"Udah sampai." ucap Ayah. Pandanganku langsung teralihkan ke kaca mobil, kami sudah masuk ke area perumahan, Ayah menyetir dengan perlahan sambil melihat-lihat pemandangan rumah yang indah, begitupun aku, karena baru saja aku melihat perumahan ini di foto, dan sekarang aku melihatnya secara kenyataan. Ini sangat indah dilihat langsung, tidak seperti perumahan biasa.
"Via, lihat kedepan deh," ucap Ayah ku, kami mendekat ke sebuah taman berbentuk bundar yang berada ditengah-tengah perumahan. Tamannya sangat hijau, layaknya taman, disana ada mainan-mainan anak semacam perosotan, ada air mancur kecil yang berada ditengah-tengah, serta kursi taman yang seperti ada di film-film. Biasanya aku menemukan sebuah taman, tapi tidak terawat, tapi ini terlihat sangat indah dilihat saat tengah malam dengan banyaknya lampu taman yang mengelilinginya.
"Ayah, ini bagus banget. Makasih banget ya udah cari tempat pindahan yang bagus. Sebentar Via mau vidioin. Hahahaha. Via keliatan norak gak sih."
Untuk mengenang reaksi ku terhadap tempat pindahan yang baru, aku dengan cepat memencet tombol playing untuk menyoroti taman yang sangat luas itu. "Hai, sekarang kita udah pindah ke tempat baru, Ayah pindah kerja ke kota besar ini. Dan liat, ada taman bundar indah yang lagi aku vidioin sekarang. Aku bahagia banget bisa punya hal-hal harmonis disekitar aku." ucapku yang berbicara dikamera, seperti sedang membuat vlog.
Aku beranjak, mematikan handphone dan langsung memeluk Ayah. "Ahahaha. Ayah sengaja gak foto taman itu, biar nanti kamu liat sendiri. Kamu seneng?"
"Seneng, seneng banget, aku suka banget. Makasih ya, udah jadi Ayah yang baik." ucapku sambil memeluk Ayah yang sedang menyetir, tidak peduli, aku sangat ingin berterima kasih kepada Ayah ku. "Aduh air mata aku keluar kan." aku mengusap satu air mata ku yang baru saja jatuh.
"Sama-sama Via, Ayah seneng kalo kamu juga seneng. Bahagia terus oke. Kalau ada kata-kata Ayah yang gak enak bilang ke Ayah langsung, biar Ayah bisa perbaiki diri biar keluarga kita terus harmonis." ucapnya. Kau tau, rasanya sangat menyentuh. Ayah mengusap kepalaku, "Sudah sampai....."
"Yeyyy!!!" aku bersorak bergembira untuk rumah minimalis ini. Aku sangat suka bagaimana rumah minimalis ini dikelilingi oleh rumah besar dan taman yang mewah, itu terlihat sangat indah.
"Nadia, bangun sayang kita udah sampai." ucap Ayah mengusap bahu Ibu. Sweet sekali, sudah-sudah aku harus mengalihkan perhatianku ke rumah berwarna violet ini. Layaknya rumah komplek yang ada di film-film, ada pembatas kayu yang membatasi rumahku dengan rumah lainnya, dan ada sepetak taman berumput hijau yang akan digunakan untuk berpiknik nantinya, tapi aku ada ide, bagaimana dengan menaruh tenda disana, serta bakar-bakar daging ayam nantinya. Imajinasiku terus berputar.
-------------------
Setelah lelah mengangkat banyak barang ke dalam rumah, aku langsung berlari ke kamar baru ku, letaknya berada di lantai 2. Berjalan perlahan-lahan sempoyongan, mental dan energi ku terasa sangat terkuras hari ini. Aku membuka pintu kamarku,
"Luas banget...." gumam ku. Gila, ini adalah kamar impian semua orang asal kalian tau, berbagai rencana yang ada dipikiranku untuk menghias kamar ini mulai bermunculan, tapi sudah, aku sudah sangat lelah. Lalu aku lompat ke kasur, mentelentangkan diriku sambil menatap langit-langit. Seperti biasa, sebelum tidur pikiranku mulai memikirkan hal-hal tak penting. Aku teringat rumah yang ada di foto tadi, sial aku merinding.
Rumah yang ada sosok seram tadi kan berwarna violet juga. Aku langsung beranjak dari kasur menuju jendela yang ada di dekat pintu kamar, membuka tirainya, dan, syukurlah tetanggaku bukan rumah itu. Tapi rumahku kan ada diantara 2 rumah, sial aku sangat lelah sampai lupa melihat rumah yang ada disebelahku tadi.
