"Okay, jadi setelah kalian dapat tanda tangan dari dekan, kalian bisa langsung ke bagian-"
"BANG RAMA"
Ucapanku terhenti seketika saat mendengar suara teriakan itu. Aku langsung menoleh ke depan dan terkejut. Aku langsung mengucek kedua mataku untuk memastikan apakah yang kulihat ini hanya hayalanku saja atau kenyataan.
Benar, ini nyata. Dia disana. Rama. Pacarku yang sudah 7 bulan ini tinggal diluar kota untuk mengikuti pertukaran mahasiswa. Sekarang dia disini, sedang memberi arahan kepada juniornya.
Dia menoleh ke arahku dan tersenyum sedikit meledek, mungkin karena merasa diperhatikan. Sepersekian detik aku terpaku. Setelahnya aku balas senyumnya dengan wajah masam. Pura-pura marah karena keberadaannya disini tanpa sepengetahuanku sebelumnya.
Aku pun melanjutkan kembali kegiatan diskusiku dengan juniorku. Kulirik arlogi ditanganku. Sisa sebentar lagi waktu diskusi ini sesuai yang dijadwalkan.
"Okay sampai sini apa cukup atau ada yang masih ingin ditanyakan lagi?" tanyaku sebelum menutup pertemuan.
"Kak" salah seorang juniorku yang aku tidak ingat namanya mengangkat tangan.
"Ya?" tanyaku padanya.
"Kalau kami menghubungi kakak nanti melalui WhatsApp apa boleh? Kalau-kalau ada yang ingin kami tanyakan lagi"
"Boleh dong, boleh banget. Kalau sekiranya tiba-tiba ada yang dibingungin, silahkan langsung hubungi lewat WhatsApp aja ya. Kalau belum punya nomor saya bisa minta ke Razi. Okay kalau gitu kita cukupkan ya pertemuan kita hari ini. Semoga apa yang sudah kita bahas dapat bermanfaat untuk kita semua. Mohon maaf juga apabila dari saya ada salah kata maupun perbuatan. Billahi fii sabililhaq fastabiqul khoirot, Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh"
"Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih Kak" jawab mereka serentak.
"Sama-sama semua, saya pamit ya"pamitku .
Aku segera mengambil tasku dan berdiri. Mengalihkan pandangan ke tempat dimana Rama tadi berada. Dia masih disana. Berdiri sendiri tanpa para juniornya, tersenyum dan merentangkan tangannya. Aku pun segera berlari ke arahnya. Menyambut raganya dengan pelukan erat yang juga dibalas tak kalah erat. Sangat erat hingga tanpa sadar air mataku mengalir deras. Menyalurkan perasaan rindu yang teramat dalam.
"Eh kok nangis sih" ucapnya seraya melepaskan pelukan yang jelas aku tolak. Aku tidak mau melepaskan pelukannya begitu saja. Selain menyalurkan rindu, aku juga tidak mau kalau dia melihat wajahku yang sudah kupastikan sangat kacau karena menangis. Malu!
"Utuk utuk pacarku cengeng banget sih. Mana sini liat dulu muka jeleknya" ujarnya meledekku. Sudah kubilangkan dia pasti meledekku. Menyebalkan!
Menyalurkan rasa kesal, aku pun menggigit bahunya. "Aw!"
***
Kring kring!
"Astaghfirullah" bangunku terkejut saat mendengar suara alarm hp-ku. Ternyata hanya mimpi. Sepertinya aku teramat sangat merindukannya. Merindukan Mas Rama, teman kuliah namun berbeda jurusan sekaligus pacarku 3 tahun ini.
Pukul 4.00 dini hari. Masih ada setengah jam menuju waktu subuh. Aku bergegas menuju kamar mandi untuk mandi dan wudhu.
"Shadaqallahul adzim.." Aku baru saja menyelesaikan tadarusku selepas shalat subuh. Setelah meletakan kembali seperangkat alat shalat beserta Al-Qur'an, aku kemudian mengambil hp-ku diatas nakas.
