus buat sendiri dengan tangan-tangan mulusnya yang belum pernah bersentuhan bersama barang-barang dapur.

Bi Jimah malah cengengesan, bukanya pergi ia malah berdiri di belakang Kala, memerhatikan majikan ciliknya yang sudah beranjak dewasa. Kala ingin buat makanannya sendiri. Bi Jimah tidak lupa merekam aksi Kala, lalu diberikan kepada Ega Widyata, selaku mama sang tuan muda.

Singkat cerita, Kala sekarang sudah berada di depan markas Pasukan Gala. Ini baru jam tujuh pagi, tapi semakin cepat akan lebih baik bukan? Hari ini tugas pertama MOS akan dikumpulkan, ia harus mendapat nomer Yessa sesuai perintah Ketos. Kakinya melangkah mendekati pintu yang tertutup rapat, mengetuknya pelan, lalu berubah sedang, terakhir berubah nyaring, namun tidak ada suara yang menyahut.

Kala memutuskan melangkahkan kakinya untuk masuk. Sedikit takut, ini memang sudah pagi, tapi siapa tahu Mbak Kunti masih tidur di markas tersebut. Nah, betul kan! Kala melihat gundukan putih di sofa, kakinya gemetar, ia bersiap untuk lari, namun hatinya justru berbanding terbalik; lerungnya penasaran, siapa yang ada di dalam gundukan tersebut.

"Kak..."

Panggil Kala sembari mendekati gundukan tersebut

"Kakak..."

Kali ini tangannya menggoyang-goyang gundukan tersebut

"Kak Yessa"

Tangannya semakin penasaran, menyingkap ujung kain putih tersebut, dan Tada, wajah tampan Yessa menyembul keluar. Kala tanpa sadar tersenyum simpul. Wajah damai dengan alis tebal serta hidung mangir membuat jantungnya tanpa sebab berdentum kencang. Ah, lupakan, bukan saatnya terpesona kepada seorang monster.

"Kakak"

Kala ragu, tetapi mau tidak mau tangannya mengusap kening Yessa untuk membangunkan si pria arogan. Kedua alis tebalnya mengerut, wajahnya, lengkuhan keluar dari bibir tebalnya yang sedikit kering. Bukan hanya Yessa yang mengerut, Kala pun ikut mengerut. Ia merasakan seseuat; suhu tubuh Yessa panas.

"Kak Yessa~ kakak~" panggil Kala panik, tubuhnya kini berlutut di hadapan tubuh berbaring Yessa

Mendengar suara keributan, Yessa yang juga merasa tubuhnya panas pun memaksa matanya untuk membuka. Mata legam dengan mata karamel bertemu untuk pertama kalinya, sangat dekat dan begitu jelas. Imut! Tampan!

Free Sex [Yessa & Kala]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang