1. Viara Senjakala

34 6 11
                                    

Hari ini aku pindah. Sudah, aku sangat lelah dan bosan sepanjang perjalanan. Charger handphone ku yang ketinggalan di minimarket, kemacetan selama 4 jam, dan handphone ku yang beberapa menit lalu sudah mati. Kejadian yang sangat lucu ketika ketiga charger, milikku dan orang tua ku ketinggalan di minimarket. 

Kau tau? Apa yang membuat handphone ku mati? Mungkin jika dijelaskan akan terasa aneh, tapi mungkin banyak juga yang merasakan hal yang sama. Aku tipe orang yang thinking. Ya, overthinking, memikirkan dan mencemaskan sesuatu secara berlebihan. Karena hari ini aku pindah ke kota yang lebih besar, dan sudah pasti setiap daerah mempunyai pergaulan yang berbeda-beda. Aku takut. Apa mereka akan menganggapku "Anak baik dan polos, yang selalu mencari aman."

Di kota ku sebelumnya, mempunyai lingkungan yang harmonis. Walaupun sudah mempunyai dan memakai hal-hal modern, orang-orang disana tau bagaimana batasannya. Disana aku di didik dengan baik, aku juga sangat dekat dengan orang tua ku, dan menjalani hidup sebagaimana manusia hidup, tidak melakukan hal-hal aneh hanya untuk sensasi. Aku sangat bersyukur aku terlahir dalam lingkungan dan keluarga normal. Orang-orang disekitarku iri dengan kehidupanku. Tapi sekarang, aku pindah ke wilayah yang lebih luas. 

Dan pastinya banyak hal-hal yang tidak pernah kita duga, 

Ibarat anak murid sekolah suasta pindah ke sekolah negeri. Kenapa ya aku begitu kejam mendeskripsikan tentang Kota pindahanku dari tadi. Padahal aku hanya melihat-lihat sekilas dari internet dan langsung menyimpulkannya bahwa Kota pindahanku buruk. Itu hanya isi otakku yang tidak normal, padahal sebenarnya aku bukan takut, aku hanya malu jika tidak bisa mencocok kan diriku dengan anak-anak disana nanti. 

Aku memikirkan hal-hal tidak berguna itu semenjak pagi, hingga aku menjadi orang yang sangat pelupa hingga meninggalkan charger di minimarket. Itu kebiasaanku jika sudah overthinking. Tapi tidak apa-apa, kesalahanku tadi membuat keluarga dengan anak tunggal tertawa terbahak-bahak, itu cukup mengalihkan perhatianku dari pikiran negatif. 

Sudah sekitar 15 menit perjalanan tidak lancar. Sekarang jam delapan malam lewat 15 menit. Aku sangat bersyukur ketika Ayah ku bilang jika kita sebentar lagi sampai. 

"Ayah. Pinjam handphone nya sebentar boleh?" suasana hatiku sudah baik sekarang, sebentar lagi juga sampai kan, jadi aku ingin menyantai. 

"Nanti kalo handphone nya mati gimana? Kita harus irit." 

"Sebentar aja, aku mau liat foto-foto perumahan kita. Boleh ya Ayahhh. Please, aku bosen banget sekarang, sebentar lagi kan nyampe, jadi aku mau santai-santai." 

"Yaudah ini. Argh, kamu nih, emang anak Ayah yang paling imut." 

"Apa sih, nyambung-nyambung kok ke imut, tapi makasih lho Ayah." 

"Hahahaha. Kamu nih. Tapi Ayah yakin deh nanti di kota pasti banyak yang naksir sama kamu."

"Apa sih Ayah! Jangan bilang gitu ke Via ah, nanti kan dia malah tertarik pacaran." ucap Ibu ku yang bersender di bantal leher dengan mata sayup-sayup. Ternyata dia punya pendengaran yang baik

"Viara! Awas ya kamu pacaran."

"Iyaaa, pasti kok. Lagian kan Ibu tau Viara orangnya bener-bener gak tertarik sama hal-hal berbau cinta." 

"Bagusss anak Ibu. Tapi Ibu liat, di daerah kita itu banyak lho anak cowok yang ganteng-ganteng. Kaya sexy boys! Kamu harus tahan biar gak ke goda sama mereka, lagian secara kan kamu itu cantik banget. Nyatanya kamu populer kan disekolah dulu." 

"Pufft, apa sih sexy boys, geli Ibu!" aku tertawa

"Ohhh, jadi sekarang kamu mulai stalking brondong-brondong di daerah kita. Gitu yaaa. Oke, nanti aku sebar gosip ke grup chat alumni." ucap Ayahku dengan tertawa kecil sambil bertepuk tangan meledek Ibuku. 

"Ih apa sih kamu! Kan waktu itu aku survei ke sekolah Via, dan murid-muridnya tuh cakep-cakep banget. Stylish gitu! Secara Via kan orangnya juga stylish, pasti bakal cepet nyambung temenan sama mereka." jawab Ibuku.