Aku keluar dari kamar, menurunkan pandanganku ke bawah dari atas tangga, ada aroma mie instan dan Ibu yang sedang menonton TV. "Ibu, kamar yang disebelah sana dikunci gak?" tanyaku, ada 2 kamar masing-masing lantai, kamar yang kedua berada di sebelah kiri, tepat di depan kamarku.
"Seinget Ibu engga deh, coba kamu buka."
"Oke thank you."
"Mau ngapain kamu? Jangan diberantakin ya."
"Tenang aja Bu, Via mau liat-liat aja pemandangan dari sana gimana."
"Pemandangannya kan tetangga, apa yang kamu mau liat."
"Ya siapa tau pemandangannya cogan kan."
Ibu tersedak, "Via! Awas kamu ya!"
"Ahahahahaha, masakin mie goreng buat Via ya, Via mau liat cogan dulu, bye." ucapku yang langsung berlari menuju kamar kedua itu, mencoba membukanya, oke berhasil ternyata tidak dikunci. Oke rasa penasaran ku semakin meledak.
Aku menyalakan lampu, ya.... Kamarnya tidak jauh beda dengan kamarku. Dengan tujuan mengintip aku membuka tirai jendela. Terlihat ada perempuan, jendela kamarnya dibuka. Dia sedang tidur dikasur sambil menatap langit-langit. Gerakannya mulai berubah, sekarang dia beranjak dari posisi tidurnya menjadi duduk melengkung, melipat kedua kakinya. Ekspresinya yang datar berubah menjadi tangisan, perempuan itu menangis, sepertinya dia seumuran denganku.
Apa ini terlihat nakal? Melihat seseorang nangis seperti melanggar privasinya. Aku turut sedih, empatiku fokus kepada dirinya sekarang. Dia kenapa? Lampu-lampu di ruangan lantai 1 tidak ia nyalakan, beberapa jendela juga terdapat koran yang ditempelkan. Kejadian aneh seperti ini sudah tidak asing lagi bagiku, diriku sendiri punya masa lalu yang berat. Jadi aku pernah di posisinya menjadi seseorang yang depresif. Dia perempuan yang ada difoto itu?
Oke, perasaan takut itu sudah hilang dan sekarang menjadi empati, aku harus mengajaknya berteman. Sepertinya tadi Ibu membeli bingkisan untuk dibagikan tetangga besok, aku ingin mengantarkannya kepada dia sekarang. Dengan sigap aku berlari keluar kamar, menuruni tangga rumah ini yang belum bisa beradaptasi denganku. Kau pasti pernah kan menuruni tangga yang baru dan ada perasaan takut akan jatuh dari sana.
"Ibu! Bingkisan yang tadi pagi Ibu beli mana ya Bu, Via mau duduk sambil nyemil diluar." ucapku sambil menuruni tangga dengan hati-hati.
Ibu sedang mencuci piring bekas makan mie instannya tadi, "Ada di tas besar itu ambil aja. Kamu jangan tidur malam-malam ya, besok mau dekorasi kamar kan," jawab Ibu menunjuk tas besar pink polkadot.
"Iya Bu, Via mau nulis-nulis diary aja di depan." jawabku yang beranjak membuka tas besar berisi bungkusan plastik dengan banyak snack di dalamnya. Aku segera mengambilnya dan berjalan perlahan keluar rumah. Tapi sebentar.....
Ini jam berapa? Segera aku melihat jam tangan, astaga sudah jam 10 malam. Arghh, aku sangat bodoh, mana mungkin ke rumah seseorang jam segini. Ya sudah besok pagi aku ke rumahnya.
Baru aku berbalik Ibu sudah membuka pintu, "Via! Mienya udah mateng. Kamu ngapain berdiri disana? Jangan kemana-mana udah malem tuh." ucap Ibuku sambil membawa piring yang aroma mienya sudah tercium dari beberapa jarak.
"Iya Bu, tinggalin di meja itu, Via lagi liat-liat teras rumah mau buat rencana besok dekor apa aja." jawabku sambil menuju meja sebelah kanan.
"Yaudah, abis makan kamu mandi ya, abis itu langsung tidur." ucap Ibu berjalan masuk ke rumah setelah menaruh piring berisi mie goreng tadi. Ini sangat lezat dimakan malam-malam.
----------------------
Aku ingin readers tersenyum :)
Selamat berpuasa :), bagi yang menjalankannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPILOGUE
Novela JuvenilNamanya Ranah Arrah. Perempuan depresif yang membuat tetangga-tetangganya penasaran akan dirinya. Ketiga siswa SMA selalu mengamati Ranah, karena rasa penasaran dengan rumor yang beredar. Bergilirnya waktu, banyak perubahan terjadi di hidup Ranah...