Tidak ada pesan dari Mas Rama. Bahkan pesanku dari kemarin siang belum juga dibalas olehnya. Mungkin dia sedang sibuk sampai belum sempat memberi kabar. Aku harus mengerti.
Ngomong-ngomong perkenalkan, aku Raisya Adinata. Mahasiswa semester akhir salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Teman-temanku biasa memanggilku Rara.
Aku memiliki seorang kekasih bernama Ramadhan Satya. Aku memanggilnya Mas Rama. Aku memanggilnya demikian karena walaupun kami berada di tingkat yang sama di bangku perkuliahan, namun usianya berada 2 tahun di atasku. Dia terpaksa menunda kuliah karena harus bekerja terlebih dahulu untuk membiayai kuliahnya. Sekarang pun demikian, namun bedanya dia tidak bekerja pada orang lain lagi. Tapi dia sudah mengelola bisnisnya sendiri di bidang penyablonan pakaian.
Kurang lebih sudah 7 bulan ini aku tidak bertemu dengannya dan hanya bisa berkomunikasi melalui social media. Ya, dia sedang mengikuti pertukaran mahasiswa ke Lampung. Kami pun terpaksa harus menjalankan Long Distance Relationship selama dia kuliah disana. Bisnisnya? Ditangani oleh anak buahnya namun tetap di bawah kontrolnya. Walaupun hanya jarak jauh.
Semalam aku memimpikannya. Mungkin karena terlalu rindu dan khawatir karena dia tidak mengabariku dari kemarin siang. Namun aku mencoba tetap berpikir positif dan mendoakan semoga dia dalam keadaan baik-baik saja.
"Jogging aja kali ya mumpung libur" pikirku. Segera aku bersiap untuk jogging. Hanya keliling sekitar perumahanku saja.
Rambut sudah terkuncir rapi, jaket sudah kupakai, kaos kaki juga sudah, dan sepatu sudah ku tenteng. Aku segera keluar kamar dan turun ke lantai bawah untuk menuju dapur terlebih dahulu. Ku dengar seperti ada suara Mama sedang mengobrol entah dengan siapa di pagi hari seperti ini. Setahuku Papa masih di Malang untuk memantau proyeknya. Entahlah, mungkin dengan tetang-
"MAS RAMA" Aku segera berlari ke sosok yang ternyata sedari tadi mengobrol dengan Mamaku. Memeluknya dengan sangat erat. Menyalurkan segala rindu dan kekhawatiran yang kurasakan.
Kurasakan elusan dipunggungku. "Ya ampun Ra, sampe kaget aku kamu tiba-tiba teriak gini." ujarnya sambil terkekeh.
"Uring-uringan terus dia Ram dari kemarin gara-gara kamu ga ngabarin dia katanya" ucap Mama seraya meledekku.
"Ih Mama. Aku tuh khawatir tau sama Mas Rama. Lagian Mas kok ga ada kabar sih dari kemarin. Bikin khawatirnya aja." kesalku tanpa melepaskan pelukannya.
"Aku tuh sengaja mau kasih kamu kejutan. Kemarin siang aku udah mulai persiapan untuk pulang ke Jakarta. Baru semalam aku sampai rumah dan sengaja pagi-pagi banget udah kesini. Udah kangen banget soalnya sama masakan Mama." jelasnya.
"Jadi Mas ga kangen aku?!"
"Utuk utuk ada yang ngambek nih Ma karena ga dikangenin balik" ledek Mas Rama. Mama pun hanya tertawa ikut meledekku.
"Ih Mas!" rengekku.
"Iya sayangku, Mas juga kangen banget sama kamu." ucapnya seraya mengecup puncak kepalaku.
Akhirnya setelah beberapa bulan menjadi pejuang LDR, kami pun bertemu. Mimpiku semalam menjadi kenyataan. Rasanya sangat-sangat melegakan.
Mas Ramaku sudah pulang yeay!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.