Haduh Ibu. Ya memang sih aku orangnya gampang bergaul, tapi kan sebenernya pas udah ngajak ngobrol orang baru suka deg-degan. Kadang aku takut dikira aneh, apalagi kalau tiba-tiba mati topik. Sebenernya wajar sih kaya gini, semua orang juga ngalamin kok, bedanya aku merasakannya secara berlebihan, kadang ngebuat diri aku sesak. 

"Iya, iya. Aku emang anak Ibu yang paling cantik!" ucapku. "Pufft!" lanjutku yang menahan tawa.

"AHAHAHAHAHA!" kami tertawa kencang karena ucapanku yang sangat membuat geli tadi.

"Narsis banget kamu, tapi gapapa, Ibu suka! Hahahaha." 

"Ada-ada aja anak imut ini." ucap Ayah ku sambil menjulurkan tangannya ke belakang untuk mencubitku. "Ah Ayah! Diem, jangan cubit-cubit." Hahahaha. Aku suka dengan interaksi ini, pembicaraan ini memancarkan aura keharmonisan yang perlahan-lahan membuatku merasa bahagia. 

"Maaf ya kamu dari tadi pasti capek banget nyetir, makasih lho." ucap Ibu ku. Dialog romantisasi suami-istri pun dimulai. 

"Iya, sama-sama. Udah kamu lanjut tidur, nanti kalau udah sampai aku bangunin." balas Ayah. "Oke" Ibu mulai melelapkan matanya lagi, mencari-cari posisi tidur yang nyaman untuk dibawa mimpi. 

Sekarang aku beralih menatap handphone Ayah yang sudah digenggamku. Membukanya. Ternyata tidak dikunci. Begitulah Ayah, aku sebut dia sebagai orang dan laki-laki terbaik yang pernah ku kenal, bahkan dulu disaat aku punya trauma karena kejadian 'itu', Ayah ku lah yang terus berusaha ada di sisiku ketika bayang-bayang orang 'itu' datang. 

Aku membuka ruang chat aku dan Ayah, karena sebelumnya kami berdua membicarakan perumahan yang akan kami pindahi, Ayah juga mengirimkan foto-foto perumahan, dan foto itu yang aku cari sekarang. Perumahannya sangat indah, akhirnya keinginanku dari dulu terkabul, aku selalu ingin pindah ke perumahan. Rumahku itu sebelumnya berada di daerah perkampungan, dan rumahku yang paling besar disana, Jadi terkadang banyak anak-anak iseng yang menyoret-nyoret rumahku. 

Akhirnya fotonya ketemu, lama juga aku scroll chatan ini, ternyata aku sesering itu chatan dengan Ayah, aku senang, aku beruntung. Sekitar ada 5 foto yang Ayah kirim, aku menekannya. Disana terpampang rumah yang berjejer indah dengan cat ungu. Aku melihat foto-foto rumah lainnya yang berwarna beragam. 

Aku memilih rumah yang berwarna ungu ketika ditanya oleh Ayah saat itu. Warna ungunya muda, dan sangat indah jika nanti aku susun dengan bunga anggrek disekitarnya. Kebetulan aku suka dengan warna yang "dark". Hahahaha. Aku suka juga dengan film misteri pembunuhan. Entahlah, mungkin masa lalu ku yang gelap menuntunku menyukai hal-hal creepy. 

Aku melihat satu per satu rumah yang berjejer itu, dengan hiasan rumah yang berbeda. Rumah pertama terlihat asri, banyak bunga-bunga disana. Rumah kedua terlihat tidak pernah diurus, banyak sendal dan sampah berserakan, sangat bertolak belakang dengan yang sebelumnya. Rumah ketiga, terlihat biasa, tidak ada apa-apa. Sebentar ku zoom, seperti ada sesuatu yang harus dilihat lebih dekat. 

Itu manusia? Serius aku takut. Terlihat ada sesosok perempuan dijendela, disamping pintu yang berada dipojok kanan. Itu bukan penampakan bukan? Arghhh. Serius aku sangat takut memikirkannya. Rumah ini sejejer dengan rumah ku. Jika aku deskripsikan, ada sosok perempuan samar, menggigit jarinya, terlihat seperti itu. Wajahnya samar, ekspresinya terlihat sedih. 

Dia siapa? 

-------------------------

Hai semuanya, gimana kabarnya? Udah lama ga nulis, dan akhirnya aku mutusin buat keluarin cerita baru, dan jujur tema yang aku bakal bawain cukup berat, yaitu tentang mental health, ya walaupun skrng blm keliatan, dan mungkin agak misteri. Ya. Genre ceritanya campur-campur karena ceritain tntng masing-masing kesehatan mental karakter"nya. Jadi stay healthy trs. Sampai jumpa lagi-!!! Fighting!!!

EPILOGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang